Obral Harga hingga Desa Wisata Cara Pelaku Pariwisata Hadapi Resesi

Bandung, IDN Times - Ancaman resesi global 2023 menjadi perbincangan banyak negara, termasuk Indonesia saat ini. Kondisi itu, diperjelas dengan berbagai risiko yang mulai muncul di permukaan seperti inflasi tinggi, fenomena kurs dolar kian menguat, krisis pangan, hingga perang antar negara.
Dampak ekonomi dari pandemik COVID-19 yang terjadi sejak 2020 lalu pun masih membuat sejumlah negara terpuruk. Saat ini, beberapa diantaranya mulai bangkit dengan pertumbuhan ekonomi yang tersisa.
Banyak sektor kolaps akibat pandemik. Pariwisata salah satu yang terkena dampaknya. Namun, sejak awal 2022, kondisi perekonomian di bidang pariwisata mulai membaik. Sejumlah negara mulai berani dan melongkarkan kebijakan dalam menerima kunjungan wisatawan domestik dan internasional, termasuk di Tanah Air.
Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksikan ekonomi dunia akan mengalami resesi ekonomi pada 2023, mendatang. Dia mengatakan, negara Indonesia tengah mewaspadai kenaikan suku bunga yang berpotensi menimbulkan gejolak pasar keuangan.
Kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh bank sentral negara-negara di dunia berpotensi menimbulkan resesi global.
"Tekanan inflasi global sudah direspons berbagai negara dengan kenaikan suku bunga yang drastis dan cepat," ujar Sri Mulyani dalam paparannya saat konferensi pers APBN Kita secara daring pada Senin, 26 September 2022, lalu.
Ancaman resesi global 2023 diprediksi akan menjadi pil pahit bagi Indonesia jika kondisi tersebut terjadi. Namun, sejumlah pengamat dan pakar ekonomi menilai Indonesia diperkirakan masih aman apabila pemerintah memanfaatkan pasar lokal, salah satunya memaksimalkan pariwisata lokal.
Lalu, bagaimana strategi pelaku sektor pariwisata di Tanah Air untuk menghadapi ancaman resesi global tahun depan? Dalam artikel ini, IDN Times berupaya mengulas dengan memaparkan sejumlah langkah dari pelaku pariwisata dari berbagai daerah di Indonesia.
1. Optimalkan pintu masuk wisatawan dari Bandara Husein Sastranegara

Ancaman resesi global sudah diperingati dan diantisipasi pemerintah. Sebab, jika kondisi ini benar terjadi, perekonomian masyarakat akan terkena imbasnya. Daya beli masyarakat akan merosot.
Berbagai cara pun tengah disiapkan agar daya beli masyarakat tetap tumbuh meski resesi terjadi. Salah satunya yaitu memperkuat sektor pariwisata.
Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengatakan, kota ini tidak mempunyai sumber daya alam (SDA) yang cukup dalam menunjang pendapatan asli daerah (PAD). Maka, sektor pariwisata menjadi pilihan untuk menarik uang masuk ke daerah agar bisa dinikmati masyarakat Kota Bandung.
"Kami telah melakukan pelatihan kepada para pekerja di sejumlah sektor termasuk pariwisata. Karena sektor ini masih menjadi primadona PAD di Bandung," ujar Yana kepada IDN Times, Rabu (19/10/2022).
Dari data laman opedata.jabarprov.go.id, PAD Kota Bandung pada 2020 untuk sektor pariwisata dari perhotelan saja telah mencapai Rp38,2 miliar. Kemudian restoran/rumah makan Rp47 miliar, hiburan Rp2,6 miliar, dan retribusi Rp4,74 miliar.
Sempat anjlok pada 2021 karena pandemik yang mengganas dan berbagai pengetatan aktivitas masyarakat, PAD bidang pariwisata kembali naik di mana pada pertengahan 2022 saja telah menyentuh angka Rp34,8 miliar.
Yana mengatakan, SDM di Bandung ini terbilang out of the box. Mereka kerap membuat sesuatu yang awalnya tidak mungkin menjadi mungkin dilakukan. Semua itu lantas menjadikan daya tarik bagi wisatawan lokal maupun dari luar daerah.
