Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Korban Selamat Ungkap Detik-Detik Mencekam di Gunung Kuda Cirebon

Korban selamat longsor Gunung Kuda, Kabupaten Cirebon
Korban selamat longsor Gunung Kuda, Kabupaten Cirebon
Intinya sih...
  • Sukardi, kuli batu selamat dari longsor Gunung Kuda, menceritakan pengalamannya yang pilu.
  • Ia mengalami patah tulang kaki kiri setelah tertimpa bongkahan batu saat berusaha melarikan diri dari longsoran.
  • Tragedi ini mengungkap lemahnya perlindungan terhadap pekerja informal di tambang rakyat yang tidak mendapatkan jaminan kesehatan dan asuransi kecelakaan.

Cirebon, IDN Times - Suasana duka masih menyelimuti kawasan tambang Gunung Kuda, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, pascaperistiwa longsor besar yang terjadi pada Jumat (30/5/2025).

Di tengah puing-puing batuan yang masih berserakan dan aroma tanah yang menyengat, Sukardi (52), seorang kuli batu yang selamat dari tragedi tersebut, menceritakan kisah pilunya.

1. Patah tulang dan trauma mendalam

Proses pencarian korban di Gunung Kuda, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (IDN Times/Hakim Baihaqi)

Dengan kaki kiri yang terbalut perban tebal dan digips, Sukardi hanya bisa duduk saat ditemui oleh tim wartawan. Ia mengalami patah tulang kaki kiri setelah tertimpa bongkahan batu saat berusaha melarikan diri dari longsoran.

"Saya lagi kerja biasa, angkut batu, tiba-tiba tanah dari atas itu kayak ngeluncur. Deras banget. Kayak tsunami tanah," ujarnya di Bale Jaya Dewata saat bertemu Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, Senin (2/6/2025).

"Enggak ada angin, enggak ada firasat, tahu-tahu langsung ambruk aja begitu," imbuhnya.

Sukardi adalah satu dari segelintir pekerja tambang selamat dari bencana yang menewaskan sedikitnya 19 orang dan melukai beberapa lainnya. Ia mengaku tak sempat berpikir panjang saat tanah dan batu mulai bergerak cepat menuruni lereng.

"Saya lari sekuat tenaga, tapi batu gede kena kaki saya. Untung ada teman yang bantu narik saya keluar dari runtuhan," jelasnya sambil menahan perih.

2. Belasan tahun bekerja, sekejap hancur

Gunung Kuda di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat

Sukardi telah bekerja di lokasi tambang itu lebih dari satu dekade. "Udah lebih dari 10 tahun saya kerja di situ. Setiap hari ngangkut batu, gali tanah. Enggak pernah kejadian separah ini," ungkapnya.

Meski medan tambang dikenal rawan, menurut Sukardi tak ada peringatan dari pengelola tambang mengenai potensi longsor, bahkan sehari sebelum kejadian tidak ada hujan deras yang bisa menjadi pemicu awal.

Kini, setelah mengalami luka serius dan trauma psikis, Sukardi memilih untuk tidak kembali ke tambang. Ia berharap ada evaluasi menyeluruh terhadap sistem kerja dan keselamatan tambang tersebut. 

"Kalau bisa sih, saya enggak balik ke situ lagi. Mending dipindah kerjaan lain aja, daripada nyawa taruhannya," ujarnya dengan lirih.

Sukardi juga menyinggung minimnya alat keselamatan dan pengawasan rutin yang mestinya menjadi tanggung jawab pihak pengelola tambang. Ia berharap pemerintah daerah dan pihak pengelola tambang bertanggung jawab atas korban luka dan jiwa yang ditinggalkan oleh insiden ini.

"Helm sama sepatu tidak dikasih, enggak pernah ada latihan evakuasi atau pemeriksaan lereng. Kita cuma disuruh kerja, kerja, kerja," ujar Sukardi.

3. Seruan untuk evaluasi dan perlindungan pekerja

Tersangka kasus longsor Gunung Kuda Cirebon Ketua Koperasi Al Azhariyah, AK (kiri) dan Kepala teknik tambang, AR (IDN Times/Hakim Baihaqi)

Tragedi longsor ini menguak kembali lemahnya perlindungan terhadap para pekerja informal yang menggantungkan hidupnya dari kerja keras di tambang-tambang rakyat. 

Banyak dari mereka tidak mendapatkan jaminan kesehatan, asuransi kecelakaan, apalagi pelatihan mitigasi bencana.

"Nasib kami seperti roda. Kalau beruntung, pulang bawa uang. Kalau apes, pulang tinggal nama," ucap Sukardi, matanya berkaca-kaca.

Saat ini, Sukardi masih menjalani perawatan intensif, dibantu keluarga dan donasi masyarakat setempat. Ia berharap peristiwa ini menjadi yang terakhir kalinya terjadi di Gunung Kuda.

"Saya cuma pengin satu: jangan ada lagi korban seperti saya. Jangan ada istri yang kehilangan suami, anak yang kehilangan ayah, cuma karena tempat kerja yang enggak aman," tuturnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hakim Baihaqi
Paulus Risang
Hakim Baihaqi
EditorHakim Baihaqi
Follow Us