Kasus HIV di Cirebon Tinggi, 31 Persen Pengidap Belum Dapat Perawatan

Cirebon, IDN Times- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon menyebutkan, terjadi peningkatan kasus HIV di wilayah Cirebon selama periode Januari hingga Oktober 2024.
Berdasarkan laporan, sebanyak 397 kasus HIV positif di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat ditemukan, namun hanya 274 orang atau 69% dari total kasus yang mendapatkan pengobatan.
1. 31 persen belum mendapatkan perawatan

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, dr Neneng Hasanah mengatakan, angka tersebut mengindikasikan pentingnya peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya diagnosis dini dan pengobatan HIV. "
"Kendati angka pengobatan sudah cukup baik, kami masih perlu menjangkau sekitar 31% dari pasien yang belum mendapatkan akses perawatan," kata Neneng di Kabupaten Cirebon, Jumat (3/12/2024).
Temuan kasus HIV juga dianalisis berdasarkan usia dan jenis kelamin. Data menunjukkan bahwa laki-laki lebih mendominasi dalam jumlah kasus, yaitu sebanyak 308 orang atau 77% dari total kasus, dibandingkan perempuan yang berjumlah 89 orang atau 23% dari total kasus.
Kelompok usia 25–49 tahun menjadi rentang umur dengan kasus tertinggi, baik pada laki-laki (210 kasus) maupun perempuan (69 kasus). Hal ini menunjukkan bahwa populasi usia produktif merupakan kelompok yang paling rentan terhadap infeksi HIV.
Selain data temuan kasus, laporan juga mencatat bahwa sebanyak 228 orang telah menjalani pemeriksaan viraload di RS Waled. Pemeriksaan ini penting untuk memantau jumlah virus dalam tubuh ODHIV dan menilai efektivitas pengobatan antiretroviral (ARV).
Menurut Neneng, pemeriksaan viraload memainkan peran kunci dalam memastikan pasien mendapatkan pengobatan yang tepat.
"Semakin rendah jumlah virus dalam tubuh pasien, semakin kecil risiko mereka menularkan HIV kepada orang lain. Pemeriksaan viraload juga menjadi indikator keberhasilan terapi ARV," jelasnya.
Namun, angka pemeriksaan yang hanya mencakup 228 orang dari total 274 pasien menjalani pengobatan menunjukkan adanya kebutuhan untuk meningkatkan akses pemeriksaan ini.
2. Fokus pada pencegahan dan edukasi

Kasus HIV yang didominasi oleh laki-laki menunjukkan pola tertentu yang membutuhkan pendekatan khusus dalam pencegahan. Edukasi tentang pentingnya perilaku seksual yang aman dan pencegahan penularan HIV harus terus ditingkatkan, terutama di kalangan kelompok usia produktif.
Selain itu, kesenjangan antara jumlah kasus yang ditemukan dan jumlah pasien mendapatkan pengobatan menjadi sorotan utama.
"Masalah utama adalah stigma sosial yang masih tinggi sehingga banyak orang enggan memeriksakan diri. Kami akan terus bekerja sama dengan komunitas untuk mengedukasi masyarakat dan memastikan bahwa layanan pengobatan dapat diakses oleh semua ODHIV," katanya.
3. Harapan masa depan

Tantangan dalam penanganan HIV tidak hanya terbatas pada angka pengobatan, tetapi juga terkait deteksi dini dan pencegahan penularan. Masyarakat sering kali enggan menjalani pemeriksaan karena khawatir dengan stigma yang melekat pada penyakit ini.
Oleh karena itu, strategi komunikasi yang efektif menjadi salah satu langkah yang perlu diperkuat. Pemerintah daerah dan organisasi non-pemerintah (NGO) diharapkan dapat bekerja sama dalam kampanye yang berfokus pada pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan HIV.
Selain itu, memperluas layanan pemeriksaan seperti viraload ke lebih banyak rumah sakit dan puskesmas juga menjadi prioritas. Dengan demikian, pasien tidak perlu menempuh jarak yang jauh untuk mendapatkan layanan kesehatan.
Meskipun angka pengobatan masih belum ideal, ada harapan besar bahwa dengan kolaborasi berbagai pihak, upaya penanganan HIV di Cirebon dapat berjalan lebih baik.
"Kami akan terus meningkatkan layanan kesehatan bagi ODHIV, termasuk akses pengobatan dan pemeriksaan viraload. Dengan dukungan semua pihak, kami yakin jumlah kasus HIV dapat ditekan dan kualitas hidup pasien akan meningkat," kata Neneng.