Jumlah Generasi Millennial Melek Digital Masih Minim

Perlu ada pelatihan kepada anak muda di bidang ini

Bandung, IDN Times - Dunia digital akan terus berkembang dalam puluhan tahun ke depan. Kehadiran internet yang kian ramah dijangkau masyarakat membuat digitalisasi dipergunakan di berbagai aktivitas masyarakat.

Namun, tenaga terampil yang saat ini melek di bidang digital nyatanya masih kurang. Padahal pada 2030 diperkirakan dibutuhkan 9 juta orang yang terampil di bidang tersebut. Sektor informasi teknologi (IT) harus dikembangkan demi memenuhi harapan industri di Indonesia.

CEO Boleh Belajar Oni Fahrurrozi mengatakan, kebutuhan 9 juta terampil pada bidang digital itu harus dipenuhi pada tahun 2030, seiring pesatnya perkembangan digitalisasi.

"Saat ini, setiap tahun kita juga kekurangan tenaga tenaga terampil hingga ratusan ribu. Sebagai contoh, dari 40 CV yang masuk, yang seusia dengan harapan pelaku usaha hanya satu hingga dua. Untuk memenuhi sesuai kriteria akan sulit sekali," katanya kepada wartawan dalam sebuah diskusi akhir pekan kemarin, Minggu (29/8/2021).

1. SDM di sektor digital dibutuhkan perusahaan

Jumlah Generasi Millennial Melek Digital Masih MinimIDN Times/Istimewa

Mayoritas SDM yang ada saat ini hanya paham permukaannya saja. Sementara untuk sampai menjadi tenaga yang layak pada bidang digital, perlu latihan hingga minimal dua bulan. Itupun bagi mereka yang telah memenuhi kriteria pada awal seleksi.

Oni menyebut, saat ini sejumlah perguruan tinggi sudah mengajarkan bidang digital, tapi hanya di permukaan saja. Padahal dalam tiga atau empat tahun ke depan perusahaan rintisan akan banyak muncul dan menggiurkan para pekerja di mana gajinya bisa di atas Rp20 juta hingga Rp25 juta.

Untuk itu, perlu terobosan konkret agar Indonesia bisa memenuhi kebutuhan tenaga terampil digital. Salah satu langkah yang dilakukan adalah membuka kelas pembelajaran digital baik melalui seminar atau lainnya.

"Kami punya metode sendiri, yang unik dan tidak dapat ditemukan di mana pun. Biasanya harus belajar empat tahun, di sini cukup 3 bulan pembelajaran seperti digital marketing, google ads, membaca sosmed (sosial media), dan lainnya," katanya.

2. Digital marketing jadi cara ampuh gaet konsumen

Jumlah Generasi Millennial Melek Digital Masih Minimartikel

Menurutnya, dengan kecanggihan internet saat ini pekerjaan dan penjualan bisa dilakukan dari mana saja. Artinya mereka yang mampu dalam pemasaran secara digital (digital marketing) menjadi sosok sentral ke depannya dalam sektor usaha.

"Semua industri akan membutuhkan digital marketing, apalagi di situasi pandemi semua industri akan merekrut digital marketing dari level staf sampai manajer,” katanya

Mendapati fakta itu, ia dan tim pun menggagas bootcamp untuk mengasah kemampuan tersebut. Bootcamp Boleh Belajar, ditempuh dalam 3 bulan pembelajaran, dengan materi kelas sampai terjun menangani klien dan bisnis tertentu.

Fadhil Elgianda yang juga dari Boleh Belajar mengatakan, nantinya kelas akan dibuat seperti bootcamp secara daring. Sistemnya seperti perkuliahan. Dalam satu minggu masuk 4-5 hari, di luar waktu kerja, dan ada sesi kuis juga dari rumah.

"Nanti mereka akan membuat grup proyek, yang merupakan implementasi dari materi. Juga ada program magang dan dapat insentif," kata dia.

3. Tetap harus beretika ketika memanfaatkan akses digital

Jumlah Generasi Millennial Melek Digital Masih MinimData Penggunaan Internet di Indonesia (IDN Times/Arief Rahmat)

Sebelumnya, dalam webinar sebagai bagian dari Gerakan Nasional Literasi, Akademisi, Pemerhati Pendidikan, Sosial dan Keagamaan Arsyad Thalib Laia menuturkan, Digital Etik adalah kemampuan menyadari mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital dalam kehidupan sehari-hari.

"Teknologi digital adalah salah satu jantung dari kehidupan ekonomi dan sosial kita," kata dia.

Internet menjadi infrastruktur komunikasi lokal dan internasional untuk kegiatan ekonomi dan politik. Ini menyebabkan informasi dan keamanan yang dihasilkannya digunakan untuk tujuan komersial oleh sebab itu masalah ini adalah salah satu pelanggaran privasi.

Baca Juga: Indonesia Makin Cakap Digital: Pentingnya Literasi Digital

Baca Juga: Mengenal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat di Era Digital

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya