Dedi Mulyadi Kritik PLN karena Belum Bisa Bayar Listrik Lewat Bank bjb

- Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, kritik PLN karena belum menjadikan Bank bjb rekanan dalam pembayaran listrik.
- Provinsi Jawa Barat memiliki jumlah pelanggan listrik paling banyak se-Indonesia pada 2022, menghabiskan 20% dari total daya seluruh Indonesia pada tahun 2025.
- Rasio elektrifikasi di Provinsi Jawa Barat sudah mencapai sekitar 99 persen dengan jumlah satuan rumah yang belum teraliri listrik diperkirakan sebanyak 300.000 kartu keluarga (KK).
Bandung, IDN Times - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengkritik Perusahaan Listrik Negara (PLN) karena hingga sampai saat ini belum menjadikan Bank bjb sebagai rekanan dalam pembayaran listrik. Sementara pengguna listrik di Jawa Barat tergolong tinggi.
Dedi melihat data BPS yang menyatakan Jawa Barat memiliki jumlah pelanggan listrik paling banyak se-Indonesia pada 2022, yaitu 16.310.301 pelanggan. Dengan angka tersebut harusnya Perusahaan BUMN dan BUMD berkolaborasi untuk meningkatkan target pertumbuhan ekonomi Nasional sebesar 8 persen.
"Jawa Barat pengguna listriknya paling tinggi di Indonesia. Tapi sampai hari ini Bank bjb belum bisa mendapat lisensi untuk menjadi tempat pembayaran listrik," katanya dikutip Kamis (20/11/2025).
1. Minta Dirut PLN beri akses ke Bank bjb

BPS juga mencatat Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat pertama Konsumsi Listrik Nasional, menghabiskan 70.064 GWh atau setara 20 persen dari total daya seluruh Indonesia pada tahun 2025. Menurutnya, sudah seharusnya Bank bjb turut dilibatkan.
"Saya ingin dong Dirut PLN segera memberikan ruang pada Bank Jabar untuk punya akses, agar Bank Jabar juga bisa digunakan tempat untuk pembayaran listrik bagi warga," katanya.
Dedi Mulyadi juga mencatat pemerintah serius memberikan dukungan pada BUMN tersebut lewat komitmen menghadirkan akses listrik secara merata bagi seluruh warga Jabar pada tahun depan.
Upaya ini bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, serta mewujudkan rasio elektrifikasi di Jabar mencapai 100 persen.
2. Ada 72.720 sambungan listrik baru ditargetkan selesai tahun ini

Sementara itu berdasarkan data sementara, Kepala Dinas ESDM Jabar Bambang Tirtoyuliono mengatakan, saat ini sudah ada 18.000 sambungan listrik yang terinstal atau terpasang di sejumlah desa dan kelurahan dari total target sambungan yang telah dikontrak di tahun ini.
"Target kami di tahun ini lebih kurang di 72.720 satuan sambungan, sudah berkontrak semua dan sudah ada perkembangan, dan kita optimistis bisa selesaikan di pekan ketiga bulan Desember. Progres kita sampai hari kemarin sudah mendekati angka 18.000 yang sudah terpasang," kata Bambang, dikutip Senin (3/11/2025).
Rasio elektrifikasi di Provinsi Jawa Barat, kata Bambang, sudah mencapai sekitar 99 persen dengan jumlah satuan rumah yang belum teraliri listrik diperkirakan sebanyak 300.000 kartu keluarga (KK).
"Estimasi kami di angka 300.000 yang belum teraliri listrik, tapi ini masih estimasi ya, mengingat jumlah penduduk dan desa kita cukup banyak. Angka lebih pastinya kita pastikan pada bulan Desember," ungkapnya.
3. Jaringan listrik dari PLN juga belum mampu menjangkau pedesaan di Jabar

Ada pun jumlah satuan rumah yang telah terverifikasi untuk nantinya dapat di-intervensi oleh program penyediaan sambungan listrik sementara ini berada di sekitar 190.000 KK.
"Dari data yang sudah masuk ke kita kurang leih ada 190.000-an dan ini berpotensi untuk kita intervensi melalui program listrik desa pada tahun 2026," ucap Bambang.
Mengenai penyebab masih belum teralirinya listrik di sejumlah desa dan kelurahan di Jabar, Bambang mengatakan, hal tersebut disebabkan karena jaringan listrik dari PLN belum mampu menjangkau semua pemukiman yang berada di area perbukitan dan pegunungan.
"Kendalanya kondisi demografi dan geografis di Jawa Barat. PLN itu belum bisa menjangkau daerah yang memang sporadis eksisting di perkampungan," katanya.
Ada pun sebaran lokasi pemukiman yang masih belum teraliri listrik hingga sekarang disebutkan, mayoritas berada di wilayah Jawa Barat bagian Selatan seperti, Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut, bahkan Bogor.
"Mayoritasnya Jawa Barat bagian Selatan," katanya.
















