Dikepung Bencana, Pemkab Sukabumi Belum Tetapkan Tanggap Darurat

Sukabumi, IDN Times - Kabupaten Sukabumi lagi-lagi dikepung bencana alam usai hujan deras yang mengguyur Kabupaten Sukabumi pada Kamis (6/3/2025). Berdasarkan data BPBD Kabupaten Sukabumi bencana itu beruoa banjir dan longsor di 18 kecamatan. Satu orang dilaporkan meninggal dunia, sementara tujuh lainnya masih dalam pencarian.
Selain itu, bencana ini berdampak pada 116 kepala keluarga (KK) dengan total 204 jiwa. Sebanyak 31 KK atau 159 jiwa terpaksa mengungsi karena kondisi rumah mereka yang tidak lagi layak huni.
Sekretaris Daerah Kabupaten Sukabumi, Ade Suryaman, menyampaikan bahwa unsur pimpinan masih melakukan monitoring di wilayah selatan. Ia menegaskan bahwa pencarian korban yang hilang masih terus dilakukan dengan bantuan tim Basarnas.
"Pasti (dilakukan pencarian) sekarang lagi pencarian, dengan Basarnas, nanti kita lihat. Hari ini saya juga akan lihat di wilayah Utara, Kadudampit karena Kadudampit yang pertama terdampak," kata Ade di Pendopo Kabupaten Sukabumi, Jumat (7/3/2025).
1. Infrastruktur dan Rumah Warga Rusak

Bencana banjir dan longsor ini juga menyebabkan kerusakan infrastruktur dan pemukiman warga. Data sementara mencatat 10 rumah mengalami kerusakan, terdiri dari 5 rumah rusak berat dan 5 rumah rusak ringan. Selain itu, sebanyak 120 bangunan dilaporkan terendam banjir, sementara 12 fasilitas umum dan sosial turut terdampak.
Selain rumah warga, beberapa akses jalan utama juga mengalami kerusakan. Jalan Nasional menuju Palabuhanratu hingga kini belum bisa dilewati, begitu juga jalur Palabuhanratu-Warungkiara yang terputus akibat bencana ini. Pemerintah daerah masih melakukan koordinasi untuk mempercepat proses perbaikan.
"Kadis PU sudah berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dan pusat. Mudah-mudahan hari ini ada progres signifikan agar jalan-jalan utama bisa segera digunakan kembali," kata Ade.
2. Status Tanggap Darurat Masih Dibahas

Meski dampak bencana cukup luas, Pemkab Sukabumi masih belum menetapkan status tanggap darurat. Ade menyebut bahwa pihaknya masih melakukan asesmen terkait tingkat kerusakan dan kebutuhan penanganan lebih lanjut.
"Status bencana masih kami rapatkan. Kita lihat dulu hasil asesmennya sebelum memutuskan apakah perlu menetapkan tanggap darurat atau tidak," jelasnya.
3. Masyarakat Diimbau Waspada

Ade juga mengingatkan warga agar tetap waspada, mengingat curah hujan di wilayah Sukabumi masih cukup tinggi. Menurutnya, kondisi cuaca yang tidak menentu dapat berpotensi menyebabkan bencana susulan.
"Kita semua harus berhati-hati, karena curah hujan masih tinggi dan sulit diprediksi. Kecamatan yang terdampak paling parah adalah Palabuhanratu dan Simpenan. Kami akan terus melakukan pemantauan dan memberikan update secara berkala," tutupnya.