Tol Cipali Dibangun, Usaha Kuliner di Jalur Mudik Selatan Jabar Melesu

Kehadiran Cipali membawa banyak dampak ekonomi

Tasikmalaya, IDN Times – Peresmian Tol Cipali (Cikopo-Palimanan), sebagai salah satu jalur distribusi lintas-Jawa pada 2015 silam, diharapkan dapat menstimulasi ekonomi daerah. Namun, di samping pengaruh positif kehadiran Tol Cipali, ada pelaku usaha makanan yang harus mencari cara dalam mengatasi penurunan pengunjung.

Pelaku usaha yang terdampak, salah satunya berasal dari jalur provinsi selatan Jawa Barat. Di jalur yang melintasi kawasan Priangan Timur (Garut, Tasikmalaya, Ciamis, dan Banjar) itu, mereka mengalami penurunan kunjungan konsumen sejak Tol Cipali beroperasi.

Salah satunya dialami oleh Rumah Makan dan Mie Bakso SR yang terletak di jalur mudik Kabupaten Tasikmalaya. Restoran yang memiliki lahan parkir luas—karena sering menjadi tempat persitirahatan bus arah Jawa Tengah dan Timur—ini mengaku kehilangan pengunjung saat Tol Cipali dioperasikan.

Hal yang sama diakui oleh Rumah Makan Nasi Liwet Asep Stroberi, yang dianggap merajai urusan kuliner wilayah Priangan Timur. Sama dengan Rumah Makan SR, mereka pun perlu mencari ide agar masyarakat yang bergerak ke arah Jawa Tengah dan Timur tetap memakai jalur selatan Jawa Barat, meski Tol Cipali hadir dengan penawaran waktu tempuh yang singkat.

Apa saja yang kedua restoran tersebut alami sejak kehadiran Tol Cipali?

1. Penurunan pengunjung hingga 20 persen

Tol Cipali Dibangun, Usaha Kuliner di Jalur Mudik Selatan Jabar MelesuIDN Times/Galih Persiana

Jalan Tol Cipali yang membentang dari Purwakarta ke Cirebon, memang memotong waktu tempuh masyarakat dari arah Barat Jawa menuju Timur. Masyarakat, khususnya pengguna kendaraan roda empat, berangsur-angsur meninggalkan jalur selatan Jawa Barat yang dianggap terlalu ekstrim dan memakan waktu tempuh lebih lama.

Menurut Roy Sandi, Rumah Makan SR yang dimanajeri olehnya mengalami penurunan sekitar 20 persen sejak kehadiran Tol Cipali. “Maka itu kunjungan pada restoran kami tidak seramai dulu,” kata Roy, ketika ditemui IDN Times di Rumah Makan SR pada Rabu (22/5).

Padahal, kata Roy, Rumah Makan SR merupakan destinasi kuliner yang merajai jalur antar provinsi, khususnya wilayah Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya.

2. Kapasitas luas jarang terisi penuh

Tol Cipali Dibangun, Usaha Kuliner di Jalur Mudik Selatan Jabar MelesuIDN Times/Galih Persiana

Karena kerap dikunjungi bus-bus berukuran besar, Rumah Makan SR menyediakan tempat parkir yang cukup luas. Bisa menampung puluhan bus dan mobil, kata Roy. Tak hanya itu, mereka pun menyediakan sekitar seribu kursi untuk menampung banyaknya jumlah pengunjung.

Namun, akhir-akhir ini, seribu kursi yang disiapkan seringkali tak terisi penuh. “Dari setiap bus yang datang, tidak semuanya mau makan. Ada yang cuma minum kopi, ada juga yang cuma duduk-duduk istrihat dan salat,” ujar Roy.

3. Bagaimana Rumah Makan SR menyiapkan arus mudik 2019?

Tol Cipali Dibangun, Usaha Kuliner di Jalur Mudik Selatan Jabar MelesuIDN Times/Galih Persiana

Meski seribu kursi yang dimiliki Rumah Makan SR jarang terisi penuh, Roy optimistis bahwa restorannya akan dikunjungi banyak pengunjung di puncak arus mudik dan arus balik 2019. Rasa optimisme itu muncul berdasarkan pengalaman Rumah Makan SR selama waktu arus mudik dan arus balik saban tahun.

“Bahkan terkadang suka ada yang enggak kebagian tempat kalau waktu buka puasa di puncak mudik,” ujarnya.

Meski menghadapi berbagai masalah, Roy memastikan bahwa Rumah Makan SR tetap mempertahankan cita rasa makanannya. “Rasa makanan dan pelayanan konsumen tetap menjadi yang utama buat kami,” tutur Roy.

4. Asep Stroberi mengalami hal yang sama

Tol Cipali Dibangun, Usaha Kuliner di Jalur Mudik Selatan Jabar MelesuIDN Times/Galih Persiana

Sama dengan Rumah Makan SR, Rumah Makan Nasi Liwet Asep Stroberi juga mengalami penurunan pengunjung setelah kehadiran Tol Cipali. Padahal, Asep Stroberi, yang akrab dipanggil Astro, terbilang menjadi salah satu tempat makan favorit di jalur provinsi sejak 2004.

“Memang ada penurunan setelah ada Tol Cipali, meski tak besar karena sampai sekarang pun pengunjung kami masih terhitung banyak. Sebelum ada Cipali pengunjung kami lebih banyak dari ini,” kata Manajer Operasional Astro Cabang Nagreg, Kabupaten Garut, Nasrun Umar.

Meski demikian ia tak menyebut berapa jumlah penurunan yang dialami. Yang terang, ia memastikan bahwa Astro masih berada di jalur aman melihat ekspansi yang dilakukan oleh sang pemilik, Asep Haelusna. “Buktinya kami masih terus menambah cabang setiap tahunnya,” ujar Nasrun.

5. Astro memilih siapkan antisipasi

Tol Cipali Dibangun, Usaha Kuliner di Jalur Mudik Selatan Jabar MelesuIDN Times/Galih Persiana

Keberadaan Tol Cipali, bagi manajemen Astro, bukanlah sesuatu yang pantas ditolak. Justru dengan kehadiran Tol Cipali, mereka diuji lebih kreatif mencari cara agar konsumen tetap memilih Astro sebagai destinasi kuliner.

Apalagi, dalam waktu dekat, pemerintah akan membangun tol baru bernama Cigatas (Cileunyi-Garut-Tasikmalaya), yang dapat menekan jumlah kunjungan konsumen Astro. “Maka itu kami sudah siapkan berbagai cara agar konsumen dari luar kota sengaja datang ke sini, bukan karena kebetulan ingin mencari tempat istirahat. Sejauh ini kan ada Lembang (Kabupaten Bandung Barat), Dago (Kota Bandung), dana lain-lain sebagai lokasi wisata. Nah, kami sudah siapkan agar Nagreg menjadi destinasi wisata baru,” ujar Nasrun.

Selain menawarkan pemandahan ngarai berupa pesawahan, Astro cabang Nagreg juga menawaran fasilitas lain di luar berbagai makanan khas Sunda.

“Di sini bisa wisata alam, pesawahan, sungai, bahkan keluarga bisa melihat munding bodas (kerbau putih). Kami juga sudah menyiapkan fasilitas bermain anak saat ini. Maka itu pengunjung bisa meghabiskan waktu tiga sampai empat jam setiap berkunjung,” tuturnya.

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya