Mahasiswa ITB Buat Inovasi Pembalut dari Sisa Pelepah Pisang

Bandung, IDN Times - Sisa pembalut kerap menjadi limbah yang sulit didaur ulang. Pembalut bahkan menjadi masalah lingkungan serius karena terbuat dari bahan yang sulit terurai dan membutuhkan waktu lama untuk terurai, yaitu sekitar 200-800 tahun.
Sementara menurut data yang dihimpun oleh Sustaination, di Indonesia, dalam sehari, sampah pembalut saja bisa mencapai 26 ton. Dalam sehari, rata-rata perempuan bisa mengganti pembalut sebanyak 3 sampai 5 kali. Sementara, menurut laman OrganiCup, satu perempuan akan menghasilkan 11.000 pembalut sekali pakai seumur hidupnya.
Lalu bagaimana cara meminimalisir limbah pembalut?
Tiga mahasiswa ITB baru-baru ini coba menginisiasi untuk membuat pembalut yang ramah lingkungan, Mennapads. Ini merupakan sebuah inovasi berupa pembalut biodegradable yang diproduksi dari sisa pelepah pisang.
Rencana pembuatan ini disampaikan Salwa Salsadila, Kezia Wira Keren, dan Diola Suprapti, yang merupakan mahasiswa Rekayasa Pertanian Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati - Rekayasa (SITH-R) Institut Teknologi Bandung (ITB), dalam Agricultural Food Competition (AFC) yang digelar Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.
1. Kemasannya juga pakai bioplastik

Salwa Salsadila menuturkan, untuk memastikan produknya sepenuhnya ramah lingkungan, Mennapads dirancang dengan lapisan awal dan akhir berbahan bioplastik sehingga 100 persen dapat terurai secara alami. Tidak hanya itu, kemasannya juga menggunakan bioplastik. Hal ini menjadikan Mennapads sebagai solusi yang lebih berkelanjutan bagi kesehatan wanita dan juga kelestarian lingkungan.
"Salah satu tujuan utama Mennapads adalah mengurangi limbah plastik dari pembalut konvensional," kata Salwa dikutip IDN Times dari laman ITB, Minggu (31/3/2025).
Saat ini, sekitar 95 persen wanita di Indonesia menggunakan pembalut saat menstruasi yang menyumbang timbunan sampah hingga 26 ton setiap harinya. Dengan hadirnya Mennapads, penggunaan pembalut sekali pakai berbahan plastik dapat diminimalkan sehingga membantu mengurangi pencemaran lingkungan.
2. Jadi cara untuk kurangi juga limbah pertanian

Sementara itu, Kezia Wira Keren menyebut bahwa pembuatan Mennapads juga menjadi cara pemanfaatan limbah pertanian. Pelepah pisang diolah menjadi lapisan penyerap alami yang mampu menggantikan bahan sintetis dalam pembalut. Dalam sistem produksi pisang, satu pohon hanya menghasilkan satu tandan pisang sebelum akhirnya ditebang.
Akibatnya, limbah pelepah pisang terus meningkat dengan perkiraan produksi mencapai 640.000 batang per tahun. Limbah ini umumnya tidak dimanfaatkan dan hanya berakhir sebagai sampah organik.
"Nah, kami melihat limbah pertanian yang sering terbuang sia-sia sebagai peluang besar dan ingin mengolahnya menjadi produk yang lebih bernilai," kata dia.
Selain mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, Mennapads juga berkontribusi pada ekonomi sirkular dengan memberdayakan petani lokal dan membuka peluang ekonomi baru di sektor pertanian.
3. Isu keberlanjutan harus jadi perhatian utama

Menurut mereka, isu keberlanjutan dalam pertanian harus menjadi perhatian utama karena kesehatan dan kesuburan tanah berperan penting dalam menjaga produktivitas pertanian jangka panjang. Tanah yang terdegradasi akibat pencemaran dan praktik pertanian yang tidak ramah lingkungan dapat mengancam ketahanan pangan serta kesejahteraan petani di masa depan.
Dengan memanfaatkan limbah pertanian sebagai bahan baku industri, seperti yang dilakukan dalam Mennapads, diharapkan lebih banyak inovasi yang memanfaatkan limbah pertanian sebagai bahan baku industri dapat mendukung keberlanjutan lingkungan. Ke depannya, tim The Bananabees berharap dapat mengembangkan Mennapads lebih lanjut sehingga dapat diproduksi secara massal dan menjadi solusi nyata bagi masalah limbah plastik serta kesehatan wanita.