Penampilan silat santri Sukabumi (IDN Times/Siti Fatimah)
Pimpinan Ponpes Dzikir Al Fath, KH Fajar Laksana, menyambut baik dukungan dari pemerintah. Ia menegaskan bahwa pesantren yang ia dirikan juga berperan menjaga kearifan lokal, mulai dari seni adu lisung, pencak silat, hingga permainan boles.
Seluruh kesenian tersebut bahkan telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dan tercatat oleh UNESCO. Tak hanya itu, pesantren juga menyimpan berbagai peninggalan sejarah seperti bebatuan, golok, dan keris di Museum Prabu Siliwangi.
Fajar berharap kegiatan ini bisa menjadikan Kota Sukabumi sebagai etalase wisata budaya bagi wilayah sekitarnya.
"Kabupaten Sukabumi punya banyak objek wisata besar. Kota Sukabumi bisa jadi showroom-nya misal tempat menginap, kuliner, dan pusat informasinya," katanya.
Kegiatan One Stop Culture Tourism ini diikuti ratusan peserta, mulai dari kepala sekolah SD hingga SMA, juga pengelola museum dari Kota dan Kabupaten Sukabumi. Selain seminar tentang kebijakan pariwisata dan kebudayaan, agenda juga diisi dengan pemaparan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengenai potensi jejak peninggalan prasejarah di Sukabumi.
Pada hari terakhir, para peserta dijadwalkan mengunjungi sejumlah destinasi wisata lokal, seperti Kampung Odeon, Museum Sukabumi, Pemandian Air Panas Cikundul, hingga Situ Gunung Suspension Bridge.
"Kami ingin peserta melihat langsung kekayaan budaya Sukabumi, supaya bisa dikenal secara nasional," tutup Fajar.