Awarding Night BaCAA #8, Pamerkan Karya Terbaik Seniman Muda

Bandung, IDN Times - Perhelatan Biennale Bandung Contemporary Art Award masih secara konsisten digelar oleh ArtSociates di Lawangwangi Creative Space, Bandung Barat. Sebuah kompetisi seni rupa yang sudah menjadi brand mark perkembangan seni rupa kontemporer Indonesia dengan memilih seniman-seniman muda untuk mendukung karir kesenimanan mereka dengan portofolio karya seni yang lebih baik, accountable, credible, humble and progressive baik di Indonesia dan luar negeri.
Pameran Biennale BaCAA #8 pada tahun ini menyajikan karya-karya seni para Finalist BaCAA #8 yang dipilih melalui mekanisme rekrutmen nama seniman oleh Board of Nominators.
Perubahan mekanisme pemilihan Finalist BaCAA #8 ini secara signifikan memberi ruang bagi seniman muda berbakat yang tidak lagi dibatasi oleh usia senimannya. Kehadiran Board of Nominators pada BaCAA #8 ini berfungsi sebagai rekomendasi untuk selanjutnya dipilih oleh Board of Jurors untuk menentukan lima seniman terbaik dalam kompetisi BaCAA tahun ini.
Board of Nominators terdiri dari pelbagai expertise seni rupa Indonesia yang berpengaruh di medan seni rupa kontemporer di Indonesia. Board of Nominators pada BaCAA #8 terdiri akademisi dan kurator seni, yaitu: Agung Hujatnika, Bob Edrian, Sudjud Dartanto dan Kun Adnyana. Dari seniman adalah Mujahidin Nurrahman dan Mella Jaarsma.
Dari kolektor seni adalah Abigail Hakim dan Rudi Lazuardi. Serta dari art fair yang berpengaruh saat ini yaitu Tom Tandio dan pemilik galeri dari Yogyakarta, yaitu Oyik Eddy Prakoso.
1. Sebanyak lima seniman muda terpilih menjadi yang terbaik

Mekanisme pemilihan seniman oleh Board of Nominators dalam menentukan para Finalist BaCAA#8, adalah dengan cara me-review karir beberapa seniman serta karya-karya mereka sepanjang karir mereka masing-masing, hingga kemudian mereka berhasil menjaring nama-nama yang direkomendasikan menjadi Finalist BaCAA #8, mereka adalah: Aurora Arazzi (Padang), Betty Adii (Wamena), Candrani Yulis (Yogyakarta), Dede Cipon (Balikpapan), Dzikra Afifah (Bandung), Galih Adika Paripurna (Serang), Haiza Putti (Jakarta), Henryette Louise (Blitar), I Gede Jaya Putra (Bandung), Kuncir Sathya Viku (Bali), Maharani Mancanagara (Padang), Maruto Ardi (Bandung), M. Alfariz (Bukittinggi), Nona Yoanishara (Yogyakarta), Restu Ratnaningtyas (Tangerang), Riar Rizaldi (Bandung), Rizka Azizah Hayati (Bawahan Pasar/Banjar), Riono Tanggul (Yogyakarta), Rio Saren (Bali), Studio Pancaroba (Bandung), Tomy Herseta (Yogyakarta), Trio Muharam (Bandung), Zeta Ranniry Abidin (Surabaya).
Salah satu Board of Nominators, Mujahidin Nurrahman menjelaskan bahwa masing-masing anggota Board of Nominators memilih tiga nama seniman untuk diajukan sebagai Finalist BaCAA #8. Kemudian masing-masing Nominators itu mendiskusikan karya seniman yang dipilih menjadi Finalist perihal kekaryaan sampai presentasi karyanya di pameran Biennale Bandung Contemporary Art Award #8 ini.
Sebanyak 23 seniman tersebut di atas diseleksi secara ketat dengan pertimbangan banyak aspek, selain fortofolio mereka sebagai seniman muda. Board of Jurors yang memilih lima seniman terbaik BaCAA #8 adalah Wiyu Wahono (kolektor seni), Enin Supritanto (kurator seni), Gunalan Nadaraja (akademisi di University of Michigan), Nadine Khalil (kurator, jurnalis seni rupa dari Dubai) dan Arin Sunaryo (seniman Bandung).
Direktur ArtSociates, Andonowati mengatakan, pemilihan Finalist BaCAA #8 tidak lagi menggunakan mekanisme Open Call, tetapi menggunakan Board Nominators sebagaimana sudah diuraikan di atas.
“Hadiah untuk pemenang BaCAA #8 juga bertambah ya. Board of Jurors memilih lima (5) seniman terbaik sebagai pemenang BaCAA #8. Rinciannya adalah, 1 seniman mendapat uang tunai 100 juta rupiah; 1 seniman mendapat biaya produksi selama sepuluh bulan untuk pameran tunggal sebesar Rp100 juta di bawah management eksklusif ArtSociates; 1 seniman mendapat biaya residensi di Centre Intermondes - La Rochele (Perancis), dan 2 seniman mendapat biaya duo exhibition masing-masing Rp50 juta di bawah management eksklusif ArtSociates,” papar Andonowati Jumat (18/10) sore di Lawangwangi Creative Space, Bandung Barat.
2. Seniman terbaik mendapatkan hadiah Rp100 juta

