174 Ribu Lansia di Cirebon Terlantar, Siapa Bertanggung Jawab?

Cirebon, IDN Times - Sebanyak 174.424 warga lanjut usia (lansia) di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, hidup dalam kondisi terlantar. Jumlah ini tersebar di seluruh wilayah kecamatan.
Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), angka tertinggi berada di Kecamatan Sumber sebanyak 6.787 lansia, Kecamatan Babakan 6.170 lansia, Kecamatan Waled 5.956 lansia, dan Kecamatan Dukupuntang 5.730 lansia. Kondisi ini memerlukan perhatian serius dari pemerintah daerah.
1. Terjadi perubahan struktur keluarga

Kepala BPS Kabupaten Cirebon, Judiharto Trisnadi menjelaskan, angka tersebut mencerminkan permasalahan sosial yang semakin kompleks di daerah tersebut.
Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan banyaknya lansia terlantar di Kabupaten Cirebon, salah satunya adalah perubahan struktur keluarga.
“Kita semua mengenal konsep keluarga besar di mana orangtua tinggal bersama anak-anak mereka. Namun, sekarang banyak anak yang merantau atau sibuk dengan pekerjaan, sehingga lansia menjadi kurang mendapatkan perhatian,” ungkapnya.
Selain itu, faktor ekonomi juga memainkan peran penting. Banyak keluarga yang kesulitan secara finansial sehingga tidak mampu merawat anggota keluarga yang sudah lanjut usia.
Kondisi kesehatan juga menjadi tantangan besar. Lansia yang terlantar umumnya mengalami berbagai masalah kesehatan, namun akses terhadap layanan medis masih terbatas.
"Di beberapa daerah, fasilitas kesehatan belum memadai, dan lansia kesulitan mendapatkan perawatan yang layak,” ujarnya.
2. Kontribusi terhadap angka kemiskinan

Jumlah lansia terlantar yang tinggi juga berdampak pada aspek sosial dan ekonomi di Kabupaten Cirebon. Judiharto menyoroti kondisi ini, karena bisa memicu berbagai permasalahan baru seperti meningkatnya angka kemiskinan dan kesenjangan sosial.
Lansia yang tidak memiliki keluarga atau penghasilan berpotensi menjadi beban bagi masyarakat sekitar. Jika tidak ditangani dengan baik, hal tersebut bisa berkontribusi pada meningkatnya angka kemiskinan.
Dari sisi sosial, fenomena ini juga mencerminkan adanya perubahan nilai dalam masyarakat.
“Kami melihat adanya pergeseran dalam cara masyarakat memperlakukan orangtua. Jika dulu mereka dianggap sebagai tanggung jawab keluarga, kini banyak yang menyerahkan sepenuhnya kepada negara atau komunitas,” ujarnya.
3. Pemerintah harus tingkatkan layanan sosial

Untuk mengatasi permasalahan ini, Judiharto menyarankan agar pemerintah daerah lebih aktif dalam membuat kebijakan yang berpihak pada lansia. Salah satunya ialah meningkatkan layanan sosial bagi mereka yang tidak memiliki keluarga atau sumber penghasilan.
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya peran komunitas dalam membantu lansia.
"Harus membangun sistem di mana masyarakat sekitar turut peduli terhadap lansia di lingkungannya, misalnya dengan program kunjungan rutin atau bantuan makanan,” katanya.
BPS sendiri terus berupaya memberikan data yang akurat agar kebijakan yang dibuat oleh pemerintah lebih tepat sasaran.
Masalah lansia terlantar memang bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. Dengan kerja sama antara berbagai pihak, diharapkan kondisi lansia di Kabupaten Cirebon dapat lebih baik di masa depan.