Lebaran Dalam Sepiring Rendang dan Dendeng Batokok

Opor ayam merupakan menu yang wajib ada dalam meja makan saat momentum perayaan lebaran. Pada umumnya, mayoritas umat muslim di Indonesia menyantapnya setelah selesai salat Idulfitri, atau sebelum bermaaf-maafan bersama sanak saudara dan tetangga.
Opor ayam semakin nikmat ketika disantap dengan ketupat dengan dilengkapi sambal kentang ati yang pedas. Tidak lupa, menu andalan lainnya yang harus ada yaitu sayur labu siam. Setelah menyantap semuanya barulah bergerak ke tempat saudara hingga kerabat lainnya.
Pada lebaran tahun ini, semua menu tersebut mendadak berganti saat saya bersama keluarga pulang mudik ke Surabaya: tempat tinggal orangtua dari istri saya.
Kami berangkat menggunakan kereta api, dengan membeli tiket sama seperti masyarakat lainnya, ikut war jauh-jauh hari sebelum lebaran.
Kami memesan untuk tiga kursi, saya, istri, dan anak saya, Zianda Hati Nelinga namanya. Sesampainya di rumah Surabaya, tepatnya pada H-3 lebaran, kami bergegas membersihkan kamar yang ada di lantai dua dengan ukuran yang cukup besar, di mana mampu menampung empat orang untuk tidur dalam satu ruangan tersebut.
Selama di Surabaya, tidak banyak aktivitas ke luar rumah, lantaran masih dalam kondisi Ramadan. Sesekali kami keluar hanya untuk bernostalgia dengan membeli makanan yang sangat kami rindukan dari domisili tetap kami di Bandung.
Ya, harus diakui kalau kami merindukan lontong balap, ote-ote yang penjualnya pun tidak jauh dari rumah. Ada juga rawon hingga Nasi Campur Madura. Entah kenapa, semua makan itu terasa lebih enak ketika makan langsung di tempat asalnya daripada di Bandung.
"Sudah lama rasanya baru bisa makan-makan ini. Biasanya, ke Surabaya hanya dua hari, gak semuanya yang kita mau bisa kita rasakan," celetuk Istri usai menghabiskan lontong balapnya.
Maklum saja, kami, pulang ke Surabaya tergolong hanya bisa dihitung jari dalam setahun. Mudik merupakan waktu yang sangat berharga bagi kami, karena bisa lama bersama kakek dan nenek dari Zianda.
Hingga malam H-1 Idulfitri pun kami sibuk makan tahu pong yang dicocol dengan petis khas Surabaya. Keesokan harinya saat lebaran, barulah menu setelah salat ied membuat kami sedikit kaget.
Menu yang disajikan berbeda dari biasanya, di mana keluarga menyajikan Rendang, lengkap beserta dendeng datokok dan ketupat yang ada di piring saji masing-masing.
Mungkin menu serupa juga ada di meja makan umat Muslim lainnya. Hanya saja, menu makanan ini merupakan hal baru bagi saya yang terbiasa dengan menu opor ayam dan sambal kentang ati.
"Biasanya orang di sini baru makan opor ayam dan kupat setelah lebaran haji," celetuk ibu dari istri saya sambil tertawa bersama di meja makan.
Saya, istri, dan mertua menyantap dengan lahap dan menikmatinya. Setelah itu, barulah kami bermaaf-maafan dan bergegas ke kediaman saudara lainnya di Jawa Timur.
Ternyata lebaran itu bukan soal baju baru bahkan menu makan apa yang kita santap setalah salat. Lebaran kali ini, tentu tidak akan terasa lengkap jika tidak disantap dengan suka cita bersama orang-orang tercinta.
Lebaran merupakan Ikatan komunitas, kasih sayang terhadap sesama, dan bentuk refleksi diri. Semoga kita semua masih bisa dipertemukan di lebaran tahun depan.