Evermos Borong Dua Anugerah Avirama Nawasena 2025

Bandung, IDN Times - Evermos, platform connected-commerce baru saja diganjar penghargaan Anugerah Avirama Nawasena 2025 dalam kategori Inovasi dalam Layanan Keberlanjutan dan Inovasi Perubahan Sosial. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi terhadap inisiatif Evermos dalam menciptakan ekosistem kewirausahaan yang inklusif, terutama bagi perempuan dan masyarakat terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK).
Anugerah Avirama Nawasena sendiri merupakan penghargaan ESG yang diberikan setiap tahun oleh Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (ITB) kepada lembaga yang memiliki inovasi untuk mendukung masyarakat Indonesia menuju ekonomi masa depan yang berkelanjutan.
Dua aspek yang menjadi penilaian utama adalah inovasi keberlanjutan dan praktik ESG (environment, social and good Governance) yang dilakukan.
1. Evermos wujudkan peluang usaha yang inklusif lewat inovasi digital

Di Indonesia, kesenjangan kesempatan usaha masih menjadi tantangan besar, terutama bagi perempuan yang kerap menghadapi hambatan sosial dan ekonomi. Meskipun 64,5 persen UMKM di Indonesia dikelola oleh perempuan, banyak yang masih menghadapi keterbatasan akses pelatihan, pasar digital, dan pendanaan.
Faktanya, hanya 16 persen UMKM yang telah sepenuhnya memanfaatkan teknologi, sementara sektor e-commerce diproyeksikan tumbuh hingga USD 100 miliar pada 2025.
Menjawab tantangan ini, mereka memberi solusi digital yang memungkinkan siapa pun, termasuk perempuan dan UMKM di daerah tertinggal, untuk memulai bisnis tanpa modal besar. Dengan fitur seperti katalog digital, sistem pembayaran terintegrasi, serta pelatihan dan pendampingan gratis, Evermos membuka akses ke pasar yang lebih luas dengan memberdayakan lebih banyak wirausahawan.
Hingga kini, mereka telah memiliki lebih dari satu juta reseller di seluruh Indonesia, dengan 86 persen di antaranya adalah perempuan dan 60 persen merupakan ibu rumah tangga.
“Melalui fleksibilitas yang diberikan, banyak dari mereka kini mampu memperoleh pendapatan tambahan dengan nominal rata-rata USD239.45 per bulan, yang bahkan lebih tinggi di atas rata-rata pendapatan bulanan nasional Indonesia sebesar USD195.50,” kata Ilham Taufiq, Co-founder sekaligus Acting CEO Evermos, dalam siaran pers yang diterima IDN Times, Minggu (9/2/2025).
2. Berdayakan penyintas PHK lewat wirausaha digital

Selain mendukung perempuan dalam berwirausaha, Evermos juga aktif berkontribusi dalam membantu masyarakat terdampak PHK melalui berbagai program pemberdayaan.
Kolaborasi strategis Evermos dengan International Labour Organization (ILO) telah menghasilkan inisiatif seperti Workshop Digitalisasi Usaha, yang sukses dilaksanakan di berbagai kota, termasuk Sukabumi dan Bekasi pada 2023 hingga 2024, dan akan berlanjut pada 2025 ini.
Melalui program ini, mereka memberikan pelatihan keterampilan digital dan wirausaha kepada para pekerja yang kehilangan pekerjaan, dengan membuka jalan bagi mereka untuk bangkit melalui bisnis online.
Dalam dua pekan pertama, program ini berhasil mencatatkan omzet lebih dari Rp37 juta, dengan 107 peserta aktif yang kini telah memiliki sumber pendapatan baru.
3. Akan berdayakan lebih banyak perempuan

Keunggulan pendekatan Evermos tidak hanya terletak pada pelatihan teknis, tetapi juga pada pembangunan komunitas reseller yang berkelanjutan. Dengan lebih dari 2.100 komunitas aktif di seluruh Indonesia, para reseller mendapatkan dukungan, mentoring, dan akses sarana untuk membangun jaringan bisnis yang lebih luas.
“Anugerah Avirama Nawasena merupakan bukti nyata bahwa inovasi digital dapat menjadi jembatan untuk menciptakan peluang ekonomi yang lebih merata dan inklusif. Penghargaan Ini bukan sekadar pencapaian bagi Evermos, tetapi juga kemenangan bagi seluruh komunitas reseller yang telah berjuang untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik,” kata Ilham.
“Meraih penghargaan ini sekaligus menggaris-bawahi pekerjaan yang perlu Evermos lakukan untuk terus membuka peluang baru, memberdayakan lebih banyak lagi perempuan, dan mendukung pembangunan ekonomi yang inklusif di Indonesia.”