"Jadi kalau ada resesi saya yakin mereka ada inovasi apa yang saya juga belum tahu. Tapi Bandung ini kota kreatif dan inovatif," paparnya.
Tidak hanya itu, Pemkot Bandung juga akan terus berbenah dengan memperbaiki pintu masuk wisatawan dari Bandara Husein Sastranegara. Menurut Yana, bandara menjadi salah satu pintu masuk wisatawan untuk bisa menikmati Kota Bandung.
Karena itu, Yana berharap, Bandara Husein Sastranegara bisa menghadirkan suasana khas Kota Bandung. Hal itu dimaksudkan agar wisatawan yang datang ke Kota Bandung punya ingatan kuat untuk kembali lagi ke Kota Bandung.
“Kalau kita ke Bali tuh, suasananya khas. Saya berharap di Bandung juga sama. Ada kekhasan yang bikin orang tuh bilang ‘wah, ini kita di Bandung nih’,” ucap Yana.
Saat ini Pemkot Bandung telah menyampaikan pengajuan surat pembukaan penerbangan internasional ke Kementerian Perhubungan, Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi, serta BNPB.
Sementara itu Executive General Manager Husein Sastranegara R. Indra Crisna menyambut positif gagasan dalam pembahasan tersebut. Ia juga menyampaikan, Bandara Husein Sastranegara memiliki 59 rute penerbangan. Namun keterisiannya baru 14 rute saja.
“Ketika traffic demand-nya sudah bagus, kami akan lakukan efisiensi pada jam terbang kita,” ucapnya.
2. Wisata pedesaan jadi magnet yang harus dioptimalkan

Sementara itu, pengamat pariwisata dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Galih Kusumah menuturkan, di saat resesi tahun depan semua sektor jelas akan terdampak, tak terkecuali pariwisata. Yang paling terasa dari pariwisata kemungkinan menurunnya jumlah wisatawan dari luar negeri khususnya Eropa yang datang ke Indonesia maupun Jawa Barat.
Untuk itu pemerintah daerah harus bisa mencari tempat wisata baru yang diprediksi menjadi tren beberapa tahun ke depan. Salah satunya adalah wisata ke pedesaan yang sekarang makin digandrungi.
"Arahnya sekarang ke desa wisata. Pengembangan lokal di pedesaan ini sudah mulai digalakkan dari sekarang dan memang banyak peminatnya," ujar Galih.
Bali dan Yogya sekarang masih jadi primadona dalam pengembangan desa wisata. Keberadaan tempat tersebut disulap sedemikian rupa sehingga wisatawan yang datang bisa tetap bermain meski berada di desa.
Konsep yang mereka jalankan harus bisa ditiru dan dimondifikasi kawasan wisata di Jawa Barat. Karena, ketika resesi terjadi dan anggaran untuk jalan-jalan minim, masyarakat akan mencari wisata yang berada tak jauh dari rumahnya.
Selain Pemda, penggiat pariwisata pun harus bisa memviralkan desa wisata tersebut. Saat ini masyarakat lebih senang ke tempat yang viral agar bisa mengunggahkan ke media sosial.
Dalam menggeliatkan pariwisata, Pemda pun harus bisa berinovasi dalam membuat acara atau pemberian diskon kepada pihak yang saing terhubung. Dengan demikian ketika ada penurunan pendapatan mereka tidak harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang justru bisa berdampak pada perekonomian daerah tersebut.
3. Peran kepala desa penting dalam perkembangan wisata daerah

Sementara itu, Gubernur Jabar Ridwan Kamil menilai bahwa investasi yang harus digenjot saat ini selain industri adalah pariwisata. Sektor ini bisa memberikan dampak luas pada perekonomian masyarakat khususnya pelaku UMKM.
Guna menunjang itu maka pemerintah daerah (pemda) terlebih dahulu harus mempercantik pedestrian yang ada di kota. Sehingga wisatawan yang datang bisa lebih nyaman ketika datang ke suatu daerah.
Selain itu, pejabat di tingkat desa pun harus bisa memaksimalkan potensi ekonomi pada sektor pariwisata. Untuk itu diperlukan kejelian dan inovasi dari para kades dalam pemanfaatan potensi tersebut.
