SDN yang Ambruk Belum Direlokasi, Ini Alasan Disdik KBB

Para siswa sempat gelar MPLS di lapangan

Bandung Barat, IDN Times - Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bandung Barat (KBB) Jawa Barat mengungkap penyebab lambatnya pembangunan gedung sekolah pengganti
SDN 1 Babakan Talang, Desa Cibedug, Kecamatan Rongga yang ambruk diterjang bencana pergerakan tanah pada Februari 2024.

Kepala Bidang SD pada Dinas Pendidikan KBB Wawan Hernawan mengatakan sekolah masih menunggu hasil kajian tim geologi untuk menentukan di mana lokasi yang aman untuk dibangun gedung sekolah pengganti SDN 1 Babakan Talang. Mereka tak mau gegabah merelokasi bangunan sekolah yang saat ini sudah porak-poranda diterjang pergerakan tanah.

"Sebelum membangun ulang bangunan sekolah, perlu ada kajian geologi yang matang agar lokasinya juga aman dari bencana. Nah sampai sekarang kami belum menerima hasil kajian rekomendasi lahan secara tertulis dari tim geologi," kata Wawan saat dikonfirmasi, Selasa (16/7/2024).

1. Disdik KBB usulkan pembangunan sekolah ke Kemendikbud

SDN yang Ambruk Belum Direlokasi, Ini Alasan Disdik KBB(Dok/Istimewa)

Seperti diketahui sejak ambruknya bangunan SDN 1 Babakan Talang yang berada di pelosok KBB itu, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) puluhan siswa sempat menumpang di
MTs Al-Ikhlas, bahkan terpaksa harus belajar di lapangan sepak bola. Namun, Dinas Pendidikan KBB menyebut kondisi itu hanya saat masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS).

Wawan mengatakan, sekolah sudah mengajukan usulan pembangunan sekolah pengganti SDN Babakn Talang 1 ke Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk dianggarkan.

Usulan bangunan sekolah yang diajukan yakni pembangunan gedung sekolah dengan rincian sembilan ruang meliputi enam ruang kelas, dua ruang guru, satu ruang perpustakaan.

"Kami sudah ajukan jauh-jauh hari setelah sekolah tersebut diterjang bencana. Semoga ada jawaban segera dari pemerintah pusat untuk dibangunkan sekolah. Tapi sebeum pembangunan, titik lokasi lahan ini harus dipastikan dulu aman dari ancaman bencana," ujarnya.

2. Para siswa menumpang sementara

SDN yang Ambruk Belum Direlokasi, Ini Alasan Disdik KBB(Dok/Istimewa)

Untuk sementara ini, lanjut dia, KBM siswa di sekolah itu dipindahkan ke SDN 2 Babakan Talang sampai relokasi dan pembangunan gedung baru rampung. Sekolah juga meminta kegiatan MPLS tidak dilakukan di lapangan.

"Jadi untuk KBM-nya di bagi dua shift pagi dan siang agar proses pembelajaran bisa tetap berjalan. Tadi siang juga siswa sudah belajar di SDN 2 Babakan Talang," ujarnya.

Menurutnya, lokasi SDN 2 Babakan Talang tersebut lebih strategis jika dibandingkan dengan MTs Al-Ikhlas yang lokasinya lumayan jauh, bahkan harus ditempuh selama 30 menit jika jalan kaki.

"Kalau SDN 2 Babakan Talang itu jaraknya kurang lebih hanya 1 kilometer dari rumah siswa dan SDN 1 Babakan Talang, jadi semua orangtua juga sudah sepakat," kata Wawan.

Ia mengatakan, pemindahan KBM ke SDN 2 Babakan Talang tersebut merupakan solusi yang terakhir karena sampai saat ini rencana untuk relokasi dan pembangunan gedung baru masih terkendala lahan.

"Lahan yang ada belum dapat rekomendasi aman atau tidak dari bencana dan kami masih menunggu proses pengajuan anggaran ke kementerian," ucapnya.

3. Lokasi sementara sekolah beratkan orangtua

SDN yang Ambruk Belum Direlokasi, Ini Alasan Disdik KBB(Dok/Istimewa)

Sebelumnya, Ketua Komite SD Negeri 1 Babakantalang, Asep Nurul Hikmat mengatakan, KBM hari pertama siswa dilakukan di area lapangan tanpa kelas darurat seperti tenda. Hal ini dipicu keluhan orangtua siswa yang keberatan jika siswa harus bersekolah di SDN 2 Babakan Talang dan SDN Sukamanah.

"Hari pertama ini siswa terpaksa belajar di Lapangan Gombong yang jaraknya lebih dekat dengan domisili siswa. Selama ini pemerintah mengalihkan KBM di dua sekolah yang jaraknya cukup jauh dan dirasa memberatkan orangtua," kata Asep saat dihubungi, Senin (15/7/2024).

Asep Nurul menjelaskan, setelah bangunan dulu terdampak bencana dan tidak dapat digunakan pemerintah setempat mengalihkan KMB ke fasilitas sekolah yang jaraknya cukup jauh. Setidaknya siswa harus berjalan kaki selama 30 menit atau lebih singkat jika diantar menggunakan kendaraan pribadi.

"Tetapi tidak semua orangtua bisa mengantar anaknya pakai motor, sementara berjalan kaki sudah dijalani selama lebih dari enam bulan selama peralihan dan ini dirasa memberatkan," ujarnya.

Baca Juga: Bangunan Sekolah Ambruk, Siswa SDN di KBB Terpaksa MPLS di Lapangan

Baca Juga: Nenek Omot, Pemilih Tertua di Pilkada KBB Berusia 106 Tahun

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya