Sebut Galuh Brutal, Ridwan Saidi Diminta Datang Langsung ke Ciamis
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Pernyataan Ridwan Saidi, budayawan Betawi, yang menyebut bahwa Kerajaan Galuh di Kabupaten Ciamis itu tidak ada, menuai berbagai macam kritik. Kritikan muncul bukan hanya dari mulut budayawan, melainkan juga Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil atau Emil.
Kontroversi pernyataan Ridwan Saidi bermula dari video dari akun YouTube Macan Idealis, yang diunggah pada Rabu (12/2) dengan judul "GEGER!! Ridwan Saidi: Di Ciamis Ga ada Kerajan GALUH, Galuh Artinya Brutal?!".
Baca Juga: Kekaisaran Sunda Empire Runtuh di Tangan Polda Jabar
1. Ridwan Saidi sebut tidak ada kerajan Galuh di Ciamis
Dalam video berdurasi 12:32 detik tersebut Ridwan Saidi mengatakan bahwa tidak ada Kerajaan Galuh di Kabupaten Ciamis. Menurutnya indikator kerajaan pada suatu daerah di masa lampau bisa dilihat dari infrastruktur ekonomi, seperti sisa-sisa pelabuhan niaga.
"Saya mohon maaf dari saudara-saudara Ciamis. Di Ciamis tidak ada kerajaan, indikator eksistensi kerajaan adalah indikator ekonomi. Ciamis penghasilannya apa? Pelabuhan di selatan kan bukan pelabuhan niaga, sama dengan pelabuhan teluk bayur itu kan penumpang. Lalu mereka berdagang apa? bagaimana menghidupi kerajaan," ujar Ridwan dalam video tersebut.
Baca Juga: Hancur di Tangan Polda Jabar, Pengikut Kekaisaran Sunda Empire Tobat!
2. Galuh berarti Brutal
Di video yang sama, Ridwan juga bercerita bahwa banyak orang yang percaya bahwa Kerajaan Sunda Galuh berpusat di Ciamis. Kata dia, arti dari Galuh adalah brutal. Ia pun menyanggah adanya peristiwa sejarah di mana Ratu Diah Pitaloka hendak dinikahi Hayam Wuruk-yang memicu Perang Bubat.
"Lalu diceritakan ada Kerajaan Sunda Galuh. Sunda Galuh keliru ya kenaaman itu, Galuh artinya brutal, saya tidak yakin ada peristiwa Diah Pitaloka, wanita dari Sunda Galuh itu dipanggul dan dibawa ke Hayam Wuruk dikawinkan. Bubat itu lapangan olahraga, jadi bubat di mana yang di maksud?" tuturnya.
Baca Juga: Polisi Pastikan Dubes Swiss Bantu Telusuri Deposito Sunda Empire
3. Tidak ada budaya menikah dengan mengarak mempelai perempuan
Ridwan menegaskan, dalam budaya Indonesia tidak ada adat menikah dengan cara mengarak perempuan sampai ke tempat mempelai laki-laki. Ia menilai hal itu keliru. Selanjutnya ia juga mengomentari bahwa nusantara bukan nama Indonesia sebelumnya.
"Tidak ada di Indonesia adat perempuan mau kawin diarak ke rumah laki-laki, itu enggak ada. Yang ada laki-laki yang nyamperin. Itu tidak Indonesia. Andunisi itu nama awal Indonesia. Bukan nusantara, itu nusantara nama tidak jelas itu kan Bahasa Samoa," jelasnya.
Baca Juga: Kekuasaan Sunda Empire Hancur, Begini Komentar Majelis Adat Sunda
4. Ridwan Saidi diminta datang ke Ciamis dan meluruskan pernyataannya
Dihimpun dari berbagai sumber, pernyataan Ridwan Saidi mendapat respons negatif dari berbagai tokoh di Jawa Barat. Misalnya Ketua Dewan Kebudayaan Ciamis, Yat Rospia Brata, yang menyebut semua pernyataan Ridwan Saidi tentang Kerajan Galuh tidak benar. Bahkan ia pun meminta penjelasan Ridwan soal sumber pendapatnya terkait Kerajaan Galuh.
Selain itu, Bupati Ciamis Herdiat Sunarya juga berkomentar, kata Galuh yang berarti brutal sebagaimana yang disebutkan Ridwan Saidi itu tidak benar. Pasalnya warga Ciamis justru bangga dengan Galuh. Ia pun meminta Ridwan Saidi segera mengklarifikasi pernyataannya tersebut.
Terakhir, orang nomor satu di Jabar, Ridwan Kamil turut angkat bicara. Menurut dia, pernyataan Ridwan Saidi soal tidak ada Kerajaan Galuh di Ciamis itu tak sesuai fakta. Ia juga meminta Ridwan Saidi mengklarifikasi atau membuktikan statement-nya kepada masyarakat Ciamis.
Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App, unduh di sini.