Jangan Buang Resi Sembarangan, TIKI Ingatkan Risiko Data Bocor

- Resi bukan sekadar kertas, tapi pintu ke data pribadiTIKI mengajak masyarakat untuk lebih waspada dalam mengelola resi pengiriman. Sebelum membuang kemasan, hapus atau robek bagian resi yang berisi data pribadi.
- Gunakan lagi kemasan paket yang masih layakTIKI juga mendorong gerakan “Reuse Before You Throw”, yakni kebiasaan menggunakan kembali kemasan paket yang masih layak.
- Dorong ekosistem logistik ramah lingkungan dan aman dataTIKI menegaskan komitmennya untuk menjalankan operasional yang aman secara digital dan berkelanjutan secara lingkungan.
Bandung, IDN Times - Di tengah meningkatnya aktivitas belanja online di Indonesia, PT Citra Van Titipan Kilat (TIKI) mengingatkan masyarakat untuk tidak membuang kemasan dan resi paket sembarangan. Langkah sederhana itu ternyata penting untuk melindungi data pribadi sekaligus mengurangi limbah kemasan yang terus meningkat.
Direktur Utama TIKI, Yulina Hastuti, menjelaskan bahwa banyak orang belum menyadari risiko di balik label pengiriman yang menempel di paket.
“Label pengiriman berisi informasi pribadi seperti nama, nomor telepon, dan alamat lengkap. Jika dibuang tanpa dihapus, data ini bisa disalahgunakan. Karena itu, penting bagi konsumen untuk menjaga keamanan data sekaligus peduli terhadap lingkungan,” ujar Yulina, Kamis (6/11/2025).
1. Resi bukan sekadar kertas, tapi pintu ke data pribadi

TIKI mengajak masyarakat untuk lebih waspada dalam mengelola resi pengiriman. Sebelum membuang kemasan, hapus atau robek bagian resi yang berisi data pribadi.
“Kebiasaan kecil seperti ini bisa mencegah kebocoran data pribadi,” jelas Yulina.
TIKI juga menyarankan konsumen menggunakan resi digital melalui aplikasi TIKI, agar pelanggan bisa melacak paket tanpa perlu menyimpan label fisik yang berisiko terekspos.
2. Gunakan lagi kemasan paket yang masih layak

Selain menjaga data, TIKI juga mendorong gerakan “Reuse Before You Throw”, yakni kebiasaan menggunakan kembali kemasan paket yang masih layak.
Kemasan seperti kardus, bubble wrap, atau paper wrap dapat dipakai ulang asalkan label lama dilepas atau ditutup dengan lakban baru.
“Langkah ini tidak hanya hemat biaya, tapi juga mengurangi timbunan sampah kemasan,” kata Yulina.
Masyarakat juga diimbau memilah dan mengirim limbah kemasan ke tempat daur ulang atau bank sampah, sehingga dapat diproses kembali dengan benar.
3. Dorong ekosistem logistik ramah lingkungan dan aman data

TIKI menegaskan komitmennya untuk menjalankan operasional yang aman secara digital dan berkelanjutan secara lingkungan. Perusahaan ini telah menerapkan lapisan perlindungan data, mulai dari enkripsi, autentikasi berlapis, hingga pemantauan sistem secara real-time.
Di sisi lingkungan, TIKI konsisten memperluas penggunaan kemasan ramah lingkungan seperti plastik OXIUM yang cepat terurai, mengurangi kertas lewat digitalisasi dokumen, serta menerapkan sistem reverse logistics untuk mengumpulkan kembali kemasan bekas yang masih dapat digunakan antar cabang.
“Keberlanjutan bukan sekadar inisiatif tambahan, tapi bagian dari tanggung jawab operasional yang harus dijalankan setiap hari,” tegas Yulina.
“Setiap kiriman TIKI tidak hanya harus sampai dengan aman dan tepat waktu, tetapi juga berkontribusi positif bagi lingkungan,” tambah dia.
Melalui kampanye edukasi ini, TIKI ingin menumbuhkan kebiasaan baru di masyarakat — smart shipping habit, yakni kebiasaan cerdas dalam menerima dan mengelola paket.
“Di era digital, keamanan data dan kepedulian lingkungan bukan lagi isu terpisah. Keduanya harus berjalan beriringan agar logistik dan gaya hidup digital bisa tumbuh secara berkelanjutan,” tutup Yulina.
















