Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Etika Touring yang Benar dan Tidak Mengganggu Pengendara Lain

ilustrasi touring (freepik.com/cookie-studio
ilustrasi touring (freepik.com/cookie-studio
Intinya sih...
  • Tidak menguasai jalur dan jalanan, menjaga formasi sesuai aturan, disiplin menjaga jarak, dan memberi ruang bagi pengendara lain.
  • Menghormati pengendara dan pejalan kaki, menurunkan kecepatan saat melewati permukiman, tidak membunyikan klakson berlebihan, serta memberi kesempatan bagi pejalan kaki untuk menyeberang.
  • Menjaga komunikasi antar anggota tetap lancar dengan memahami isyarat tangan, kode lampu, atau sinyal tertentu yang sudah disepakati sebelumnya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kegiatan touring dengan sepeda motor telah menjadi hobi yang digemari banyak orang. Selain menyalurkan rasa cinta terhadap dunia otomotif, touring juga menjadi ajang mempererat persaudaraan antar komunitas. Namun, di balik keseruan perjalanan jarak jauh, ada tanggung jawab besar untuk menjaga keselamatan dan kenyamanan di jalan.

Touring yang dilakukan tanpa memperhatikan etika bisa menimbulkan bahaya, bahkan meresahkan pengendara lain. Berikut lima etika penting yang perlu diperhatikan agar touring tetap aman, tertib, dan penuh rasa hormat terhadap pengguna jalan lainnya.

1. Tidak menguasai jalur dan jalanan

ilustrasi touring (freepik.com/cookie-studio
ilustrasi touring (freepik.com/cookie-studio

Salah satu kesalahan yang sering dilakukan rombongan touring adalah menutup seluruh lajur jalan seolah hanya mereka yang berhak melintas. Padahal, jalan raya merupakan fasilitas umum yang digunakan oleh semua orang. Menguasai jalur atau membentuk formasi terlalu lebar bisa menghambat arus lalu lintas, bahkan berisiko menyebabkan kecelakaan.

Etika touring yang benar adalah menjaga formasi sesuai aturan, misalnya formasi zig-zag yang aman dan tidak memakan jalur lawan arah. Setiap anggota rombongan harus disiplin menjaga jarak, tidak saling salip sembarangan, dan tetap memberi ruang bagi pengendara lain. Sikap ini mencerminkan kedewasaan serta rasa hormat terhadap pengguna jalan yang lain.

2. Menghormati pengendara dan pejalan kaki

ilustrasi tempat pejalan kaki (pexels.com/marcus)
ilustrasi tempat pejalan kaki (pexels.com/marcus)

Etika dasar dalam touring adalah saling menghormati. Tidak semua orang merasa nyaman berhadapan dengan rombongan motor besar yang melintas dengan suara knalpot keras. Beberapa bahkan merasa terganggu ketika rombongan melewati area padat penduduk atau jalan sempit tanpa memperhatikan lingkungan sekitar.

Sikap santun bisa ditunjukkan dengan menurunkan kecepatan saat melewati permukiman, tidak membunyikan klakson berlebihan, serta memberi kesempatan bagi pejalan kaki untuk menyeberang. Touring seharusnya menjadi kegiatan yang mengedukasi tentang kedisiplinan dan etika di jalan, bukan ajang unjuk kekuatan.

3. Menjaga komunikasi antar anggota tetap lancar

ilustrasi touring (freepik.com/cookie-studio
ilustrasi touring (freepik.com/cookie-studio

Koordinasi yang buruk bisa menjadi sumber kekacauan di jalan. Dalam touring, setiap anggota rombongan harus memahami isyarat tangan, kode lampu, atau sinyal tertentu yang sudah disepakati sebelumnya. Tujuannya agar setiap pergerakan, mulai dari berhenti, menyalip, hingga berganti arah, bisa dilakukan dengan aman tanpa membingungkan pengendara lain.

Biasanya, touring yang terorganisir memiliki road captain dan sweeper yang bertugas menjaga ritme perjalanan. Posisi ini sangat penting untuk memastikan rombongan tetap rapi dan tidak terpecah di tengah jalan. Komunikasi yang baik akan menciptakan perjalanan yang lancar, sekaligus menunjukkan profesionalisme dalam berkendara secara berkelompok.

4. Menaati aturan lalu lintas

ilustrasi lampu merah (freepik.com/jcomp
ilustrasi lampu merah (freepik.com/jcomp

Beberapa pengendara touring terkadang merasa istimewa di jalan karena jumlah mereka yang banyak. Namun, sikap arogan seperti melawan arus, menerobos lampu merah, atau menghalangi pengguna jalan lain adalah pelanggaran serius. Touring bukan alasan untuk mengabaikan peraturan lalu lintas yang berlaku bagi semua pengendara.

Menjadi bagian dari komunitas touring seharusnya membuat seseorang lebih bertanggung jawab, bukan sebaliknya. Ketaatan terhadap rambu lalu lintas menunjukkan karakter sejati seorang biker. Ketika satu rombongan mampu berkendara tertib, citra komunitas motor pun akan terlihat lebih positif di mata masyarakat.

5. Menjaga ketertiban dimanapun berada

ilustrasi touring (freepik.com/cookie-studio
ilustrasi touring (freepik.com/cookie-studio

Setiap perjalanan jarak jauh tentu memerlukan waktu untuk beristirahat. Namun, banyak rombongan touring yang berhenti sembarangan di bahu jalan atau depan minimarket tanpa memperhatikan lalu lintas. Tindakan ini tidak hanya mengganggu pengguna jalan, tetapi juga bisa membahayakan diri sendiri karena berisiko tertabrak kendaraan lain.

Tempat beristirahat sebaiknya dipilih dengan bijak, seperti area parkir resmi, pom bensin, atau rest area. Selain itu, penting juga menjaga ketenangan dan kebersihan di tempat tersebut agar tidak menimbulkan kesan negatif bagi warga sekitar. Sikap disiplin bahkan saat berhenti menunjukkan bahwa touring bukan hanya tentang perjalanan, melainkan juga tentang tanggung jawab sosial.

Touring yang menyenangkan bukan hanya diukur dari panjangnya jarak tempuh atau pemandangan yang dilewati, tetapi juga dari bagaimana setiap peserta menjaga etika di jalan. Menghormati pengguna jalan lain, mematuhi aturan, dan menjaga koordinasi adalah wujud dari rasa tanggung jawab dalam berkendara.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us

Latest News Jawa Barat

See More

4 Kelebihan dan Kekurangan Memiliki Motor dengan CC Besar

05 Okt 2025, 15:30 WIBNews