Lima seniman pemenang BaCAA #8 diumumkan, diberi Anugerah BaCAA#8 serta hadiah secara simbolis pada Jumat (18/10) malam usai penampilan band musik etnik LAIR di Lawangwangi Creative Space, oleh Board of Jurors, Wiyu Wahono, Sudjud Dartanto, Christophe Dreyer (Direktur IFI Bandung) dan Andonowati.
Anugerah BaCAA#8 menetapkan seniman Studio Pancaroba; mendapatkan uang tunai Rp100 juta. Aurora Arazzi; mendapatkan biaya produksi karya untuk pameran tunggal dengan managemen eksklusif ArtSociates. Galih Adika Paripurna mendapat program Artist in Residence di Centre Intermondes - La Rochelle, Perancis. Serta dua Honorary Award berupa biaya pameran duet dengan management eksklusif ArtSociates, yaitu Henryette Louise dan Dzikra Afifah.
Mewakili Board of Jurors BaCAA #8, Wiyu Wahono dalam sambutannya di Awarding Night BaCAA #8 mengatakan bahwa, seniman yang dipilih jadi pemenang BaCAA #8 sangat menarik karyanya. Ada karya seniman muda yang brutal mengkritik suatu institusi negara. Ada juga seniman muda yang mengekplorasi materialisasi pada karyanya. Dalam konteks global contemporary art disebut art materialism.
Sementara Oyik Eddy Prakoso, salah satu Board of Nominators, dalam sambutannya di Awarding Night BaCAA #8 di Lawangwangi Creative Space mengatakan bahwa, “BaCAA menjadi salah satu kontribusi non-fisik dari ArtSociates terhadap ekosistem seni rupa kita yang tidak baik-baik saja.
Usai pengumuman pemenang BaCAA #8 dilanjutkan dengan pembukaan pameran Biennale Bandung Contemporary Art Award ke-8 yang menyajikan karya seni 18 Finalist termasuk 5 pemenang penghargaan BaCAA #8 yang terdiri dari lukisan, instalasi, patung, objek seni serta seni grafis dari kota-kota di Nusantara. Pameran Biennale Bandung Contemporary Art Award #8 ini akan berlangsung hingga 30 November 2024 dan terbuka untuk masyarakat umum.
3. Membuka ruang untuk lukisan masuk ke dalam arena kompetisi

Rizki A. Zaelani, kurator pameran Biennale Bandung Contemporary Art Award ke-8, mengatakan bahwa perubahan mekanisme pemilihan Finalis dalam BaCAA tahun ini membuka ruang kembali untuk lukisan masuk ke dalam arena kompetisi yang mana sebelumnya lebih cenderung didominasi oleh instalasi seni yang kurang diserap oleh pasar seni rupa Indonesia.
“Gambar dan objek gambar kembali masuk ke ruang kompetisi seni BaCAA di mana sebelumnya cenderung seni konseptual dan karya instalasi yang lolos seleksi. Karya seni dalam pameran Biennale BaCAA #8 ini sebuah impulse immanence dari para seniman ketika berinteraksi dengan kemajuan teknologi dan sains, selanjutnya menjadi ekspresi seni yang personal dari seniman. Saya berharap ke depan bahwa BaCAA mampu menggerakkan perkembangan seni di luar,” papar Rizki A. Zaelani Jumat (18/10) petang di Lawangwangi Creative Space, Bandung Barat.
Awarding Night dan pameran BaCAA #8 diselenggarakan oleh ArtSociates yang kerja sama dengan institusi seni Centre Intermondes – La Rochelle (Perancis) dan Institut Francais Indonesie dan didukung oleh Lawangwangi Creative Space, VillaTel dan Resto Joglo Salse.