"Kades harus ada kemauan dan jeli melihat potensi," ucapnya.
Saat ini, sektor pariwisata desa yang sedang menggeliat adalah wisata swafoto ekonomi. Desa yang memiliki keindahan alam menjadi tujuan wisatawan kota asalkan ada spot berfoto.
"Selfie ekonomi. Desa yang ada sungainya, sawah, gunung atau kearifan lokal ini menjadi potensi besar tinggal dikemas secara menarik dengan membuat spot foto tanpa merusak alamnya," kayta Emil.
Ia mencontohkan, desa wisata Cibuntu di Kabupaten Kuningan setiap tahunnya mampu meraup pendapatan Rp4 miliar dari selfie ekonomi. Padahal hanya bermodalkan keindahan alam dan kreativitas dari Kades dan warganya.
"Maka saya dorong desa-desa lain melakukan hal serupa agar tercipta kemandirian ekonomi," kata mantan Wali Kota Bandung ini.
4. Pelaku pariwisata mulai obral harga kamar di Klungkung, Bali

Ancaman resesi global yang diprediksi terjadi pada 2023 mendatang akan menjadi beban berat lanjutan bagi pelaku industri pariwisata di Tanah Air. Padahal saat ini para pelaku pariwisata tengah mulai bangkit, setelah 2 tahun tertekan akibat pandemik COVID-19.
Namun, pengalaman 2 tahun lalu ternyata dijadikan pelajaran bagi pelaku pariwisata di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Denpasar. Selain berupaya memaksimalkan pasar domestik, persiapan menghadapi ketidakpastian ekonomi juga telah dilakukan mulai saat ini.
Termasuk melakukan efesiensi dalam operasional usaha dan mulai melakukan pengurangan pekerja. Sebab, mereka merasa khawatir dengan kondisi perekonomian dan tidak berani menggantungkan hidup sepenuhnya dari pariwisata.
Seorang pelaku pariwisata asal Nusa Penida, Ketut Merta (45) mengaku, usahanya di bidang pariwisata mulai bangkit usai dilanda badai pandemik COVID-19 sejak 2 tahun lalu. Keuntungan dari sewa kamar penginapan miliknya membuat perekonomian mulai membaik.
Meskipun, untuk memulai usaha kembali, membutuhkan modal yang tidak sedikit. Tetapi, sekarang pandemik berlalu, muncul lagi ancaman resesi 2023. "Baru buka dan mulai bangkit, sudah ada isu resesi global 2023. Ini tentu berimbas ke pariwisata. Sederhananya kalau mereka di luar negeri tidak punya uang, bagaimana mau berwisata. Pasti mereka berusaha memenuhi kebutuhan pokok dulu. Imbasnya membali ke kami pelaku pariwisata. Apalagi saya sudah keluarkan banyak biaya untuk buka penginapan kembali," ungkap Merta.
Ia pun harus bersiap dalam kondisi terburuk. Menarik wisatawan lokal bisa menjadi solusi apabila kunjungan wisatawan asing minim. Namun menurutnya hal ini akan berpengaruh ke harga kamar.
"Situasi mungkin sedikit sama seperti pandemik. Kalau target jaring wisatawan lokal, imbasnya ke harga kamar yang lebih terjangkau," ungkapnya.
Ia mengaku tidak ada strategi khusus untuk menarik minat wisatawan lokal ke Nusa Penida. Cara yang paling efektif yakni dengan memberikan diskon harga kamar sehingga lebih terjangkau.
"Konsepnya seperti itu (diskon harga kamar) agar operasional penginapan berjalan," jelasnya.
Pemilik penginapan saat ini juga tidak mau jorjoran mengeluarkan biaya untuk operasional mereka.
"Saya juga mulai kencangkan ikat pinggang. Selagi pariwisata sekarang dalam tren cukup bagus, biaya operasional diatur sebaik mungkin dan secukupnya. Misal sementara tidak alokasikan biaya untuk penataan atau renovasi. Alokasikan untuk hal wajib saja seperti listrik dan air," jelasnya.
5. Tingkatkan keamanan dan kenyamanan, pariwisata Makasar optimistis mampu lewati ancaman resesi

Ancaman resesi global berdasarkan pada multikrisis tidak akan terjadi di Indonesia jika pemerintah mampu memanfaatkan pasar lokal melalui produk UMKM dan memaksimalkan pariwisata lokal.
