5 Cara Awet Hubungan Persahabatan ala Teori Fungsionalisme Struktural

Sahabat, meski tak ada ikatan darah yang mengalir di dalamnya, namun rasanya sudah seperti saudara kandung sendiri, ya. Bukan tanpa alasan, melainkan adanya perasaan yang cukup intim dan mengikat satu sama lainnya.
Sehingga, menjaga hubungan baik dengan sahabat itu patut kamu lakukan. Dengan hubungan persahabatan yang awet, tentu kamu tidak akan kehilangan sosok rumah seperti sahabatmu saat ini, ya.
Nah, kamu bisa menerapkan teori fungsionalisme struktural untuk melanggengkan hubungan persahabatanmu. Bagaimana caranya? Sesuai namanya, yakni kamu harus menjaga fungsionalitas dimensi kehidupan persahabatanmu. Langsung simak ulasan spesifiknya di bawah ini, ya.
1. Kamu dan sahabat punya kehidupan pribadi yang harus berjalan fungsional

Meski kamu memiliki hubungan yang cukup dekat dengan sahabatmu. Namun, perlu diingat bahwa dia juga punya kehidupan pribadi, dan seharusnya kamu pun memilikinya. Dengan begitu, maka untuk bisa membuat hubungan persahabatan jadi awet. Ya, beri sahabatmu haknya untuk punya dan menjalankan kehidupan pribadinya secara fungsional, tanpa melibatkan urusan persahabatan kalian.
Mulai dari fungsional dalam pendidikan atau pekerjaannya, fungsional dalam menjalankan me time, hingga fungsional dalam kehidupan sosialnya yang lain. Ketika kehidupan pribadinya sudah terpenuhi fungsinya. Maka, besar peluangnya dia jadi bisa fungsional dalam kehidupan persahabatan denganmu.
Yakni, mulai dari bisa bebas mengekspresikan diri ketika bersamamu. Lalu, fungsional persahabatan yang saling membahagiakan juga terpenuhi. Pada akhirnya, hubungan persahabatan jadi panjang umur ketika kamu dan sahabat bisa merasa hidup di dalamnya.
2. Kehidupan persahabatan harus berjalan fungsional

Dalam teori fungsionalisme struktural, dijelaskan bahwa kehidupan masyarakat bisa berjalan teratur dan seimbang ketika setiap dimensi kehidupan telah berjalan sebagaimana fungsinya. Nah, hal tersebut juga berlaku dalam kehidupan persahabatan. Yakni, kamu dan sahabatmu harus sama-sama fungsional hubungannya.
Tidak bisa hanya kamu yang selalu ada sedangkan dia sibuk dengan urusannya sendiri. Mungkin sesekali tak apa, tapi kalau selalu sibuk sendiri, ya hidup sendiri saja. Begitu pula fungsional dalam bentu lain, yakni jangan selalu menjadi bebannya secara terus-menerus. Mungkin sekali atau dua kali butuh bantuan tak apa, terlebih jika terbiasa saling membantu.
Namun, jangan selalu menjadi bebannya saat kamu tidak pernah membantu. Terlebih meminta bantuan dalam situasi dan kondisi yang tidak tepat. Jika begitu, yang ada fungsional dari hubungan persahabatan itu hanya di dapat oleh satu pihak. Yakni, hanya pihak yang selalu mendapatkan bantuan. Padahal, seharusnya hubungan persahabatan yang panjang umur itu ya yang keduanya sama-sama berfungsi, bukan hanya salah satu saja, ya.
3. Hubungan persahabatan yang saling ketergantungan

Secara lebih kompleks, teori fungsionalisme struktural menjelaskan adanya bagian hidup yang saling ketergantungan satu sama lain. Yang mana satu dimensi kehidupan bisa berjalan fungsional jika dimensi kehidupan lainnya juga fungsional.
Begitu pula dengan pola persahabatan antara kamu dan sahabatmu. Kalian saling bergantung, saling sayang, saling mendukung, saling peduli, saling perhatian, dan sejenisnya. Puncaknya, kamu tidak bisa hidup bahagia tanpa kehadiran sahabatmu. Pun sahabatmu tidak bisa hidup bahagia tanpa kamu.
Persahabatan kalian yang terjalin satu frekuensi ini membuat saling membutuhkan satu sama lain. Mulai dari menghibur hingga menjadi rumah untuk berbagi rasa suka dan duka. Sehingga, pola hubungan yang seperti ini bisa awet karena saling bergantung satu sama lainnya, ya.
4. Menghindari terjadinya disfungsional dalam persahabatan

Menurut teori fungsionalisme struktural, ketika satu bagian dalam masyarakat terdapat disfungsional. Maka, bisa berpengaruh pada bagian lainnya yang tidak bisa menjalankan fungsi sebagaimana mestinya.
Sederhananya, dalam hubungan persahabatan, ketika dia sedang jadi api, maka kamu harus bisa menjadi air. Jangan justru sebaliknya, ketika sahabatmu sedang berkobar-kobar, kamu turut emosional dan tidak bisa menjadi penenang.
Jadi, jika kamu ingin punya hubungan yang panjang umur. Maka, ketika sahabatmu sedang disfungsional, ya kamu ya menjadi pihak fungsional untuk meluruskan semuanya. Hal tersebut juga berlaku sebaliknya, ya.
5. Hidup statis dengan mengindari konflik

Puncaknya, teori fungsionalisme struktural dalam menjaga kehidupan sosial tetap berjalan teratur dan seimbang. Maka, diterapkan kehidupan statis yang menghindari segala bentuk permasalahan, khususnya konflik.
Nah, kamu dalam hubungan persahabatan jika ingin panjang umur ya harus bisa menghindar segala penyebab terjadinya pertengkaran di antara kalian. Meski sebagian orang mengatakan bahwa pertengkaran kecil bisa menjadi bumbu dalam persahabatan.
Namun, tidak demikian hukum menurut penganut teori fungsionalisme struktural. Yang mana ilustrasinya lebih pada mencegah itu lebih baik daripada mengobati. Terlebih, pertengkaran kecil yang terus terjadi juga bisa meledak jadi besar. Ketika sudah besar, tentu peluang untuk putus hubungan persahabatan itu ada, lho.
Bagaimana? Sudah siap mempraktikkan teori fungsionalisme struktural dalam hubunganmu dengan sahabat tercinta? Coba sesuaikan dengan situasi dan kondisi dalam hubunganmu, ya. Semoga usahamu dalam menjaga hubungan baik dengan sahabat bisa berjalan lancar dan membuahkan hasil, ya!