Pengamat: Gaya Kepemimpinan Gubernur Dedi Mulyadi Narsistic Autocratic

Bandung, IDN Times - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi telah memimpin selama 20 hari lamanya, terhitung sejak dilantik Presiden Prabowo Subianto, Kamis (20/2/2025). Dedi juga sudah melakukan beberapa tindakan yang berdampak kepada masyarakat secara langsung selama 20 hari ini.
Beberapa langkah yang telah dilakukan politisi Partai Gerindra ini di antaranya seperti mencopot jabatan Kepala Sekolah SMAN 16 Kota Depok, Siti Faizah. Hal ini dilakukan karena sekolah kedapatan melakukan study tour di tengah adanya surat edaran larangan piknik tersebut.
Keputusan tersebut menimbulkan pro dan kontra, terutama dari PHRI. Mereka cemas larangan itu berdampak pada menurunnya jumlah okupansi.
Dedi Mulyadi juga sempat meminta sekolah SMA hingga SMK swasta di Jawa Barat mengembalikan ijazah para siswa-siswi yang ditahan dengan berbagai alasan.
Persoalan ini muncul bahkan sebelum Dedi dilantik sebagai gubernur, dan akhirnya perkumpulan sekolah swasta baru mengembalikan beberapa ijazah saja, dan meminta pemerintah provinsi memberikan penambahan Bantuan Pendidikan Menengah Universal (BPMU) dengan nominal yang ditambah dari sebelumnya yakni Rp600 ribu per siswa.
1. Terlalu narsis
Yang teranyar, ialah soal penanganan banjir untuk wilayah Kabupaten dan Kota Bogor hingga Bekasi dengan mengevaluasi tata ruang dari puncak. Salah satunya yaitu tindakan membongkar kawasan objek wisata Hibisc Fantasy Puncak, dengan alasan tambahan bahwa pembongkaran dilakukan karena ada ketidak-sesuaian izin.
Pakar Kebijakan Publik Universitas Parahyangan (Unpar) Kristian Widya Wicaksono mengatakan, Dedi Mulyadi merupakan sosok yang autocratic atau memiliki kekuasaan mutlak dan tidak mau mendengarkan masukan.
Widya pun menyindir sikap narsis yang dilakukan Dedi Mulyadi. Hal itu dibuktikan dengan intensitasnya dalam mengunggah konten di media sosial pribadinya.
"Kalau melihat polanya dalam beberapa pekan ini, saya cenderung mengatakan bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan adalah autocratic. Dalam gaya kepemimpinan ini, sang pemimpin memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi," ujarnya.
"Dengan begitu, pemimpin cenderung mengambil keputusan sendiri tanpa melibatkan pihak yang lain. Hanya saja dengan kebiasaannya yang narsistik dalam media sosial, jadinya saya menambahkan istilah narsistic-autocratic," ujarnya.