Elang Hitam, Mengintip Pesawat Drone Canggih Karya Anak Bangsa 

Keren Indonesia siap produksi drone canggih nih

Bandung, IDN Times - Kemajuan teknologi atas pesawat udara nir awak (PUNA) atau drone terus berkembang. Bahkan, tak sedikit negara yang menggunakan pesawat jenis ini untuk berbagai kegiatan termasuk pengintaian.

Tak ingin kalah dalam kemajuan teknologi pesawat terbang, Pemerintah Indonesia melalui kerja sama sejumlah lembaga dan perguruan tinggi merilis drone yang tengah dikembangkan. Drone yang saat ni tengah dirancang adalah Medium Altitude Long Endurance (MALE) / PUNA MALE Elang Hitam.

Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Elfien Goentoro menuturkan, drone jenis ini mampu terbang terus menerus selama 24 jam. Jenis seperti ni merupakan wahana yang sangat diperlukan untuk membantu menjaga kedaulatan NKRI dari udara yang sangat efisien dan dapat mengurangi potensi kehilangan jiwa (tanpa pilot).

"Kebutuhan pengawasan dari udara yang efisien terus bertambah seiring dengan meningkatnya ancaman daerah perbatasan, terorisme, penyelundupan, pembajakan, serta pencurian sumber daya alam seperti illegal logging dan illegal fishinh," ujar Elfien melalui siaran pers yang diterima IDN Times, Selasa (31/12).

1. Inisiasi pengembangan dimulai sejak 2015

Elang Hitam, Mengintip Pesawat Drone Canggih Karya Anak Bangsa ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Menurut Elfian, pengembangan PUNA MALE Elang Hitam sudah dimulai sejak 2015 melibatkan TNI, Ditjen Pothan Kementerian Pertahanan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), ITB, dan PTDI. Dari sini disepakati bahwa pesawat nir awak ini kebutuhan dan tujuannya (DR&O) yang akan dioperasikan oleh TNI khususnya TNI AU.

Proses perancangan dimulai dengan kegiatan preliminary design, basic design dengan pembuatan dua kali model terowongan angin dan hasil ujinya di tahun 2016 dan tahun 2018 di BPPT, serta pembuatan engineering document and drawing tahun 2017 dengan anggaran dari Balitbang Kemhan dan BPPT.

Pada tahun 2017 telah terbentuk perjanjian bersama berupa Konsorsium Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA MALE). Kemudian pada 2019 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) masuk sebagai anggota konsorsium tersebut.

Tahun 2019, lanjut Elfien, dimulai tahap manufacturing yang diawali oleh proses design structure, perhitungan finite element method, pembuatan gambar 3D, dan detail drawing 2D yang dikerjakan oleh engineer BPPT dan disupervisi oleh PT Dirgantara Indonesia (Persero). Kemudian dilanjutkan dengan proses pembuatan tooling, molding, cetakan dan selanjutnya fabrikasi dengan proses pre-preg dengan autoclave.

"Di tahun ini juga dilakukan pengadaan Flight Control System (FCS) yang diproduksi di Spanyol yang diproyeksikan akan diintegrasikan pada prototype pertama PUNA MALE yang telah di manufaktur oleh PT Dirgantara Indonesia pada awal tahun 2020," ujar Elfien.

2. Diharap bisa mendapat sertifikasi tipe produk militer pada 2023

Elang Hitam, Mengintip Pesawat Drone Canggih Karya Anak Bangsa ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Menurut Elfien, pada 2020 akan dibuat dua unit prototype berikutnya, masing-masing untuk tujuan uji terbang dan uji kekuatan struktur di BPPT. Di tahun yang sama, proses sertifikasi produk militer juga akan dimulai dan diharapkan pada akhir tahun 2021 sudah mendapatkan sertifikat tipe dari Pusat Kelaikan Kementerian Pertahanan RI (IMAA).

Kegiatan mengintegrasikan sistem senjata pada prototype PUNA MALE dilakukan mulai tahun 2020 dan diproyeksikan sudah mendapatkan sertifikasi tipe produk militer pada tahun 2023.

"Diharapkan dengan kemandirian ini, maka PUNA MALE buatan Indonesia dapat mengisi kebutuhan squadron TNI AU untuk dapat mengawasi wilayah NKRI melalui wahana udara," kata dia.

Elfien beharap seluruh tahapan pekerjaan dalam proses pengembangan PUNA MALE ini dapat berjalan dengan lancar, sebagaimana yang direncanakan dan kemudian dapat dioptimalkan fungsinya untuk kebutuhan Surveillance dan Target Acquisition yang dapat dipersenjatai, dengan Maximum Endurance 30 jam dalam perhitungan Maximum Cruising Speed 235 km per jam

3. Pesawat ini juga bisa digunakan untuk mengantisispasi karhutla

Elang Hitam, Mengintip Pesawat Drone Canggih Karya Anak Bangsa ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Di tempat yang sama, Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan, pesawat ini juga disiapkan untuk bisa melakukan pengawasan antisipasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Meski demikian, untuk mempersiapkan hal tersebut banyak pihak yang perlu dilibatkan. Karena program tersebut bukan hanya terkait dengan penerbangan, melainkan juga terkait dengan teknologi.

"Karhutla itu setiap tahun terjadi, itu butuh pengawasan yang terus terhadap awan, terhadap cuaca, terhadap titik panas, terhadap tinggi muka air dari lahan gambut," kata Hammam.

Dengan teknologi yang bernama sintetik aparatur radar yang akan dipasang di PUNA MALE, teknologi itu bisa mengecek kandungan air hingga menembus 30 sentimeter di bawah permukaan tanah.

"Jadi kita bisa mengukur seberapa banyak air yang dikandung. Sebelum tanah itu kering, kita bisa sirami itu, sehingga tidak muncul kebakaran hutan dan hotspot," kata dia.

Pesawat jenis ini juga nantinya bisa dipakai mengantisipasi kemarau berkepanjangan dengan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), dengan cara menaburkan garam (NaCl) pada awan-awan potensial, di mana hal tersebut merupakan isu yang kerap muncul di Indonesia belakangan ini.

Baca Juga: Trend Baru, Drone Jadi Alat Penyelundupan Narkoba di Lapas dan Rutan

Baca Juga: Ini 7 Fungsi Drone Selain Fotografi Udara, Ternyata Berguna Banget!

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya