Cerita Sopir Bus Maut di Subang, Rem Blong Pilih Tabrak Tiang Listrik

Bandung, IDN Times - Sopir bus Trans Putera Fajar yang alami kecelakaan di Kabupaten Subang, SAD (50), tak bosannya meminta maaf atas tragedi yang menimpa penumpangnya. Dia menyesal karena gagal menyelamatkan seluruh penumpang dalam rombongan SMK Lingga Kencana Depok, yang terguling di Jalan Raya Ciater, Sabtu (12/5) malam.
Pria asal Bekasi ini bertugas mengantarkan rombongan siswa SMK yang menggelar acara perpisahan di Kota Bandung. Setibanya di Jalan Raya Ciater, kendaraan bus yang dikemudikannya terguling karena rem blong.
Ia mengatakan, kendaraan busnya itu memang sempat mengalami kendala, tapi sudah sempat diperbaiki saat rombongan istirahat.
"Sempat (diperbaiki), itu namanya setel rem di Tangkuban Parahu dari Tangkuban Parahu makan sore di rumah makan, kemudian jalan pulang dari situ biasa berjalan normal," kata SAD ditemui di RSUD Subang, Minggu (12/5/2024).
1. Sudah sempat perbaiki kondisi rem oleh montir

Sesampainya di perempatan Jalan Raya Ciater, SAD mulai merasakan ada yang tidak beres dengan rem busnya. Saat itu ada mobil yang keluar masuk dari jalan perempatan, dan SAD tidak bisa menahan rem bus. Kontur jalan yang terus menurun, membuat SAD kesulitan mengatur laju kecepatan, ditambah rem yang blong.
Atas inisiatifnya, SAD kemudian membawa kendaraan bus yang sudah blong itu ke arah kanan jalan dan menabrakkannya ke tiang listrik. Nahas, di sisi kanan jalan itu ada tiga unit sepeda motor dan mobil Feroza yang ikut tertabrak kendaraan bus berplat kendaraan AD 7524 OG itu.
Dia mencoba mencari tempat darurat untuk penyelamatan yang biasanya ada dalam sebuah jalan turunan tapi tidak mendapatkannya.
"Saya cari itu enggak dapat, mulai dari atas sampai tempat kejadian. Kalau saya terusin banyak yang lebih (korban) kena musibah, ada motor mobil dengan kecepatan tinggi, tidak ada gigi dan rem tidak berfungsi. Saya inisiatif, saya lihat ada tiang listrik saya belok kanan," paparnya.
2. Ada 11 orang jadi korban meninggal

Akibat peristiwa itu, 11 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya mengalami luka-luka. Mereka terdiri dari 9 pelajar, satu guru yang jadi penumpang bus, serta satu pengendara motor.
Kata SAD, ini bukanlah pertama kalinya dirinya menyetir melewati Jalan Raya Ciater itu. Dia sudah berpengalan sehingga tak menyangka perjalanannya kali ini justru memakan banyak korban jiwa.
"Sudah lama jadi sopir dari (tahun) 1996 dan jalur itu bukan satu dua kali, tapi sering lewat," tuturnya.
3. Jalur ini memang kerap terjadi kecelakaan

Terpisah, Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri Irjen Pol Aan Suhanan mengatakan peristiwa ini masih dalam penyelidikan. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan ada penetapan tersangka.
“Apabila hasil penyelidikan mengarah ke tersangka, seperti contoh pengusaha (bus), itu kami juga akan terapkan pasal terkait pengusaha yang mungkin ada kelalaian dan sebagainya, bisa dijadikan tersangka, ini sangat memungkinkan,” terang dia.
Selain itu, ia mengatakan bahwa jalur yang dilalui masuk kategori rawan karena kecelakaan tidak hanya sekali terjadi.
Oleh karena itu, pihaknya akan menggelar Forum Group Discussion (FGD) untuk pembenahan dan menekan potensi kecelakaan berulang.
“(Jalur) ini adalah blank spot, sering terjadi kecelakaan di sini, kemudian kita nanti ada FGD setelah ini, setelah olah TKP, setelah penyelidikan. Nanti kami akan memberikan rekomendasi," ujarnya.