5 Fakta Pilkada Jawa Barat 2024, Banyak Petahana yang Tumbang

Bandung, IDN Times - Perhelatan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak di Jawa Barat tahun 2024 telah selesai. Para calon kepala daerah kini tinggal menunggu keputusan resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia untuk ditetapkan menjadi pemimpin definitif.
Pilkada serentak yang digelar 27 November 2024 ini memunculkan berbagai peristiwa yang berbeda dengan tahun sebelumnya. Pasalnya, waktu pemilihan antara Pilgub, Pilwalkot, dan Pilbup dilakukan secara bersamaan.
Terlebih jarak antara Pilpres dan pemilihan legislatif DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota juga berdekatan dengan tahun yang sama.
Pilkada serentak di Jawa Barat pun turut menjadi perhatian nasional, karena jumlah banyaknya penduduk dan jumlah pemilih. Selain itu berdekatan dengan Provinsi Jakarta yang mana merupakan barometer politik nasional.
Ditambah, para kandidat di beberapa kabupaten dan kota di Jawa Barat ada yang merupakan publik figur. Hal itu juga sudah terjadi sejak beberapa pemilihan kepala daerah sebelumnya, di mana peran artis selalu mewarnai gelaran Pilkada di Jabar.
Lalu, seperti apa fakta-fakta yang terjadi selama Pilkada serentak Jawa Barat tahun 2024, berikut rangkuman dari IDN Times:
1. Tingkat partisipasi rendah

Diketahui berdasarkan data KPU Jawa Barat, tingkat partisipasi pemilih pada Pilkada 2024 ini berada di 65,97 persen. Sedangkan target yang dicanangkan di kisaran 76 persen, atau naik dua persen dibandingkan pada penyelenggaraan Pemilu sebelumnya.
Sementara, daftar Pemilih Tetap (DPT) pemilih Jawa Barat mencapai 35,92 juta, jumlah seluruh suara sah dalam pilkada kali ini mencapai 22.710.733, dan jumlah suara tidak sah 993.052 suara. Sehingga total jumlah suara sah dan suara tidak sah 23.703.785.
Penurunan ini juga diakui oleh Ketua KPU Provinsi Jawa Barat, Ahmad Nur Hidayat. Menurutnya, penurunan ini disebabkan oleh berbagai faktor yang saat ini masih dilakukan kajian komprehensif untuk mengetahui penyebab pastinya.
Ia mengatakan, rendahnya partisipasi masyarakat ini tidak hanya terjadi di tingkat provinsi, kabupaten dan kota pun kondisinya demikian.
"Yang terjadi tidak hanya di Jawa Barat, tetapi yang terjadi misalnya di kabupaten, kota yang lain, dan di luar Provinsi Jawa Barat pun juga sama. Ada yang turun, kemudian ada juga yang naik," ujar Ahmad saat dikonfirmasi, Jumat (13/12/2024).
Meski begitu, ia mengungkapkan, secara umum ada beberapa penyebab yang membuat tingkat partisipasi Pilkada di Jabar rendah. Salah satunya soal adanya kejenuhan masyarakat dalam memilih kepala daerah.
"Di daerah-daerah, itu kan masyarakat ini mengalami kejenuhan politik karena pasca pemilihan presiden dan wakil presiden, bersamaan dengan pemilihan legislatif untuk DPR RI, DPRD Provinsi, kabupaten, kota hingga DPD RI," tuturnya.
Faktor lainnya yaitu masa kampanye yang tergolong pendek. Menurutnya, dengan waktu kampanye yang diberikan hanya dua bulan untuk pasangan calon baik di provinsi dan kabupaten kota membuat KPU tidak optimal mengajak para pemilih untuk menyalurkan hak suaranya.
"Kampanye ini kan waktu durasi, waktu untuk kampanye itu kan sangat pendek hanya dua bulan. Sehingga menurut hemat saya bisa jadi ya seorang kandidat itu dia tidak memiliki cukup waktu untuk mengajak pemilih, kemudian memastikan pemilih itu bisa mendapatkan pilihan politiknya," katanya.
2. Ada sebelas kabupaten dan kota yang menggugat hasil Pilkada

