9.810 Jiwa di Jabar Terdampak Bencana Sepanjang November 2025

- 9.810 jiwa terdampak bencana alam di Jawa Barat selama November 2025.
- 74 kejadian bencana terbagi dalam cuaca ekstrem, tanah longsor, dan banjir.
- Kabupaten Bogor menjadi daerah dengan kejadian bencana terbanyak, pemprov Jabar menetapkan status siaga darurat bencana hingga April 2026.
Bandung, IDN Times - Selama satu pekan lebih atau 1-12 November 2025, Jawa Barat dilanda bencana alam hingga berdampak langsung ke masyarakat. Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Barat, mencatat total 74 kejadian bencana dalam periode tersebut.
Bencana alam ini terbagi ke dalam tiga kategori utama yakni cuaca ekstrem, tanah longsor dan banjir. Sebanyak 35 kejadian digolongkan sebagai cuaca ekstrem, termasuk hujan lebat, angin kencang dan petir menjadi jenis kejadian terbanyak.
Kemudian, 26 peristiwa tanah longsor yang sebagian besar terjadi di lereng dan perbukitan rawan di berbagai kabupaten. Sedangkan banjir tercatat sebanyak 13 kali dalam periode ini.
1. Banyak bangunan rusak berat

Dari total kejadian itu, ada 38 bangunan rusak berat, 78 unit rusak sedang, dan 349 unit dengan rusak ringan. Sementara lebih dari 2.459 bangunan terendam akibat banjir. Dari sisi manusia, tercatat 9.810 jiwa terdampak.
Kabupaten Bogo tercatat menjadi daerah dengan kejadian bencana terbanyak yakni 14 kejadian, disusul Kabupaten Cianjur sembilan kejadian, Kabupaten Garut delapan kejadian, Kabupaten Karawang enam kejadian serta Kabupaten Kuningan dan Bandung Barat masing-masing lima kejadian.
Pemprov Jabar telah menetapkan status siaga darurat bencana untuk 27 kabupaten dan kota. Penetapan status ini tertuang dalam Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 360/Kep.626-BPBD/2025 dan berlaku mulai 15 September 2025 hingga 30 April 2026.
2. Bencana longsor paling tinggi di Jabar

Kepala Pelaksana BPBD Jabar Teten Ali Mulku Engkun mengungkapkan perilaku manusia masih menjadi penyebab utama terjadinya bencana alam, terutama untuk kejadian banjir dan longsor.
"Di Jawa Barat paling tinggi itu banjir dan longsor, dan sebagian besar diyakinkan oleh ulah manusia sendiri. Buang sampah sembarangan, perubahan tata guna lahan, mengganti pohon penyerap air dengan tanaman yang tidak bisa menyimpan air, dan lain-lain," ungkap Teten.
3. Masyarakat diminta siaga tapi jangan panik

Kepada masyarakat, Teten mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan dan kesadaran individu dalam mengurangi risiko bencana. Sebab katanya, bencana bukan sesuatu hal yang dapat dihindari.
"Masyarakat perlu tahu kondisi daerahnya seperti apa, potensi bencana yang ada apa. Tetap waspada, jangan panik. Cek jalur evakuasi dan titik kumpul yang sudah ditetapkan oleh teman-teman di kewilayahan," ujarnya.


















