Kasus DBD Meningkat Tajam, Pemkot Bandung Belum Tetapkan Status KLB

Bandung, IDN Times - Pemerintah Kota Bandung belum menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) terkait meningkatnya kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Padahal, jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit akibat positif terjangkit DBD terus bertambah.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Rita Verita mengatakan, jumlah pasien DBD di Kota Bandung terus bertambah. Berdasarkan data terakhir hingga 30 Januari 2019, jumlah pasien yang dirawat akibat positif DBD mencapai 224 orang.
"Data pada 28 Januari jumlah pasien yang dirawat mencapai 137 orang. Tapi, data 30 Januari kemarin, jumlahnya sudah mencapai 224 kasus. Jadi, selama dua hari bertambah 87 pasien," kata Rita di Taman Sejarah, Jalan Wastukencana, Kamis(31/1).
1. Pemkot Bandung belum tetapkan status KLB

Rita mengungkapkan, belum ditetapkannya status KLB DBD di Kota Bandung karena kasus yang muncul masih dalam batas normal. Artinya, penambahan kasus DBD tidak mencapai lonjakan dua kali lipat dari tahun sebelumnya di periode yang sama.
"Peningkatannya memang cukup banyak. Tapi, tidak terjadi peningkatan jumlah dua kali lipat dari tahun lalu. Kami mengimbau warga tetap waspada. Jadi belum KLB," ujar dia.
Ia menjelaskan, kebijakan status KLB DBD akan diberlakukan jika terjadi peningkatan jumlah kasus dua kali lipat.
"KLB itu terjadi peningkatan 2 kali lipatnya dari tahun sebelumnya. Tahun lalu, ada 2.828 kasus," ungkap dia.
2. Waspada, ini jam gigit nyamuk aedes aegepty

Rita menyebutkan, masyarakat harus tetap waspada terhadap penyebaran kasus DBD. Selain menjaga kebersihan lingkungan dengan menjalankan 3M plus (menguras, menutup, mengubur), warga juga diminta untuk mewaspadai kapan nyamuk biasanya akan mengigit.
"Nyamuk ini menggigit sekitar pukul 08.00-10.00 pagi dan pukul 15.00-17.00. Waspada di waktu-waktu ini karena biasanya nyamuk itu beredar," kata dia.
3. Sebagian besar pasien DBD di Kota Bandung menyerang anak sekolah

Dinas Kesehatan Kota Bandung mencatat kasus penyakit DBD paling banyak dialami anak sekolah. Berdasarkan data, sekitar 40,44 persen penderita DBD yang dirawat di rumah sakit merupakan anak berusia antara 4-15 tahun.
"Kalau melihat angka usia pasien DBD yang dirawat ini menunjukan jam gigitan nyamuk terjadi saat jam sekolah dan setelah tidur siang," ujar dia.
4. Antisipasi DBD, Dinkes panggil kepala sekolah SD dan SMP

Karena itu, kata dia, pihak sekolah diminta untuk menggiatkan kembali program Jumantik (juru pemantau jentik). "Sekolah jangan lupa melihat bak mandi, lihat jentik nyamuk, jangan malas dikuras dan digosok," ungkap dia.
Dinkes Kota Bandung juga telah mengumpulkan kepala sekolah SD dan SMP untuk mengiatkan program jumantik termasuk membentuk jumatik cilik agar bisa memantau bak sekolah.
"Kota Bandung masih banyak warga yang menggunakan bak mandi. Tempat ini menjadi lokasi perkembangbiakan jentik nyamuk," ujar dia.
5. Ternyata fogging kurang efektif basmi nyamuk DBD

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Rita Verita mengatakan, upaya fogging atau pengasapan sebenarnya tidak efektif dalam mengatasi penyebaran DBD. Menurut dia, fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, tidak bersama larva dan jentiknya.
"Sedangkan, jentik, larva telurnya tidak mati. Selain itu, efektivitas asapnya juga hanya bertahan 24 jam," kata dia.
Rita mengatakan, upaya fogging yang dilakukan sebenarnya hanya difokuskan jika sudah ada kasus di wilayah tersebut. "Jadi, yang paling penting itu pemberantasn sarang nyamuknya," tegas dia.