Selain itu, KPU Provinsi Jawa Barat memastikan tidak ada gugatan dalam tingkat pemilihan gubernur. Hanya saja di kabupaten kota ada sebanyak sebelas pasangan yang mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Adapun sebelas daerah yang menggugat hasil suara Pilkada 2024 Serentak tersebut meliputi paslon di Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Subang, Kabupaten Bandung, Kota Depok, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kota Bekasi dan Kabupaten Cirebon.
Dengan adanya gugatan itu, para kepala daerah yang menang berdasarkan hasil rekapitulasi suara sah masih belum bisa ditetapkan. KPU memastikan menunggu terlebih dahulu hasil gugatan dan keputusan KPU RI.
3. Kekalahan PKS di Jabar dan Kota Bandung

Kemudian, Pilkada Jabar 2024 ini menjadi kekalahan yang telak bagi PKS. Selain sebagai basis suara terbesar, dominasi partai berlambang padi dan bulan sabit ini menipis. Terlihat dari Pilwakot Bandung dan Pilgub Jabar.
Di Pilwakot Bandung, PKS mengusung Haru Suandharu-Dhani Wiriadinata. Bahkan pasangan nomor urut dua ini bersanding dengan Partai Gerindra yang sebelumnya komposisi kedua partai ini teruji menang selama dua periode.
Kenyataannya, saat ini PKS harus menggigit jari karena jagoannya tumbang dikalahkan oleh Nasdem, PKB serta beberapa partai lainnya yang mendukung pasangan Farhan-Erwin.
Selain itu, di Pilgub Jawa Barat, PKS juga harus nerima kekalahannya oleh partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang memilih mengusung Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan. Presiden PKS, Ahmad Syaikhu yang maju bersama Ilham Habibie bersama Nasdem, PPP harus puas memperoleh 4,2 juta suara.
Adapun pasangan Dedi Mulyadi-Erwan setiawan memperoleh 14,1 juta suara. Kemudian, nomor urut satu Acep Adang Ruhiyat- Gitalis Dwi Natarina meraup 2,2 juta suara. Paling bontot, pasangan calon nomor urut dua Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja di angka 2,1 juta suara.
Kekalahan ini merupakan akhir dominasi PKS di Pilgub Jawa Barat; setelah sebelumnya dua periode menduduki pucuk pimpinan di Tanah Pasundan ini.
4. Kemenangan Dedi Mulyadi dengan suara terbesar se-Indonesia

Pemenang Pilgub Jabar 2024 berdasarkan hasil rekapitulasi suara sah yaitu, Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan. Keduanya memperoleh 14.130.192 suara, setara 62,2 persen total suara sah. Jumlah ini merupakan yang terbesar se-Indonesia.
Hal ini juga disiarkan dalam akun Instagram pribadi Dedi Mulyadi. Dibandingkan dengan paslon terpilih tingkat provinsi di Indonesia, hanya Dedi-Erwan yang mampu mengantongi suara mencapai 14 juta. Sementara, beberapa kandidat tingkat provinsi lainnya hanya mampu memperoleh 11,12,13 juta suara.
Misalnya pasangan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak dari Jawa Timur yang hanya memperoleh 12,1 juta suara. Kemudian, di Jawa Tengah, kandidat Ahmad Lutfhi dan Taj Yasin Maimoen menang dengan 11,3 juta suara.
5. Sebanyak 15 petahana tumbang di Pilkada Jabar 2024

Dalam gelaran Pilkada Jabar ini ada fenomena cukup menarik yaitu tumbangnya para petahana. Berdasarkan data yang dihitung IDN Times ada beberapa 15 petahana calon bupati atau wali kota yang kalah, yaitu Hengky Kurniawan dari Kabupaten Bandung Barat, Helmi Budiman Kabupaten Garut, Anne Ratna Mustika Kabupaten Purwakarta.
Kemudian, Nina Agustina Kabupaten Indramayu, Karna Sobahi Kabupaten Majalengka, Muhammad Ridho Suganda Kabupaten Kuningan, Ruhimat Kabupaten Subang, Ujang Endin Indrawan Kabupaten Pangandaran.
Ada pula Herman Suherman Kabupaten Cianjur, Iyos Somantri Kabupaten Sukabumi, Nana Suryana Kota Banjar, Eti Herawati Kota Cirebon, Achmad Fahmi Kota Sukabumi, Muhammad Yusuf Kota Tasikmalaya, dan Imam Budi Hartono Kota Depok.
Seluruh petahana itu tumbang oleh figur-figur baru.