Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Awas! Jalur Pantura Cirebon Minim Lampu, Risiko Kecelakaan Meningkat

Pantura Cirebon

Cirebon, IDN Times - Jalur Pantura yang menghubungkan Indramayu dan Cirebon, Jawa Barat, masih menghadapi masalah minimnya penerangan jalan umum (PJU), terutama menjelang puncak arus mudik Lebaran 2025.

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengguna jalan, baik pemudik maupun warga setempat, mengingat risiko kecelakaan dan tindak kriminalitas yang meningkat akibat keterbatasan visibilitas di malam hari.

Situasi paling parah ditemukan di sejumlah titik di Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu; hingga Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon. Pada malam hari, jalur ini hampir gelap gulita, menyulitkan pengendara untuk melihat kondisi jalan dengan jelas.

1. Kekhawatiran pengguna jalan

Pantura Cirebon

Beberapa pengendara yang rutin melintas di jalur ini mengungkapkan keresahan mereka terkait minimnya penerangan. Gumelar (34 tahun), seorang pemotor yang sering bepergian dari Indramayu ke Cirebon, mengaku harus lebih berhati-hati saat melewati jalur tersebut, terutama di malam hari.

"Jalan di sini kalau malam gelap banget. Kadang ada kendaraan besar tiba-tiba muncul karena lampunya terlalu silau, sementara bagian samping jalan tidak terlihat sama sekali. Sangat berbahaya, terutama kalau ada pengendara lain yang lampunya mati," ujar Agus, Senin (25/3/2025).

Hal senada disampaikan Junaedi, seorang sopir angkutan umum yang sering melewati jalur ini saat bekerja. Menurutnya, beberapa titik di jalur Pantura memiliki visibilitas yang sangat buruk, terutama di sekitar jembatan dan tikungan tajam.

"Ada banyak area yang menjadi titik buta bagi pengemudi. Kalau ada kendaraan berhenti mendadak atau jalanan berlubang, risikonya besar. Apalagi kalau pengemudi kurang waspada, bisa terjadi kecelakaan," katanya.

2. Jalan berlubang dan risiko kejahatan

ilustrasi berhenti di bahu jalan (freepik.com/master1305)

Selain penerangan yang minim, kondisi jalan di sepanjang jalur Pantura juga menjadi perhatian serius. Beberapa ruas telah diperbaiki, tetapi masih banyak titik dengan jalan berlubang yang sulit terlihat, terutama di malam hari.

Hal ini semakin memperburuk kondisi perjalanan bagi para pengemudi yang harus melintas saat arus mudik Lebaran nanti.

Minimnya penerangan juga disebut-sebut membuka peluang bagi pelaku kriminal untuk beraksi. Beberapa pengendara mengaku sering mendengar laporan mengenai aksi pemalakan dan begal di jalur ini, terutama di daerah yang jauh dari permukiman dan tidak memiliki pengawasan yang memadai.

Menjelang puncak arus mudik yang diprediksi terjadi dalam beberapa pekan ke depan, kepolisian dan pemerintah daerah mengimbau masyarakat untuk lebih waspada saat melintas di jalur Pantura pada malam hari.

3. Prediksi arus mudik Lebaran 2025

Suasana Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, jelang mudik lebaran pada Selasa (25/3/2025). (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi, jumlah pemudik pada Lebaran 2025 akan mencapai 146,48 juta orang, dengan puncak arus mudik diperkirakan terjadi pada 28 Maret 2025 (H-3 Lebaran).

Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi menjelaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan dua skenario terkait mobilitas pemudik, yaitu dengan atau tanpa kebijakan work from anywhere (WFA).

Jika WFA tidak diterapkan, jumlah pemudik diperkirakan mencapai 16,85 juta orang atau 11,5 persen dari total pemudik pada puncak arus mudik.

Jika WFA diterapkan, jumlah pemudik yang bergerak pada puncak arus mudik diprediksi lebih rendah, yaitu 12,15 juta orang atau 8,3 persen.

Sementara itu, arus balik diperkirakan mencapai puncaknya pada 6 April 2025 (H+5 Lebaran), dengan potensi pergerakan 31,49 juta orang atau 21,5 persen dari total jumlah pemudik.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
Hakim Baihaqi
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us