Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Industri Alas Kaki Cirebon Melejit, Sektor Lain Tertinggal Jauh

ilustrasi pabrik sepatu yang melakukan hilirisasi dengan melakukan perakitan dan pengemasan sepatu (unsplash.com/ Provincial Archives of Alberta)
ilustrasi pabrik sepatu yang melakukan hilirisasi dengan melakukan perakitan dan pengemasan sepatu (unsplash.com/ Provincial Archives of Alberta)
Intinya sih...
  • Industri alas kaki mendominasi investasi di Cirebon
  • Sektor perdagangan tergeser, perlu adaptasi digital dan efisiensi tinggi
  • Ketimpangan investasi antar sektor membutuhkan insentif diversifikasi dan promosi yang lebih agresif

Cirebon, IDN Times - Sektor industri barang dari kulit dan alas kaki mencatatkan diri sebagai penyumbang tertinggi investasi di Kabupaten Cirebon pada triwulan pertama tahun 2025.

Nilai investasi sektor ini mencapai Rp193,45 miliar, mengungguli sektor-sektor lain yang selama ini lebih dominan seperti perdagangan dan kendaraan bermotor.

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Cirebon, Dede Sudiono, menyebutkan capaian ini mencerminkan adanya pergeseran struktur ekonomi daerah yang semakin bertumpu pada sektor industri manufaktur padat karya, terutama yang berbasis ekspor seperti alas kaki.

"Industri alas kaki memang sedang ekspansif, baik dari sisi volume produksi maupun permintaan global," ujar Dede, Senin (16/6/2025).

1. Sektor perdagangan mulai tergeser, jasa dan otomotif tetap bertahan

ilustrasi kondisi jalan raya di sekitar wilayah industri (freepik.com/EyeEm)
ilustrasi kondisi jalan raya di sekitar wilayah industri (freepik.com/EyeEm)

Dari data DPMPTSP, setelah industri alas kaki, sektor yang mencatatkan realisasi investasi tertinggi kedua adalah kelompok industri lainnya sebesar Rp109,62 miliar. Disusul sektor perdagangan dan reparasi yang selama ini cukup dominan, kini berada di peringkat ketiga dengan investasi sebesar Rp98,53 miliar.

Sementara itu, sektor industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lainnya menempati posisi keempat dengan realisasi investasi Rp95,53 miliar. Di urutan kelima, terdapat sektor jasa lainnya yang mengumpulkan investasi sebesar Rp93,11 miliar.

Meski angka realisasi masih tergolong besar, terlihat adanya kecenderungan stagnasi di sektor-sektor tradisional. Dede mengakui, sektor perdagangan saat ini menghadapi tantangan berat akibat penurunan daya beli masyarakat dan perubahan pola konsumsi pascapandemi.

"Investor saat ini lebih selektif. Mereka lebih tertarik pada sektor-sektor dengan prospek ekspor dan efisiensi tinggi. Sektor perdagangan tradisional semakin tertekan, apalagi dengan digitalisasi yang terus melaju," katanya.

2. Tantangan pemerataan dan ketimpangan antar sektor

ilustrasi investasi (unsplash.com/@towfiqu999999)
ilustrasi investasi (unsplash.com/@towfiqu999999)

Kendati nilai total investasi tampak menggembirakan, realisasi yang didominasi satu-dua sektor mengindikasikan belum meratanya distribusi investasi di Kabupaten Cirebon.

Industri alas kaki, misalnya, menyedot lebih dari 25 persen total investasi hanya dalam satu kuartal. Sementara sektor potensial lain seperti pertanian, pariwisata, dan ekonomi kreatif nyaris tidak masuk radar lima besar.

Dede menilai kondisi ini sebagai tantangan serius bagi arah pembangunan ekonomi jangka panjang. Ia menekankan pentingnya kebijakan insentif yang lebih variatif agar investasi tak terpusat pada industri tertentu saja.

"Ini bukan soal besar-kecil angkanya saja, tapi soal pemerataan dan daya tahan ekonomi. Kalau investasi hanya terserap ke sektor tertentu, maka ketika sektor itu terguncang, perekonomian daerah juga ikut terpuruk," tuturnya.

Pihaknya kini tengah mengkaji insentif khusus untuk sektor pertanian modern, pengolahan hasil tani, serta kawasan wisata berbasis budaya sebagai strategi diversifikasi investasi.

3. Perlu transformasi strategi promosi dan Infrastruktur

Pelabuhan Patimban yang masuk dalam kawasan Rebana Metropolitan berada di Kabupaten Subang. Dokumen Kemenhub
Pelabuhan Patimban yang masuk dalam kawasan Rebana Metropolitan berada di Kabupaten Subang. Dokumen Kemenhub

Lebih lanjut, Dede menegaskan capaian investasi ini tidak bisa dilepaskan dari berbagai pembenahan tata kelola layanan perizinan dan promosi yang dilakukan Pemkab Cirebon dalam dua tahun terakhir.

Namun ia juga mengingatkan, tantangan ke depan tak hanya soal perizinan, melainkan juga kesiapan infrastruktur pendukung.

"Kita butuh transformasi strategi promosi investasi yang lebih agresif dan berbasis data. Selain itu, infrastruktur logistik, jalan penghubung kawasan industri, hingga ketersediaan energi listrik harus menjadi prioritas," katanya.

Ia juga menyoroti masih minimnya keterlibatan sektor UMKM dalam arus investasi yang ada. Padahal, UMKM lokal dapat menjadi mitra rantai pasok yang memperkuat daya tahan ekonomi.

"Kalau investasi besar datang tapi tak melibatkan pelaku lokal, maka dampaknya tidak merata. Kita akan dorong regulasi kemitraan industri besar dengan UMKM agar ada pemerataan manfaat ekonomi," tegas Dede.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us