Pengusaha pariwisata lokal di Kota Makassar, Sulawesi Selatan Wilianto Tanta mengaku, optimistis bahwa resesi global 2023, tidak akan berdampak besar di daerahnya. Menurut dia, ancaman resesi 2023 akan berpengaruh di bidang pertanian dan pangan.
"Sebenarnya Indonesia ini tidak usah terlalu khawatir dengan resesi 2023 sepanjang kita punya pertanian bagus. Kita ini punya iklim alam bagus dan laut kita bagus. Lihat di Bali sudah bagus perhotelannya," terangnya.
Wilianto memastikan, perkembangan wisata di daerah dapat meningkat jika ada upaya pengamanan dan kenyamanan bagi wisatawan yang mau berdatangan di Makassar atau Sulsel pada umumnya. Sebab, tanpa ada keamanan dan kenyamanan bagi wisatawan, industri pariwisata akan sulit berkembang.
"Jujur ngomong, orang akan ke Makassar kalau tidak ada demo-demolah. Karena itu sering banyak demo itu orang akan takut ke Makassar. Biasa itu kalau ada demo orang batal datang ke acaranya untuk berkunjung, itu yang jadi ketakutan kami," ungkapnya.
Wilianto yakin, saat ini pelaku pariwisata di Kota Makassar sedang bangkit dalam satu tahun terakhir setelah jumlah kasus COVID terus menurun. Sehingga sendi-sendi perekonomian dan bisnis lokal terus bertumbuh dan maju di tengah isu ancaman resesi 2023.
"Ya bisnis perhotelan kita di Makassar terus bertumbuh, dan mudah-mudahan ini terus bertahan sampai seterusnya. Saya hanya mau bilang kita ini kuat di pangan makanya kita harus optimis tinggal saja kita menjaga keamanan dan kesatuan," tambah Wilianto.
6. Terus berinovasi kembangkan potensi untuk datangkan wisatawan domestik

Melandainya kasus penyebaran COVID-19, membuat sejumlah destinasi wisata di Provinsi Lampung mulai mencanangkan sederet langkah strategi untuk menggaet para pengunjung berwisata.
Tetapi, belum tuntas strategi yang dijalankan, ancaman resesi global muncul dan kembali dipikirkan para pelaku usaha di sektor pariwisata termasuk manajemen Lengkung Langit. Sebagai salah satu destinasi wisata taman rekreasi terpopuler di Bandar Lampung, manajemen terus menyiapkan sederet inovasi untuk menghadapi 2023.
General Manager Lengkung Langit, Dito Dwi Novrizal mengatakan, manajemen kini tengah mempersiapkan konsep Lengkung Langit sebagai sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan. Sehingga kunjungan para wisatawan dapat membuat dampak positif terhadap lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi.
Muaranya, pengelolaan bakal menargetkan kunjungan pasar wisatawan domestik lebih luas di luar Provinsi Lampung semisal dari wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) hingga Jabodetabek.
"Kita bikin banyak-banyak event, yang jadi alasan kenapa mereka harus datang ke Lampung. Seperti nanti di 18 November, kita ada Nyak Niku Festival dan ini akan kita masuk di kalender 2023. Jadi bukan hanya mengejar tiket masuk saja, tapi juga atraksi di Lengkung Langit. Ini akan terus berkala di 2023," ucapnya kepada IDN Times, Jumat (21/10/2022).
Melalui inovasi mengusung konsep pariwisata berkelanjutan itu, stigma Lengkung Langit sebatas sebagai spot swafoto bakal perlahan berubah menjadi lokasi aktifasi gelaran event sederhana namun berkala. "Ini bukan melulu menyangkut kepentingan pemilik, tapi juga bisa berdampak sosial bagi masyarakat sekitar dan umumnya Provinsi Lampung," kata dia.
Menyikapi persoalan ancaman resesi global hingga potensi pariwisata Lampung di 2023, Sekretaris BPD-PHRI Provinsi Lampung, Afriandi Indrawan memprediksi destinasi wisata alam buatan maupun natural bakal menjadi paling banyak dilirik wisatawan domestik hingga mancanegara berkunjung ke Lampung.
"Terpenting adalah bagaimana (pengelola) bisa membuat wisawatan back to back datang, jangan hanya sekali datang dan mereka tidak lagi mau berkunjung ke destinasi tersebut. Bahkan parah tidak mau lagi ke Lampung," pinta Didi, sapaan akrabnya.
7. Kembangkan wisata baru di daerah untuk tarik wisatawan

Serupa dengan Lampung, bidang pariwisata menjadi salah satu hal yang diharapkan bisa menjadi pendongkrak perekonomian di Kota Balikpapan. Karena, pariwisata lokal diyakini dapat meningkatkan perputaran uang di Kota Minyak ini.
Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kota Balikpapan Joko Purwanto beranggapan, resesi global sebagai isu yang hangat diperbincangkan industri pariwisata diharapkan tidak terlalu signifikan terjadi di Balikpapan. Karena, saat ini, kondisi pariwisata di Balikpapan sedang mengalami kenaikan signifikan di mana dapat di lihat dari tingkat hunian hotel yang rata-rata 90 persen sampai 100 persen.
Selain itu, Balikpapan, juga sangat menjanjikan. Apalagi dengan adanya Ibu Kota Nusantara (IKN) dan proyek refinery development master plan (RDMP) Pertamina. "Ini mendongkrak okupansi hotel itu sendiri," jelasnya.
IKN sangat mendukung kemajuan pariwisata di Kota Balikpapan. Dirinya bersyukur, dan berharap, meskipun terjadi krisis, pembangunan IKN dan RDMP bisa terus membantu dengan meningkatkan keterisian hotel.
Dia menilai, pariwisata erat kaitannya juga dengan ekonomi kreatif. Maka selalu harus menciptakan destinasi-destinasi wisata baru, agar orang tidak bosan datang ke suatu daerah.
"Ini tentunya dengan dukungan pemerintah dan stakeholder. Bagaimana kami membenahi objek wisata yang ada. Seperti pembenahan pokdarwis-pokdarwis, ditingkatkan" katanya.
Dia menyebutkan, Pemerintah Kota Balikpapan sedang mengembangkan destinasi baru seperti Wisata Susur Teluk Balikpapan. "Ini jalan dalam satu hingga dua hari ke depan. Susur Teluk Balikpapan menggunakan kapal pinisi," katanya.
Kolaborasi dengan banyak pihak harus terus dilakukan demi percepatan di industri pariwisata ini. Harapannya, agar Balikpapan tidak kalah dengan daerah lain. Bagaimana bisa berinovasi, membuat destinasi wisata baru. "Karena kalau itu-itu saja orang akan bosan dan akhirnya ditinggalkan," imbuhnya.
Ia mencontohkan, dengan wisata menggunakan kapal pinisi. Misalnya ada kunjungan ke IKN, bisa menyempatkan menginap di kapal tersebut. Ini jadi salah satu bentuk upaya agar perputaran uang di Balikpapan terus terjadi.
8. Strategi Provinsi Jawa Timur hadapi resesi global 2023

Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa melihat ancaman krisis bahkan resesi dunia semakin nyata. IMF bahkan mengingatkan akan ada resiko awan gelap ekonomi di tahun 2023 mendatang. IMF menyebutkan negara negara yang yang menyumbang ekonomi terbesar dunia akan mengalami kontraksi.
Khofifah memaparkan, usai pandemik COVID-19, saat ini seluruh negara menghadapi ancaman baru. Yaitu, ancaman krisis pangan, krisis energi serta krisis keuangan bahkan berpotensi terjadinya resesi dunia, baik akibat Perang Rusia - Ukraina, perubahan iklim yang membutuhkan transformasi besar dalam bidang energi yang terbarukan.
“InsyaAllah, Jawa Timur, Indonesia bisa lolos dari ancaman resesi dan berbagai krisis lainnya. Indonesia punya modal sosial yang kuat, semangat gotong royong yang luar biasa, bahu membahu, tolong menolong, dan itu sudah kita buktikan bersama saat menghadapi pandemik COVID-19 kemarin,” kata dia.
