Masih Sepi, Dedi Mulyadi Sebut BIJB Kertajati Majalengka Seperti Peteuy Selong

- Dedi menegaskan BIJB seperti peteuy selong, dan memperingatkan pentingnya menjaga lingkungan
- Dedi menyebut BIJB membutuhkan Rp60 miliar per tahun, dan menyarankan untuk mempersiapkan SDM yang mumpuni
- Pembangunan kawasan industri di sekitar BIJB harus memperhatikan strategi yang dibangun lebih dulu serta siapkan SDM yang mumpuni
Majalengka, IDN Times - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyinggung kondisi Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati Majalengka yang hingga saat ini terkesan masih jalan di tempat. Dedi menyebut BIJB tak ubahnya seperti lamtoro. Komentar Dedi itu disampaikan ketika sambutan saat rapat paripurna Hari Jadi Majalengka di Pendopo, Sabtu (7/6/2025).
Sindiran Dedi terhadap kondisi BIJB berawal saat dia mengingatkan pentingnya menjaga lingkungan. Dengan menggunakan bahasa Sunda, Dedi menginginkan agar pembahasan RTRW tidak berdasarkan nafsu belaka.
"Ulah nyieun tata ruang didorong ku hawa nafsuna, sabab naon? Pager bisa robah zamanna, pabrik bisa aya bangkrutna, tapi alam mah moal aya robah ka hareupna (Jangan bikin tata ruang didorong hawa nafsu. Mengapa? Pagar bisa berubah zamannya, pabrik bisa ada bangkrutnya. Tapi alam tidak ada perubahan ke depannya)," kata dia.
1. Dedi sebut BIJB seperti peteuy selong

Dedi juga mengingatkan bahwa ketika tata ruang memperhatikan alam, tidak lantas tidak bisa menghasilkan secara ekonomi.
"Kumaha fiskalna Kang Dedi? Kapan mun Leuweung wae moal meunang duit' ceuk Saha. (Bagaimana fiskalnya Kang Dedi? Kalau hutan saja kan tidak dapat uang. Kata siapa?)" jelas dia.
Dedi mencontohkan, di Kabupaten Majalengka, bagian utara diplot sebagai kawasan Industri. Saat memberi contoh inilah Gubernur mengibaratkan BIJB dengan peteuy selong (lamtoro).
"Justru urang ngawangun tata ruang, hey belah mana iyeu teh. Majalengka ka kalerna, keun geus aya bandara. Barijeung bandarana teh ayeuna geus robah jadi peuteuy selong. (Justru kita membangun tata ruang, 'hei sebelah mana ini? Majalengka utara, biarkan sudah ada bandara. Meskipun bandaranya sekarang sudah berubah jadi lamtoro)," jelas dia.
"Kunaon jadi peuteuy selong? Pan eweuh pesawatna, teu maju-maju. Kudu kumaha? Keun urang pikiran. Aya desain strategi kudu disiapkeun. Ulah waka nyarekan. Ayeuna pan aing karek tilu bulan. (Mengapa jadi peteuy selong? Kan gak ada pesawatnya, gak maju-maju. Harus bagaimana? Biarkan kami pikirkan. Ada desain strategis, harus disiapkan. Jangan duluan dimarahin. Sekarang kan saya baru tiga bulan)," kata dia.
2. Nombok Rp60 miliar per tahun untuk BIJB

Dalam kesempatan itu, Dedi juga menyinggung harus menutup kekurangan Rp60 miliar per tahun untuk BIJB.
"Pan nombok unggal taun Rp60 miliar jang bandara teh. (Kan nombok Rp60 miliar setiap tahun untuk bandara itu)," jelas dia.
Dijelaskannya, kesiapan SDM bisa menjadi kunci untuk keluar dari kondisi itu. Seiring dengan menjamurnya pabrik di sekitar BIJB, perlu perhatian khusus terhadap SDM warga sekitar.
"Kudu kumaha? Ngeus eta kawasan, kawasan industri. Industri strategi naon nu kudu dibangun barang mimiti? (Harus bagaimana? Udah, itu kawasan industri. Industri strategi apa yang harus dibangun lebih dulu?)" kata dia.
3. Siapkan SDM mumpuni
