COVID-19 Melonjak, Keluarga Pasien Sulit Cari Ruang Perawatan di RS

Tempat tidur penuh hingga tak ada plasma konvalesen

Bandung, IDN Times - Novianti masih ingat betul kejadian pekan lalu yang mengharuskan dia pasrah dengan keadaan minimnya ruang perawatan untuk pasien COVID-19. Kelimpungan mencari rumah sakit yang miliki ruang ICU merawat pasien, Novi dan keluarga harus pasrah terhadap kondisi mertuanya yang telat mendapat perawatan secara intensif.

Dia bercerita, kehilangan salah satu orang tercinta di tengah pandemik COVID-19 berawal ketika sang mertua merasa sesak di dada. Tidak ingin membiarkan mertuanya terus sakit-sakitan, Novi kemudian membawa sang mertua tes antigen. Hasilnya positif COVID-19.

Tak ingin ambil pusing, Novi langsung membawa mertuanya ke salah satu rumah sakit swasta di Kota Bandung karena saturasi oksigennya rendah. Beruntung dia mendapat kamar perawatan. Sambil dirawat, mertua Novi pun melakukan tes PCR untuk memastikan apakah yang bersangkutan terpapar virus corona atau tidak.

"Setelah dinyatakan negatif terus dirawat dan masih sakit, tes lagi PCR hasilnya langsung positif," ujar Novi ketika dihubungi IDN Times, Minggu (20/6/2021).

1. Dilempar sana-sini untuk dapat ruang perawatan khusus COVID-19

COVID-19 Melonjak, Keluarga Pasien Sulit Cari Ruang Perawatan di RSPenanganan terkait dugaan pasien terpapar virus corona di RSHS (IDN Times/Debbie Sutrisno)

Setelah dipastikan positif COVID-19 oleh pihak rumah sakit, Novi pun meminta ruang perawatan khusus pasien terpapar virus corona. Namun, pihak rumah sakit menyebut tidak ada ruang kosong sehingga pasien harus dipindah ke rumah sakit lain yang ruang ICU-nya masih ada.

"kami diping-pong (lempar sana-sini) oleh rumah sakit. Karena, sudah dirujuk pakai sistem Sisrute juga tetap saja penuh termasuk di RSHS (rumah sakit hasan sadikin)," ungkap Novi.

2. Andalkan orang dalam untuk dapat ruang ICU COVID-19

COVID-19 Melonjak, Keluarga Pasien Sulit Cari Ruang Perawatan di RStheconversation.com

Karena bingung harus dirujuk ke mana, setelah dua hari kebingungan mencari ruangan, Novi dan keluarga kemudian meminta bantuan 'orang dalam' yang masih ada hubungan keluarga. Dari situ dia berhasil mendaftarkan mertuanya dan dapat ruang parawatan.

"Itu akhirnya pakai the power off orang dalam," ujarnya.

Tapi karena kondisi yang semakin memburuk meski sudah mendapat perawatan mertuanya tetap tidak dapat tertolong. Mertua Novi meninggal dunia.

Berdasarkan pengecekan tenaga kesehatan, kemungkinan adanya hasil PCR yang negatif di awal dan positif saat tes kedua, virus corona yang ada di tubuh masih dalam tahap inkubasi. Sehingga masih sulit dideteksi.

3. Kondisi rumah sakit sangat kacau

COVID-19 Melonjak, Keluarga Pasien Sulit Cari Ruang Perawatan di RSPasien COVID-19 di ICU di Moskow (usnews.com)

Meski sempat kesal karena sulitnya mendapat ruang ICU khusus pasien COVID-19, Novi dan keluarga sudah ikhlas. Kepergian mertuanya memang sudah ditakdirkan oleh Sang Pencipta.

Di sisi lain, Novi melihat memang kondisi di rumah sakit sangat kacau. Ruangan untuk perawatan pasien terlihat sudah tidak memadai di saat pasien terus bertangan baik yang positif terpapar COVID-19 maupun masih indikasi.

"Rumah sakit kewalahan ini pasien COVID dan tidak juga banyak banget di IGD sampai subuh pasien tidak berhenti masuk. Kami juga beruntung sebenarnya dapat kamar yah. Sampai di rumah sakit ada yang harus dirawat nunggu pakai kursi roda," kata dia.

4. Rumah sakit bahkan meminta keluarga turut mencari informasi RS yang bisa merawat

COVID-19 Melonjak, Keluarga Pasien Sulit Cari Ruang Perawatan di RSIlustrasi seorang pasien COVID-19. (ANTARA FOTO/REUTERS/Marko Djurica)

Hal mirip dialami Yudha Satria. Mencari ruang ICU untuk pasien COVID-19 di saat kasus ini terus melonjak membuatnya stres. Sebab, sangat sulit mencari tempat perawatan pasien.

Dia menuturkan, beberapa waktu lalu sempat mencari ruang untuk tante, kakak dari sang ibu. Awalnya ketika kondisi sang tante menurun kemudian coba melakukan tes PCR COVID-19. Dari pengetesan itu diketahui tantenya positif terpapar virus corona. Karena di rumah sakit tempat tes tidak ada tempat perawatan, dia kemudian dirujuk ke RS Muhammadiyah Bandung.

"Setelah sempat dirawat di Muhammadiyah dan kondisi masih memburuk harus dilempar lagi ke RS lain karena ruang COVID-19 penuh," ujar Yudha.

Sayang, ternyata setelah mencari rumah sakit yang masih ada ruang ICU COVID-19, Muhammadiyah pun sulit mendapatkannya. Mereka bahkan meminta pihak keluarga untuk ikut mencari jikalau ada informasi untuk pemindahan pasien.

"Saya sudah coba ke RSHS, Advent, Edelweiss. Saya juga coba kontak orang Dinkes Bandung, tapi katanya semua sudah penuh," ungkap Yudha.

Baca Juga: Tak Perlu ke RS, Ini Tips Isoman Positif COVID-19 dengan Gejala Ringan

5. Kebutuhan donor plasma konvalesen juga tidak terpenuhi

COVID-19 Melonjak, Keluarga Pasien Sulit Cari Ruang Perawatan di RSilustrasi terapi plasma konvalesen (europeanbloodalliance.eu)

Karena sudah beberapa hari tidak mendapat RS yang bisa dirujuk, pihak RS Muhammadiyah meminta keluarga untuk mencari plasma konvalesen. Plasma ini diharap bisa meminimalisir dampak COVID-19 kepada pasien.

Yudah kemudian mencarinya ke kantor Palang Merah Indonesia (PMI) Bandung. Dia juga membuat pengumuman kebutuhan plasma ini di media sosial. Sayanganya tetap tidak bisa mendapatkan plasma tersebut.

Beberapa orang sempat ingin memberikan bantuan. Namun berbagai syarat yang diharuskan tidak memenuhi sehingga plasma mereka tidak jadi diambil pihak PMI.

"Calon pendonor tidak memenuhi kriteria. Hingga akhirnya keluarga dipanggil ke RS untuk melihat kondisi tante. Dan memang tante suda meninggal. Perjuangan sekali untuk mencari ruang ICU dan donor darah," kata Yudha.

Baca Juga: 37 Warga di Perumahan Pinus Regency Bandung Positif COVID-19

Baca Juga: Kemenkes Minta Vaksinasi 18 Tahun ke Atas di Bodebek-Bandung Dikebut

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya