Aksi Mural Difabel Perempuan Percantik Kampung Rajut Binong
- Mural dilakukan di tembok sepanjang 130 meterPara difabel ini menyalurkan kreativitasnya lewat mural di sepanjang gang yang dikenal sebagai Kampung Rajut Binong Jati. Kegiatan mural besama ini diinisiasi Komunitas Masihan Indonesia dalam tajuk ‘Mural bersama Difabel Merajut Asa Kita (MERAKIT)’.
- Hadirkan wajah baru di kawasan ekonomi kreatifUpaya untuk membangkitkan ekonomi Kampung Rajut Binong Jati terus dilakukan, salah satunya melalui mural yang digambar cantik di sepanjang tembok gang. Harapannya, pengunjung yang datang bisa melakukan walking tur menyusuri industri rumahan pakaian rajut.
Bandung, IDN Times - Guratan kuas mewarni sepanjang jalan di Gang Masjid, Kelurahan Binong, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung. Puluhan orang ikut melukis tembok hingga seng dengan berbagai karakter yang menggambarkan suasana masyarakat di Kampung Rajut Binong. Belasan difabel perempuan pun terlibat bersemangat dalam pembuatan mural.
Salah satunya Elis, seorang difabel daksa, nampak serius melukis menggunakan tangan kiri. Karena keterbatasan fisik, ibu berumur 45 tahun asal Ujungberung ini melukis dengan duduk di kursi rodanya.
“Saya antusias sekali mengenai lingkungan. Kebetulan di Ujungberung mau mengadakan seperti bank sampah,” kata Elis, Sabtu (14/6/2025).
Dia menilai aktivitas mural yang melibatkan komunitas difabel mampu membangkitkan semangat teman-temannya. Elis mengaku senang bahwa keterbatasan fisik yang dimilikinya tidak menghambat ruang kreatif yang diberikan Masihan Indonesia.
Menurut Elis, kegiatan serupa harus banyak dilakukan di Kota Bandung dan menjangkau difabel. "Lebih meningkatkan juga ke teman disabilitasnya, ke teman-teman yang lain juga," ujar Elis.
Keserusan melukis mural juga disampaikan Nazmi, perempuan difabel lainnya. Program mural menjadi hal baru untuknya dan membawa kebahagiaan karena bisa menyalurkan minatnya untuk melukis.
"Seru juga kan kita bisa menggambar atau hanya mewarnai di sini," ujarnya.
Adanya mural di kawasan ini, Nazmi berharap Kampung Rajut Binong semakin menarik untuk didatangi baik masyarakat Kota Bandung, maupun wisatawan luar kota.
1. Mural dilakukan di tembok sepanjang 130 meter
Para difabel ini menyalurkan kreativitasnya lewat mural di sepanjang gang yang dikenal sebagai Kampung Rajut Binong Jati. Kegiatan mural besama ini diinisiasi Komunitas Masihan Indonesia dalam tajuk ‘Mural bersama Difabel Merajut Asa Kita (MERAKIT)’. Kegiatan mural ini melibatkan beberapa pihak yaitu Merajut Asa Kita (MERAKIT), Masihan Indonesia, Pertamina, Disdagin Kota Bandung dan pelaku usaha rajut yang ada di Kampung Wisata Binong Jati
Chief Executive Officer Masihan Indonesia Andika Fibio mengatakan, kegiatan mural bertujuan untuk mengangkat Kampung Rajut Binong Jati sebagai destinasi wisata unggulan di Kota Bandung. Dikenal sebagai sentra pakaian rajut, gaung kampung ini perlahan tenggelam oleh destinasi wisata lainnya. Masihan Indonesia kemudian mengajak para difabel untuk terlibat dalam proses pembuatan mural sepanjang 130 meter ini.
“Kami memperkenalkan sentra perajut ini melalui ekonomi kreatif lewat adanya mural painting. Jadi di sini kami membuat mural biar teman-teman juga aware, tertarik juga dengan desa wisata. Kami juga berkolaborasi dengan kawan-kawan difabel yang sudah dibina,” kata dia.
2. Hadirkan wajah baru di kawasan ekonomi kreatif
Andika menjelaskan upaya ini untuk membangkitkan ekonomi Kampung Rajut Binong Jati terus dilakukan, salah satunya melalui mural yang digambar cantik di sepanjang tembok gang. Harapannya, pengunjung yang datang bisa melakukan walking tur menyusuri industri rumahan pakaian rajut.
“Harapannya sih kami bisa mem-boosting lagi ekonomi kreatif ini biar lebih aware dan lebih besar lagi dampaknya, karena saya rasa juga memang di Binong ini perlu dikembangkan lagi. Salah satu program di Bandung ialah mural sebagai wajah baru yang perlu kami kembangkan,” lanjutnya.
3. Difabel punya banyak keahlian yang bisa dikaryakan
Penggerak Kampung Wisata Rajut Binong Jati Eka mengatakan, komunitas Merakit juga memiliki program pemberdayaan difabel yang diikutsertakan dalam pembuatan pakaian rajut. Hal ini memberi kesempatan mereka untuk mandiri secara ekonomi.
Eka menambahkan, hasil karya difabel banyak dijual sebagai buah tangan dari Kampung Rajut Binong Jati. Hasil karyanya pun tak kalah bagus, bahkan mereka juga dibina untuk menjadi pengajar bagi wisatawan yang ingin belajar merajut saat datang di Kampung Rajut Bintang.
“Kami kasih apresiasi mereka juga pengin menggambar. Karena mereka sebenarnya jago menggambar, tetapi susah soalnya ada yang tunadaksa, tadi juga ada teman tulis. “Sebenarnya teman-teman difabel ini banyaknya bikin suvenir untuk para wisatawan yang biasa bapak ibu dapatkan itu biasa dibeli atau dikasih dari teman-teman difabel,” pungkasnya.