Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Dinkes Bandung akan Tambah Titik Penyebaran Nyamuk Wolbachia

Petugas melakukan pengamatan telur nyamuk Aedes aegypti yang ber-Wolbachia sebagai inovasi untuk menekan kasus Demam Berdarah di laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) di Salatiga, Jawa Tengah, Kamis (7/12/2023). (IDN Times/Dhana Kencana)

Bandung, IDN Times - Dinas Kesehatan Kota Bandung berencana menambah titik penyebaran nyamuk Wolbachia yang bisa mendegradasi keberadaan nyamuk demam berdarah dengue (DBD). Saat ini baru ada satu kelurahan yaitu Pasanggrahan, di Kecamatan Ujungberung yang menjadi titik uji coba penyebaran.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Anhar Hadian mengatakan, penyebaran nyamuk Wolbachia di Kelurahan Pasanggrahan memang belum optimal karena berbagai faktor. Saat ini, benih telur nyamuk tengah diperbanyak sehingga harapannya dalam enam bulan ke depan populasi nyamuk Wolbachia di kelurahan tersebut sudah mencapai 60 persen.

Di sisi lain, tahun ini Dinkes Bandung berencana menambah empat kelurahan lagi yang masih berada di Kecamatan Ujungberung untuk menjadi wilayah penyebaran nyamuk.

"Targetnya tahun sekarang. Tapi itu balik lagi tergantung produksi telur (Wolbachia), kalau produksi telurnya terus bertambah maka peluang kita untuk menambah luas area," kata Anhar ditemui di Balaikota Bandung, Senin (18/3/2024).

1. Penurunan kasus DBD tidak bisa cepat

Ilustrasi pasien DBD. (IDN Times/Riyanto)

Anhar menuturkan, program penyebaran nyamuk Wolbachia dirancang dilaksanakan selama enam bulan. Ketika bisa dipastikan ada populasi nyamuk tersebut di atas 60 persen, maka kemungkinan penurunan kasusnya baru bisa dicek satu hingga dua tahun ke depan.

Dengan demikian, penyebaran nyamuk Wolbachia sekarang tidak bisa dipastikan langsung memberi dampak pada penurunan kasus DBD di suatu daerah yang dititipi benih nyamuk.

"Perkiraan para ahli juga estimasi waktu dampak penurunan kasus, bisa 1-2 tahun terlihat sekali," ujarnya.

2. Jumlah populasi Wolbachia di Bandung baru 19 persen

Ilustrasi nyamuk di rumah (Unsplash.com/Wolfgang Hasselmann)

Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Pemkot Bandung telah menjalankan program penyebaran nyamuk Wolbchia. Nyamuk jenis ini diharapkan bisa menggantikan nyamuk Aedes aegypti yang bisa menyebabkan penyakit demam berdarah.

Sayang program yang sudah dijalankan dalam beberapa bulan ke belakang tersebut belum berjalan optimal. Dari target di atas 50 persen jumlah nyamuk tersebar, sekarang baru 19 persen.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, uji coba penyebaran dilakukan di Kelurahan Pasanggrahan, Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung. Daerah ini dipilih karena menjadi salah satu kawasan terbanyak terkena penyakit demam berdarah dengue (DBD).

"Kalau normal disampaikan tadi enam bulan harus selesai. Tapi karena sempat telurnya tidak banyak jadi nyamuk dewasa, per hari ini masih ada di angka 19 persen. Makanya kita akan tambah lagi telur (nyamuk Wolbachia)," kata Maxi.

3. Nyamuk Wolbachia harus sampai 60 persen populasi untuk turunkan kasus DBD

nyamuk (freepik.com/jcomp)

Dia menuturkan, untuk menurunkan angka kasus DBD penyebaran nyamuk Wolbachia harus mencapai 60 persen. Setelah itu baru bisa dipastikan dampaknya satu hingga dua tahun ke depan.

Namun, berdasarkan penelitian target pemerintah ketika program ini jalan maka akan ada penurunan kasus. Artinya, ketika dalam satu kawasan kerap ada 100 ribu orang dalam satu wilayah hanya ada 10 orang saja yang harus terdampak DBD.

"Dengan anggapan populasi Wolbachia ini bisa menggantikan populasi nyamuk yang lokal. Jadi rate per 100 ribu itu itu hanya ada 10 atau di bawahnya. Itu target kita," ungkapnya.

Share
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
Debbie sutrisno
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us