Catatan Himpunan Mitra Dapur MBG Soal SLHS yang Minim Peminat

- Himpunan Mitra Dapur Generasi Emas (HMD Gemas) catat minimnya dapur Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang mendaftarkan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS).
- Ketua Umum HMD Gemas, Yadiman, soroti kurangnya koordinasi antar pihak berwenang untuk mendapatkan SLHS.
- Yadiman menyampaikan harapan agar pemerintah membuka satu pintu pelayanan agar SPPG semakin banyak mendaftar dan mendapatkan SLHS.
Bandung, IDN Times - Himpunan Mitra Dapur Generasi Emas (HMD Gemas) memberikan beberapa catatan mengenai masih sedikitnya dapur Program Makan Bergizi Gratis (MBG) atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang mendaftarkan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS).
Diketahui, Badan Gizi Nasional (BGN) menyatakan berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dari total 15 ribu dapur yang beroperasi baru sekitar 5.000 yang mendaftarkan SLHS. Sementara yang mengantongi SLHS baru 2.002 unit SPPG.
Ketua Umum HMD Gemas, Yadiman mengatakan, sebagai mitra dapur MBG, ada beberapa kendala yang harus diperbaiki, salah satunya yaitu soal koordinasi antar-pihak berwenang untuk mendapatkan SLHS.
"Kurang koordinasi antara instansi untuk penyelenggaraan ini. Jadi, harusnya ada satu yang mengoordinir atau ada satu pintu tapi ini sepertinya tidak ya. Itu jadi catatan juga buat Kementerian Kesehatan," ujar Yadiman setelah Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di The Trans Luxury Hotel, Kota Bandung, Selasa (18/11/2025).
1. Minta ada layanan satu pintu langsung untuk SLHS

Meski begitu, Yadiman menyampaikan, ada kemungkinan pemerintah mulai membuka satu pintu pelayanan agar semakin banyak SPPG yang mendaftar dan mendapatkan SLHS. Sebagai mitra, hal ini menurutnya sangat penting.
"Tapi ke depan katanya akan ada satu kebersamaan koordinasi dari Kementerian Kesehatan, BKN, POM, ke depan ada badan bersama," tuturnya.
Lebih lanjut, Yadiman mengungkapkan, para mitra yang tergabung dalam HMD Gemas mendorong agar para SPPG memiliki SLHS. Oleh karena itu, himpunan para mitra ini penting untuk merespons kendala-kendala di lapangan.
"Karena sepertinya banyak persoalan-persoalan di lapangan yang tidak masuk di dalam program perencanaan misalnya makanan tidak makanan tidak hygiene, terus ada keracunan, KLB (kejadian luar biasa) yang kita tidak kendalikan," katanya.
2. Mitra dapur ujung tombak MBG

Ia pun berpikir jika HMD memiliki peran yang sangat penting karena pemerintah tidak dapat menjalankan program ini tanpa bantuan mitra-mitra dapur. Selain itu investasi yang diperlukan untuk menjalankan program MBG sangat besar.
"Ya, sebenarnya mitra dapur ini kan merupakan ujung tombak dari program ini karena pemerintah tidak mungkin mampu untuk membangun sekian ribu dapur, karena memang investasinya besar. Jadi tanpa ada mitra dapur ini, maka kecil kemungkinan untuk program MBD ini berhasil," ucapnya.
3. Jadi wadah untuk para mitra MBG dalam menghadapi dinamika

Berdasarkan data yang sudah masuk, sudah ada 13.500 mitra dapur yang tersebar di tiap DPW HMD Gemas seluruh Indonesia. Sejumlah perwakilan DPW HMD Gemas, berharap organisasi ini dapat menjadi wadah untuk merespons setiap dinamika yang terjadi.
"Kemudian pemerintah daerah, sehingga operasional dan jalannya kegiatan ini (MBG) akan mampu lebih baik dan memberikan manfaat kepada seluruh pihak yang dicanangkan oleh Badan Gizi Nasional," ucap Ketua DPw HMD Gemas Sumatra Barat, Marlis.


















