Hilal Tak Terlihat di Kota Bandung Akibat Mendung

Bandung, IDN Times - Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung (Unisba) melakukan pengamatan hilal 1 Ramadhan 1446 H yang bekerja sama dengan Kanwil Kementrian Agama Provinsi Jawa Barat Badan Hisab dan Rukyat Daerah (BHRD) Provinsi Jawa Barat.
Pemantauan hilal dilakukan di Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba dengan koordinat tempat Lintang -6˚54’12” LS, Bujur 107˚36’32” BT dan ketinggian tempatnya 750 Meter di atas permukaan laut, Jumat (28/2/2025).
Kepala Observatorium Albiruni, Encep Abdul Rojak mengatakan, jtimak atau konjungsi terjadi pada pukul 06:03 WIB. Konjungsi berarti posisi Bumi, Bulan, dan Matahari berada pada satu garis astronomis. Sejak terjadinya konjungsi sampai dengan waktu pengamatan disebut Umur bulan/hilal sekitar 12 jam 10 mnt.
Menurutnya, pada saat matahari terbenam pukul 18.10 WIB, tinggi hilal sudah +04˚09’43”, dan hilal terbenam pada pkl 18.30 WIB. Tinggi hilal ini dihitung dari ufuk secara vertikal sampai dengan posisi bulannya. Nilai ketinggian saat ini belum memenuhi batas minimal hilal/bulan mungkin terlihat (Imkan Rukyat), yaitu kriteria +3˚, sehingga hilal mungkin dapat dilihat. Jarak sudut lengkung bulan dari matahari yang disebut Elongasi berada pada nilai +5˚4’15”.
"Ini salah satu hambatan di dalam pelaksanaan rukyat hilal. Ketika cuacanya kurang mendukung seperti mendung atau bahkan hujan, itu sangat memungkinkan tidak berhasil begitu ya," kata dia.
Menjelang pengamatan hilal, yaitu sekitar 30 menit sebelumnya, teropong sudah diarahkan ke posisi hilal atau bulan. Meski demikian, Encep menyebut bahwa hilal di daerah lain sudah terlihat sehingga memungkinkan untuk ibadah puasa esok hari secara serentak.
"Kemungkinan kalau cuaca mendukung bisa jadi serempak di esok hari untuk 1 Ramadhan. Kalau tidak maka untuk bulan Syaban ini besok masih masuk hari ke-30. Artinya puasanya itu esok lusa gitu, kemungkinan kalau istiqmal," paparnya.

BMKG Stasiun Geofisika Bandung akan melanjutkan pengamatan rukyat hilal Ramadan 2025. Penentuan awal Hijriah ini sangat penting bagi umat Islam dalam penentuan awal Tahun Baru Hijriah, awal Ramadan, Syawal, Hari Raya Idulfitri, dan Iduladha.
Kepala Stasiun Geofisika Bandung Teguh Rahayu mengatakan, pengamatan hilal saat matahari terbenam akan dilaksanakan pada Jumat (28/2/2025) petang di Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung (Unisba).
“Mekanisme pengamatan hilal penentu awal Hijriah oleh BMKG ialah dengan memanfaatkan teleskop/teropong terkomputerisasi yang dipadukan teknologi informasi,” kata Teguh dalam keterangannya dikutip IDN Times, Jumat (28/2/2025).
Menurutnya, saat pengamatan dilaksanakan, kecerlangan cahaya hilal akan direkam oleh detektor yang dipasang pada teleskop yang secara otomatis mengikuti berubahnya posisi bulan di ufuk Barat. Data tersebut, lanjutnya, langsung dikirim ke server di BMKG Pusat, untuk kemudian disimpan dan disebarluaskan secara online ke seluruh dunia melalui link: http://hilal.bmkg.go.id.
Selain itu, BMKG juga bakal melakukan rukyat hilal pada 28 Februari 2025 di 37 lokasi di Indonesia. Untuk di Bandung, tim Stasiun Geofisika Bandung dipimpin langsung oleh Kepala Stasiun Geofisika Bandung. Teguh mengungkapkan, untuk Kota Bandung, pada tanggal 28 Februari memiliki ketinggian hilal sebesar 4° 1,93’.
“Prakiraan cuaca dari infografis Stasiun Klimatologi Jabar pada Jumat nanti di Bandung diprakirakan hujan ringan pada pagi sampai malam hari sehingga hilal berpotensi tidak dapat teramati,” ungkapnya.