Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Gerakan Literasi Keuangan Nasional Sudah Sentuh 200 Juta Peserta

Ilustrasi keuangan. (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi keuangan. (IDN Times/Arief Rahmat)
Intinya sih...
  • Gerakan nasional diperkuat kolaborasi lintas pemangku kepentingan
  • Tantangan besar: maraknya penipuan digital dan investasi ilegal
  • Literasi sebagai benteng perlindungan masyarakat
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Kesadaran masyarakat mengenai pentingnya literasi dan manajemen keuangan mulai mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini sejalan dengan bertumbuhnya ekosistem keuangan digital serta mudahnya akses terhadap berbagai produk finansial, baik dari lembaga resmi maupun penyedia layanan berbasis daring.

Namun, meningkatnya akses terhadap layanan keuangan tidak sepenuhnya berjalan tanpa risiko. Kasus penipuan digital, investasi ilegal, hingga manipulasi finansial berbasis online justru semakin meningkat dan menyasar masyarakat dari berbagai kalangan, termasuk generasi muda.

Sebagai bentuk respons terhadap kondisi tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus memperkuat program edukasi yang tidak hanya mengedepankan penyampaian informasi, tetapi juga membangun kesadaran dan keterampilan pengelolaan keuangan yang lebih bijak serta berkelanjutan.

Salah satu program strategis yang kembali diperkuat adalah Gerakan Nasional Cerdas Keuangan, yang kini telah menjangkau ratusan juta peserta melalui ribuan program edukasi yang melibatkan pemangku kepentingan dari berbagai sektor.

1. Gerakan nasional yang diperkuat kolaborasi lintas pemangku kepentingan

Gerakan Literasi Keuangan Nasional Sudah Sentuh 200 Juta Peserta (Dok. IDN Times)
Gerakan Literasi Keuangan Nasional Sudah Sentuh 200 Juta Peserta (Dok. IDN Times)

Gerakan ini kembali disampaikan dalam momentum Financial Healing yang diselenggarakan bersama Katadata, di mana OJK menegaskan pentingnya kolaborasi berkelanjutan untuk meningkatkan literasi publik.

Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, gerakan ini melibatkan berbagai unsur industri keuangan dan menjadi program edukasi berskala nasional. “Ini merupakan satu gerakan nasional melibatkan seluruh pelaku jasa keuangan,” jelas Friderica.

Secara keseluruhan, hingga Oktober 2025 telah dilaksanakan 42.121 program edukasi dan literasi yang menjangkau lebih dari 200 juta peserta atau viewers di seluruh Indonesia. “Tentu saja ini memerlukan orkestrasi dan juga sinergi dan kolaborasi yang terus menerus,” ujar Friderica.

2. Tantangan besar: maraknya penipuan digital dan investasi ilegal

Ilustrasi penipuan dan penggelapan. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi penipuan dan penggelapan. (IDN Times/Aditya Pratama)

Di tengah meningkatnya akses digital, Friderica menegaskan bahwa ancaman penipuan finansial kini bukan lagi kasus minor, melainkan fenomena kompleks yang terjadi setiap hari. Menurutnya, banyak masyarakat yang belum memahami strategi mitigasi risiko keuangan secara tepat.

“Kalau kita melihat data Indonesia Anti-Scam Center per November tahun ini, data kerugian masyarakat sudah mencapai Rp7,3 triliun,” ungkapnya.

Ia menyebut lebih dari 323 ribu laporan diterima, dengan rata-rata 800–1.000 laporan setiap hari, jauh lebih tinggi dibanding negara lain yang hanya menerima sekitar 150–200 laporan harian.

Beberapa modus yang paling dominan meliputi penipuan transaksi belanja online, panggilan palsu (fake call), hingga investasi bodong yang kerap menyasar generasi muda.

“Alih-alih investasi, ternyata mereka malah masuk kepada investasi bodong,” katanya.

3. Literasi sebagai benteng perlindungan masyarakat

ilustrasi penipuan (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi penipuan (IDN Times/Aditya Pratama)

Dengan situasi tersebut, OJK menilai bahwa literasi keuangan menjadi benteng utama untuk mencegah kerugian dan dampak sosial ekonomi yang lebih luas. Masyarakat tidak hanya diminta melek finansial, tetapi juga mampu bersikap kritis dan berhati-hati sebelum mengambil keputusan finansial.

Menurut Friderica, pembekalan edukasi yang tepat akan membantu masyarakat mengelola keuangan secara bijak, menyusun perencanaan yang realistis, serta memahami risiko sebelum terlibat dalam aktivitas finansial digital.

Edukasi juga diharapkan dapat menekan angka kejadian scam yang sifatnya masif.

“OJK mempunyai tugas untuk melindungi masyarakat dari berbagai macam ancaman seperti scam. Namun, masyarakat juga harus semakin waspada,” katanya.

Ia menutup bahwa perlindungan finansial merupakan tanggung jawab bersama, dimulai dari kemampuan individu memahami risiko dan mengamankan data pribadinya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us

Latest News Jawa Barat

See More

Sabunity: Produk Rumahan di Perbatasan yang Jadi Penggerak Ekonomi Hijau

15 Nov 2025, 19:54 WIBNews