Untuk menghadapi kondisi ekonomi tersebut Khofifah mulai menggaungkan tiga strategi yang dipersiapkan untuk masyarakat Jatim dalam menghadapi situasi. Yaitu inisiatif, kolaborasi, dan inovasi atau yang disingkat “IKI”.
Dia menjelaskan, inisiatif adalah pendekatan atau jalan baru yang segar untuk menghadapi segenap persoalan. Kolaborasi adalah kehendak kuat yang diterjemahkan dalam tindakan nyata untuk bekerja sama dengan berbagai pihak dalam menyelesaikan masalah. Inovasi ialah implementasi praktis dari suatu idea yang baru untuk menyelesaikan persoalan.
“Di hari jadi Jawa Timur ke-77 ini saya mengajak seluruh masyarakat Jawa Timur untuk mengembangkan kembali daya inisiatif kita, daya kolaborasi kita dan daya inovasi kita di tengah zaman yang terus bergerak," ujarnya, Rabu (12/10/2022).
Menurut dia, IKI cukup ampuh menghadapi kondisi global jika diterapkan secara konsisten dan berkelanjutan di seluruh bidang kehidupan. Mengingat pergerakan gagasan, jasa, barang, perdagangan, data dan informasi baik antarkota, antarbangsa dan negara adalah keniscayaan umat manusia.
Pada era ketika semua hal bergerak dan tidak ada yang diam, kata dia, maka komunitas politik negara bangsa atau provinsi dan kota yang sanggup menyatu padukan inisiatif, kolaborasi dan inovasi sebagai daya cipta warganyalah yang dapat tetap hidup dan mengembangkan kehidupan ekonomi, politik dan sosial budayanya lebih manusiawi.
9. Wisata kesehatan dan kebugaran Jadi rekomendasi hadapi resesi 2023

Pengamat wisata, Trenggono mengatakan, nafas dari industri pariwisata sangat bergantung pada tingkat kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Dalam kondisi apapun untuk mengembangkan pariwisata daerah perlu memperkuat dan mendorong sejumlah hal.
‘’Ada empat hal yang perlu didorong dalam pengembangan pariwisata, yaitu destinasi, industri, pemasaran, kelembagaan dan sumber daya manusia (SDM). Semua itu tidak dapat dipisahkan dan harus jalan bareng,’’ ungkapnya saat dihubungi, Jumat (22/10/2022).
Selain itu, lanjut dia, kunci dari pariwisata juga tidak boleh lepas sinergi pentahelix yang terdiri atas, akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah dan media.
Adapun, rekomendasi wisata yang bisa dikembangkan pasca pandemik COVID-19 atau mungkin untuk menghadapi resesi nanti adalah health and wellness tourism. Wisata kesehatan dan kebugaran ini dapat membidik segmen keluarga.
‘’Pasar wisata kesehatan dan kebugaran ini harus dikembangkan karena sekarang kita belum lepas dari pandemik COVID-19. Apalagi, tahun depan malah ada resesi. Masyarakat jelas membutuhkan wisata untuk menjaga dan memulihkan kesehatan secara lahir batin,’’ kata dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata (Stiepari) Semarang itu.
Wisata kebugaran ini seperti, meditasi, yoga, spa retreats hingga berbagai aktivitas fisik yang menyatu dengan alam antara lain, rafting, hiking, bersepeda. Sedangkan, wisata kesehatan adalah perjalanan yang fokus pada perawatan medis dan penggunaan layanan kesehatan.
Trenggono menyampaikan, agar bisa menjadi destinasi wisata maka pelaku wisata harus mempersiapkan hal tersebut. Sebab, Provinsi Jawa Tengah ini mempunyai potensi yang besar untuk mengembangkan wisata kebugaran dan kesehatan itu.
‘’Wisata alam Jateng ini nggak kurang-kurang lho jumlahnya. Misalnya, di Tawangmangu bisa menjadi wisata jamu karena di sana ada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Kemudian, ada lagi Rumah Atsiri,’’ jelasnya.
Artikel ini ditulis oleh: Debbie Sutrisno, Wayan Antara, Dahrul Amri Lobubun, Tama Wiguna, Fatmawati, Ardiansyah Fajar, Anggun Puspitoningrum, Fariz Fardianto