Tarif Trump Bikin Buruh di Jabar Waswas

Bandung, IDN Times - Serikat buruh di Jawa Barat kini tengah dalam kondisi waswas setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menetapkan tarif timbal balik (resiprokal) kepada Indonesia sebesar 32 persen. Kebijakan ini dipastikan akan berdampak terhadap industri padat karya di Jawa Barat.
Kebijakan aturan tersebut mulai berlaku pada Rabu (9/4/2025) pukul 00.01 EDT atau 11.01 WIB. Salah satu buruh yang menilai aturan tersebut ialah Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Jawa Barat.
"Industri alas kaki, tekstil, termasuk pakaian jadi di Jawa Barat ekspornya banyak ke Amerika. Dengan adanya peraturan ini, akan sangat berdampak terhadap industri khususnya industri padat karya di Jawa Barat," ujar Ketua KSPSI Jawa Barat, Roy Jinto, Sabtu (5/4/2025).
1. Perusahaan akan mengurangi produksi

Roy mengungkapkan, dampak dari industri padat karya nantinya akan menimbulkan PHK secara besar-besaran, karena produksi akan mengalami penurunan, bahkan hal ini dikhawatirkan membuat perusahaan tutup.
"Kami khwatir dengan kenaikkan tarif dasar ekspor tersebut akan berdampak terhadap PHK secara besar-besaran karena perusahaan akan mengurangi tenaga kerja untuk mengurangi cost, bahkan perusahaan bisa tutup," katanya.
2. Pemerintah harus cari jalan keluar

Dengan kondisi itu, Roy meminta pemerintah membuat langkah-langkah penting untuk menangani ancaman-ancaman atau risiko terburuk tersebut. Dia juga mendorong pemerintah melakukan negosiasi dengan Negeri Paman Sam.
"Sehingga pemerintah harus segera mencari jalan keluar dari kondisi pasar domestik dan ekspor negara lain menjadi alternatf serta melakukan negosiasi dengan pemerintah Amerika," tuturnya.
3. AS masih merupakan tujuan ekspor utama industri Jabar

Amerika sendiri merupakan tujuan ekspor terbesar dari industri padat karya di Jawa Barat. Sehingga, dampak tarif baru Trump ini kan lebih terasa di Jabar dibandingkan dengan beberapa daerah lainnnya.
"Selama ini industri padat karya mengandalkan ekspor ke Amerika apalgi alas kaki hampir 90 persen ekspor ke AS," katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat Nining Yuliastiani berpendapat serupa dengan Roy. Ia mengatakan, kebijakan ini akan berdampak signifikan terhadap industri padat karya di wilayahnya.
Namun, Nining mengungkapkan, pemerintah provinsi sudah membuat beberapa skema untuk memitigasi beberapa risiko yang akan terjadi.
"Indag akan mendorong untuk melakukan diversifikasi ekspor ke negara di luar Amerika dengan melakukan analisa yang menyeluruh terhadap minat dan ketertarikan produk jabar;" kata Nining.
Kemudian, dilakukan upaya disersifikasi pasar ekspor, untuk mengurangi ketergantungan pada pasar Amerika Serikat dengan memperluas ekspor negara-negara non-tradisional Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan.
Selanjutnya, melakukan peningkatan daya saing produk, melalui peningkatan kualitas
produk, melakukan inovasi produk, efisiensi produksi dan meningkatkan pemasaran.
"Mendorong diversifikasi produk ekspor yang berbasis potensi daerah dengan meningkatkan daya saing produk, inovasi," ujarnya.
Disperindag Jabar juga akan intens berkomunikasi dengan Kementerian Perdagangan guna mencari langkah-langkah antisipasi.
"Daerah akan menerapkan program yang mendukung kebijakan pemerintah pusat dan akan dilakukan langkah sinergi," katanya.