Cerita Ibu dari Bocah Depresi di Cirebon, Ingin Anak Kembali Sehat

Cirebon, IDN Times- Cerita keluarga Siti Anita, warga Kampung Gunungsari Bedeng, Kelurahan Pekiringan, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon, dalam beberapa hari menjadi perbincangan banyak kalangan, hingga pejabat di Jakarta.
Kondisi anak sulung Siti, ARP, yang sempat disorot lewat salah satu konten YouTube oleh Prastiwi Noviyanthi, telah menyedot perhatian banyak kalangan.
Di usianya yang masih belia, bocah yang sempat duduk di bangku kelas 6 itu mengalami depresi, setelah HP miliknya dijual sang ibu untuk kebutuhan sehari-hari. ARP kerap melamun dan ngamuk, hingga pernah kabur beberapa kali.
Khawatir dengan masa depannya, sang ibu saat ini menginginkan anaknya kembali sehat, bermain dengan teman-teman sebayanya, baik di rumah maupun di sekolah.
"Saya kepenginnya tuh sembuh seperti sedia kala. Biar punya teman banyak lagi, bermain. Normal kayak anak-anak yang lain," kata Siti, kepada para wartawan di kediamannya.
1. ARP anak yang baik, tidak berani melawan orangtua

Bulan Mei sejatinya menjadi saat bersejarah bagi ARP dan orangtuanya. Pada 12 Mei 2024 kemarin, bocah laki-laki itu genap berusia 13 tahun.
Namun di tengah bulan bersejarah, keceriaan belum sepenuhnya terpancar dari keluarga Siti. ARP masih murung, mengalami depresi, setelah HP miliknya dijual sang ibu.
"12 Mei kemarin ulang tahun yang ke-13 tahun," kata Siti
Bagi Siti, ARP sebenarnya anak baik, yang tidak pernah berani marah kepada orangtuanya. Kondisi ARP berubah, saat dirinya memutuskan untuk menjual HP kesayangan sang anak.
Kondisi ARP saat ini, diawali dengan kebiasaan si bocah yang sering terlihat melamun. "Awalnya sih sering melamun, tapi saya gak sepenuhnya bisa kontrol, karena saya punya anak tiga. Dulu sih normal ya. Izin main, pulang sore, tapi gak tahu perginya ke mana. Saya punya anak balita," kata dia.
Sejak setelah HP-nya dijual, ARP mulai sering ngamuk ketika pulang dari bermain. Beberapa barang yang ada di rumah bahkan menjadi sasaran amukannya.
"Pulang-pulang, ngamuk, emosi karena hp-nya saya jual. Mungkin itu faktornya seperti itu," kata dia.
"Dia itu anaknya gak nakal sebenarnya. Cuma dia pas itu kesel mungkin ya, gak mungkin marah sama saya. Jadi emosinya dia tendangin (barang-barang), segala rusak."
Khawatir dengan kondisi sang anak, Siti akhirnya berinisiatif untuk membawanya berobat, namun tidak secara medis.
"Pengobatan pertama itu ruqyah, dua kali. Saya gak ngerti kalau anak tuh, awalnya sering ngamuk, ngelamun. Jadi ngamuk-ngamuk kayak gitu tuh dikira kenakalan ya. Eh udah ruqyah, bilangnya ada yang ganggu. Saya belum ke urusan medis," kata dia.
"Pas kok lama-lama si anak ngomongnya gak nyambung, karena sering menepak kepala awalnya tuh. Mungkin sarafnya kena, ya. Terus ya baru saya berobat ke medis, ke rumah sakit. Cuma ya belum ada titik kesembuhan," ungkap dia.
2. Jual HP, Siti sempat minta izin

Ada alasan kuat mengapa Siti memutuskan untuk menjual HP kesayangan ARP. Faktor kebutuhan melatarbelakangi Siti akhirnya terpaksa menjual HP yang dibeli dari tabungan sang anak itu
"Bingung ya. Saya nggakgak kerja, saya gak jualan. Terus suami juga, saat itu keadaan delapan bulan gak kasih nafkah. Saya bingung. Ada barang itu, ya saya jual buat makan sehari-hari," katanya terisak.
Saat menjual, Siti tidak melakukannya dengan diam-diam. Dia tetap meminta izin kepada sang anak, dan berjanji akan membelikannya suatu hari saat ada rezeki.
"Saya izin, gak asal saya jual. Saya izin. 'Mamah pinjem ya A, nanti kalau mama punya uang, mama beli lagi.' Dia membolehkan, tapi sejak saat itu dia sering ngelamun kaya gitu. Anak segitu, HP buat game. Dia sering main game," kata dia.
"Mungkin barang itu dia senang, hasil nabung jerih payah sendiri," lanjut Siti, dengan suara parau.
Sebelum kondisinya seperti saat ini, ARP sempat duduk di kelas 6 SD. Namun, karena dia pernah mengamuk di sekolah, akhirnya ARP berhenti lantaran khawatir mengganggu teman-temannya.
"Dia sekolah, kelas enam (selama) dua bulan, dan sekarang sudah berhenti. Di sekolah pernah ngamuk, pernah gebrak meja, jadi teman-temannya tuh takut," kata dia.
"Sejak saat itu saya putuskan sudah jangan sekolah dulu kalau kayak gini. Nanti temannya pada ketakutan atau ada yang bully, gitu," kata Siti.
3. Ingin ARP kembali sehat

Kasih sayang Siti sebagai seorang ibu, sangat terlihat jelas. Kesehatan ARP, menjadi impian yang sangat diidam-idamkan Siti.
"Kepengin anak saya normal kembali. Bisa sembuh, bisa sekolah, bisa main. Pengin benar-benar normal, sehat," ucapnya lirih.
Harapan Siti untuk kesehatan sang anak, selaras dengan doa yang dipanjatkan untuk suami. Setelah sempat tidak pulang ke rumah, pada Ramadan kemarin, sang suami akhirnya kembali.
"Buat suami, cari uang yang rajin, jangan gak kirim lagi buat anak-anak. Waktu puasa sih pulang, selama delapan bulan kan gak pulang. Sekarang baru berangkat lagi, baru dua pekan, dan suami tahu (kondisi ARP)," ujar dia.
Saat sang suami pulang pada bulan Ramadan kemarin, ARP sempat hilang, dan ditemukan di Kuningan. Saat ditemukan, ARP dalam keadaan kelelahan, dengan kaki yang melepuh.
"Waktu puasa juga, kan sering hilang ya. Hampir 20 kali," tuturnya. Saat itu, Siti mengaku sempat melapor ke RT, dan diumumkan di WhatsApp grup sekitar. Akhirnya, ARP diketahui berada di Kabupaten Kuningan
"Ditemukan di Kuningan. Itu yang jauh, sampai kakinya melepuh. Keluar (rumah) jam 7 pagi, ditemuin habis azan Ashar. Kami dari sini, RT RW jemput ke sana, ke Kuningan, sama Satpol PP," ungkap dia