Kualitas Ruang Hijau Bisa Dorong Masyarakat Lebih Rajin Bergerak

Masyarakat Indonesia masih tergolong malas bergerak

Bandung, IDN Times - Masyarakat yang enggan bergerak dalam berbagai hal bisa menyebabkan kematian seseorang. Berdasarkan data Nature pada 2017, kematian yang disebabkan perilaku kelembaman dapat mencapai 5.300.000 kematian per tahunnya di dunia.

Sebagai informasi, kelembaman fisik merupakan perilaku keengganan bergerak warga masyarakat yang berdampak buruk bagi kesehatan. Hal ini pun dapat menurunkan harapan hidup seseorang.

Salah satu tim peneliti dari Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur (KK PA) SAPPK ITB, Mochamad Prasetiyo Effendi Yasin menuturkan, perilaku kelembaman fisik (inactivity pandemic) tak kalah memprihatinkan dalam menyebabkan korban meninggal.

"Kelembaman ini terjadi ketika seseorang lebih banyak duduk, tiduran di sofa sambil menonton tv atau banyak duduk di depan meja komputer," kata Prasetiyo melalui siaran pers itb.ac.id, Minggu (20/8/2023).

1. Indonesia menjadi negara yang punya masalah malas gerak

Kualitas Ruang Hijau Bisa Dorong Masyarakat Lebih Rajin Bergerakilustrasi mager (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Prasetiyo menuturkan, dari data WHO menyebut bahwa kelembaman fisik ini adalah pandemi bagi warga dunia. Bahkan, penyebab kematian utama di dunia, yakni stroke serta serangan jantung dapat disebabkan oleh perilaku kelembaman fisik yang tidak sehat.

Menurutnya, Indonesia menjadi negara yang mempunyai masalah kelembaman fisik yang serius. Menurut studi yang dilakukan oleh peneliti di Stanford, penduduk Indonesia memiliki masalah serius mengenai aktivitas berjalan kaki.

"Berdasarkan data penghitung langkah akselerometer dari ratusan ribu ponsel di seluruh dunia, rata-rata orang di Indonesia mengambil langkah paling sedikit per hari dibandingkan negara mana pun yang ditinjau oleh para peneliti," kata dia berdasarkan studi yang dilakukan peneliti Stanford.

Sebagai pembanding, penduduk Tiongkok umumnya berjalan sebanyak 6.189 langkah per harinya, sementara masyarakat Indonesia hanya sebanyak 3.513 langkah per hari. Jumlah ini pun masih lebih rendah dibandingkan negara tetangga, Filipina, dengan jumlah 4.008 per harinya.

"Upayanya merubah perilaku masyarakat agar lebih sehat semestinya menjadi masalah kita semua. Baik pihak pemerintah, pihak swasta dan warga masyarakat," ujarnya.

2. Kehadiran ruang publik yang nyaman bisa atasi masalah kelembaman fisik

Kualitas Ruang Hijau Bisa Dorong Masyarakat Lebih Rajin BergerakSejumlah warga berolahraga di ruang terbuka hijau Lapangan Vatulemo, Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (4/2/2022). ANTARA FOTO/Basri Marzuki

Salah satu yang hal yang dapat mengatasi masalah kelembaman fisik adalah membangun kebiasaan berjalan kaki. Indonesia perlu lebih mengkampanyekan berjalan kaki, sebagai aktivitas utama di dalam kota. Agar masyarakat pun lebih sehat dan sejahtera.

Prasetiyo menjelaskan ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan perannya agar masyarakat semakin leluasa. Pertama adalah soal kebijakan.

"Keberpihakan dan pemberian insentive hendaknya diberikan pada moda transportasi yang dapat meningkatkan kesehatan bagi masyarakat, tidak menghasilkan polusi, dan berkelanjutan," ungkapnya.

3. Pejalan kaki dan pengguna sepeda harus mendapat perlindungan maksimal di jalanan

Kualitas Ruang Hijau Bisa Dorong Masyarakat Lebih Rajin Bergerakilustrasi kota Daegu, Korea Selatan (unsplash.com/Morvanic Lee)

Menurutnya kebijakan peraturan juga hendaknya mendukung serta memberikan perlindungan maksimal bagi non motorized transportation mode, seperti untuk pejalan kaki dan pengguna sepeda.

Kemudian yang perlu diperhatikan adalah kualitas ruang publik, yang hendaknya dibangun dengan material serta kualitas pekerjaan yang prima. Tujuannya untuk makin menjamin keberlanjutan serta keselamatan pengguna.

Lalu integrasi sistem jalur pejalan kaki dan sepeda yang juga perlu diperhatikan dalam perencanaan strategis pemanfaatan ruang publik. Dalam perencanaan transportasi perlu pula memasukkan fasilitas pejalan kaki serta sepeda sebagai salah satu moda transportasi yang terintegrasi dengan jaringan perkotaan.

Ruang publik juga perlu memiliki ambience atau suasana dan karakter yang menyenangkan bagi pejalan kaki. Salah satu unsur yang penting adalah dengan kehadiran pohon-pohon di sekitarnya.

Tak hanya dapat melindungi diri dari panas matahari, semakin teduh pepohonan juga dapat membangun suasana yang menyenangkan bagi para pejalan kaki. Sehingga mereka juga dapat beraktivitas lebih lama di ruang publik.

ITB sebagai perguruan tinggi yang juga mengusung eco-campus dapat menjadi wadah yang strategis bagi perubahan perilaku masyarakat untuk lebih aktif bergerak. Selain itu, mengoptimalkan fungsi ruang publik juga dapat menjadi cara untuk masyarakat lebih termotivasi lebih banyak bergerak dan beraktivitas di ruangan terbuka.

Baca Juga: 7 Kota di Dunia Paling Ramah Pejalan Kaki, Ada Korea Selatan! 

Baca Juga: Luasan RTH Minim, Sekda Ema Ibaratkan Bandung Seperti Kapal Mau Karam

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya