Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Wajah Baru Binong Jati: Wisata Kreatif yang Hidupkan Ekonomi Warga

DSC_0031.JPG
Kegiatan mural di Kampung Wisata Kreatif Binong Jati bersama komunitas Merakit. IDN Times/Debbie Sutrisno
Intinya sih...
  • Kampung Rajut Binong Jati bertransformasi menjadi kampung wisata dengan mural yang melibatkan difabel untuk menghidupkan ekonomi kreatif.
  • Binong merupakan sentra industri rajut terbesar di Asia, tetapi perekonomian menurun saat pandemi. Pemkot Bandung menjadikan Binong sebagai Kampung Wisata Kreatif Rajut.
  • Kawasan ini memberikan dampak positif bagi komunitas seni, budaya, dan PKK serta memiliki potensi pertumbuhan ekonomi baru melalui sektor pariwisata.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Goresan kuas dari tangan Elis mewarnai salah satu tembok di Gang Masjid, Kelurahan Binong, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung. Elis tampak serius melukis menggunakan tangan kirinya. Karena keterbatasan fisik, ibu berumur 45 tahun asal Ujungberung ini melukis dengan duduk di kursi rodanya. Sementara cat lukis yang digunakan Elis dipegang oleh salah satu relawan dari Kampung Rajut Binong Jati.

Elis tidak sendirian, dia bersama belasan disabilitas perempuan lainnya ikut serta dalam aktivitas mural di kawasan tersebut. Mulai dari seng hingga tembok rumah warga dilukis sebagai penanda bahwa kampung ini tidak sekedar kawasan industri rajut, tapi sudah bertransformasi menjadi kampung wisata.

"Saya antusias sekali melukis di sini. Jadi bisa menyalurkan hobi lain yang selama ini susah dilakukan, melukis," kata Elis beberapa waktu lalu kepada IDN Times.

Para difabel ini menyalurkan kreativitasnya lewat mural di sepanjang gang yang dikenal sebagai Kampung Rajut Binong Jati. Kegiatan mural bersama ini diinisiasi Komunitas Masihan Indonesia dalam tajuk ‘Mural bersama Difabel Merajut Asa Kita (Merakit)’. Chief Executive Officer Masihan Indonesia Andika Fibio mengatakan, kegiatan mural bertujuan untuk mengubah wajah Kampung Rajut Binong Jati yang selama ini hanya dikenal sebagai kawasan industri agar dikenal dengan citra destinasi wisata unggulan di Kota Bandung.

Dikenal sebagai sentra pakaian rajut, gaung kampung ini perlahan tenggelam oleh destinasi wisata lainnya. Masihan Indonesia kemudian mengajak para difabel untuk terlibat dalam proses pembuatan mural sepanjang 130 meter.

Andika menjelaskan upaya ini untuk membangkitkan ekonomi Kampung Rajut Binong Jati terus dilakukan, salah satunya melalui mural yang digambar cantik di sepanjang tembok gang. Harapannya, pengunjung yang datang bisa melakukan walking tour menyusuri industri rumahan pakaian rajut.

“Harapannya sih kami bisa mem-boosting lagi ekonomi kreatif ini biar lebih aware dan lebih besar lagi dampaknya, karena saya rasa juga memang di Binong ini perlu dikembangkan lagi. Salah satu program di Bandung ialah mural sebagai wajah baru yang perlu kami kembangkan,” lanjutnya.

WhatsApp Image 2025-08-22 at 7.18.47 AM.jpeg
Kunjungan wisatawan ke IKM rajut Binong Jati. IDN Times/Debbie Sutrisno

Kelurahan Binong sejatinya merupakan daerah sentra industri kecil menengah (IKM) yang ada di Kota Bandung dan berdiri sejak 1960. Secara geografis, kawasan ini terletak di Kelurahan Binong, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kelurahan Binong terdiri dari 10 rukun warga (RW) dan memiliki lebih dari 18.717 penduduk.

Kampung Rajut Binong merupakan salah satu kawasan pemukiman warga Kota Bandung yang sudah ada sejak lama sekitar tahun 1965. Menjadi sentara industri produk rajutan terbesar di Asia, pelaku usaha di kawasan ini sudah turun temurun. Pada 2021 tercatat jumlah pelaku pengusaha di kawasan ini mencapai 500 di mana terdapat 418 usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan jumlah pekerja mencapai 2.143 orang dan produksi hingga 984.426 lusin per tahun.

Ketika pandemik terjadi pada 2020, perekonomian masyarakat di Binong sempat menurun drastis karena minimnya permintaan produk rajutan. Sebagai salah satu langkah tetap menghidupkan kawasan ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menjadikan Binong bukan sekedar kawasan industri rajut, tapi sekarang dinobatkan juga sebagai Kampung Wisata Kreatif Rajut sesuai keputusan Wali Kota Bandung Nomor 556/Kep.835-DISBUDPAR/2021 pada 16 September 2021.

Jatuh bangun hidupkan kepariwisataan

Ilustrasi. Salah satu mentor dari Komunitas Merakit, Nazmi (kiri) sedang memberikan pelatihan merajut. IDN Times/Debbie Sutrisno
Ilustrasi. Salah satu mentor dari Komunitas Merakit, Nazmi (kiri) sedang memberikan pelatihan merajut. IDN Times/Debbie Sutrisno

Seiring dijadikannya Bandung sebagai kawasan wisata, kelompok sadar wisata (Pokdarwis) pun dibentuk. Kelompok ini diharap menjadi motor penggerak kampung wisata kreatif Binong. Sayangnya, niatan tersebut tak semudah membalikkan telapak tangan. Dalam beberapa bulan usai peresmian, tak banyak kegiatan yang dijalankan, dan wisatawan pun urung datang ke kawasan wisata ini.

Ketua kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Kelurahan Binong, Eka Rahmat Jaya menuturkan bahwa tidak mudah membuat program kegiatan dengan menyatukan seluruh kepala untuk satu tujuan baik. Alhasil, dari awalnya ada 50 orang yang ikut di Pokdarwis, sekarang jumlahnya hanya belasan. Pemangkasan dilakukan agar ada kepengurusan inti yang bisa menjadi pionir dalam menjalankan program kepariwisataan termasuk mural di kawasan tersebut.

"Sekarang kita punya program ciri khas Kampung Rajut Binong dan bisa menarik wisatawan. Bukan cuman lokal yah, tapi bule-bule (mancanegara) juga ada yang datang ke sini," ungkap Eka, Kamis (21/8/2025).

Salah satu yang menarik wisatawan ada di Kampung Wisata Rajut Binong adalah keberadaan penyandang disabilitas perempuan yang justru menjadi penggerak kegiatan. Berada di bawah naungan komunitas Merakit, para disabilitas ini diajarkan menjadi pemandu wisata maupun memberikan pelatihan merajut yang mudah untuk setiap wisatawan yang datang ke kawasan ini. Saat ini ada 11 perempuan penyandang disabilitas daksa yang aktif di komunitas tersebut.

Salah satunya adalah Nazmi. Dengan keterbatasan yang mengharuskannya menggunakan kursi roda, dia tetap bersemangat memberikan pelatihan pada wisatawan. Seperti yang dilakukannya ketika ada puluhan siswa dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Mahatma Gandhi, Jakarta, yang datang ke Kampung Wisata Rajut Binong, Nazmi ikut serta menyambut mereka.

Disertai canda tawa, Nazmi memberikan pelatihan membuat gelang dari benang rajut. Para siswa pun antusias mengikuti kegiatan pelatihan tersebut. Meski kesulitan, tapi mereka berhasil membuat gelang berwarna-warni yang kemudian dipakai sepanjang kegiatan di Binong.

"Saya senang berbagi ilmu bersama teman-teman. Ini jadi pengalaman baru untuk saya karena bisa belajar juga di sini," kata Nazmi.

Manfaat keberadaan Merakit di Kampung Wisatawan Rajut Binong ini sangat terasa. Bukan hanya dari segi komunitas, tapi ada nilai ekonomi yang didapat karena dengan menjadi pemandu wisata dan pengajar ada nominal uang yang didapatnya.

Sementara itu, salah satu guru dari Mahatma Gandi, Ari. Dia menilai kawasan ini bukan hanya menjadi tempat wisata semata, tapi ada edukasi diberikan pada para siswa. Mereka bisa mendapatkan pencerahan baru seperti apa memproduksi rajut baik itu dengan mesin maupun menggunakan tangan.

Menurutnya, selama ini ada kegiatan tambahan di luar jam sekolah termasuk kerajinan membuat rajutan. Namun, banyak siswa lebih memilih memasak ketimbang merajut. Dengan datang ke Kampung Wisata Rajut Binong, Ari berharap semakin banyak siswa yang ikut serta juga dalam kegiatan sekolah di kesenian termasuk merajut sehingga tak melulu bertumbuh di kegiatan memasak.

"Bagus ada kegiatan ini. Yang mereka tahu dengan membuat rajutan ini tuh 'harus sabar', kalau kata mereka," ungkap Ari.

Saat ini jumlah wisatawan ke kampung wisata kreatif Binong terus bertambah setiap tahunnya. Bahkan sekarang ada juga tempat menginap (homestay) yang bisa digunakan wisatawan untuk menginap.

Kolaborasi antarkomunitas

DSC_0002.JPG
Kegiatan mural di Kampung Rajut Binong bersama penyandang disabilitas. IDN Times/Debbie Sutrisno

Dengan dijadikannya kawasan Binong Rajut sebagai tempat wisata kreatif, banyak komunitas mulai terdengar namanya setelah selama ini mereka berjalan sendiri-sendiri. Salah satunya adalah komunitas pencak silat yang tergabung di padepokan Panglipuran Muda.

Perwakilan Panglipuran Muda, Diah mengatakan bahwa kampung wisata kreatif yang ada di Binong memberikan dampak positif untuk padepokan ini. Setelah sekian lama berjalan sendiri, akhirnya Panglipuran Muda bisa berjalan bersama dalam menjaga warisan kebudayaan di kawasan Binong.

"Padepokan ini sudah lama ada sejak saja masih kecil (puluhan tahun lalu), tapi memang berjalan sendiri saja. Nah sempat muncul, tenggelam, sekarang ma bisa eksis lagi salah satunya dengan ada kawasan wisata di Binong," ujar Diah kepada IDN Times.

Menurutnya, dalam beberapa kali acara di kawasan wisata kreatif Binong, Panglipuran Muda selalu diajak untuk menyambut para tamu. Padahal biasanya mereka hanya tampil ketika ada undangan dari lembaga pemerintahan baik kelurahan atau Pemkot Bandung.

Keikutsertaan di kampung wisata kreatif Binong pun memberikan nilai ekonomi untuk pandepokan karena ada nilai ekonomi salah satunya pemenuhan barang kebutuhan untuk pelatihan murid. Hal yang diharapkan ke depannya dari padepokan ini adalah memiliki tempat yang bisa dipakai berlatih secara rutin karena selama ini mereka sering berpindah-pindah tempat.

Hal senada disampaikan Wawan selaku koordinator seni budaya dan lingkungan di Kelurahan Binong. Menurutnya, potensi budaya di kawasan ini sebenarnya sudah ada sejak lama, tidak hanya hanya pencak silat tapi ada juga musik dan tari tradisional hingga makanan dan minuman khas Binong. Sayangnya, mereka semua belum terkoordinir dan berjalan sendiri-sendiri.

"Nah saya juga ikut koordinir lagi, dan tujuannya tuh kalau sekarang mau coba sertifikasi kebudayaan yang ada di Binong karena memang udah makin aktif," ungkap Wawan.

Yang juga paling merasakan dampak adanya kampung wisata kreaitf ini adalah ibu-ibu PKK. Sebab, setiap tamu hadir pasti kan butuh makan dan minum, itu semua disiapkan oleh PKK setempat. Karena PKK adanya per RW, maka akan digilir sehingga semua RW yang ada di kelurahan Binong ini merasakan manfaat kedatangan wisatawan.

Dampak ganda ekonomi di sektor wisata

Seorang wisatawan sedang membeli pernak-pernik yang dijual warga di kawasan Kampung Wisata Rajut Binong. IDN Times/Debbie Sutrisno
Seorang wisatawan sedang membeli pernak-pernik yang dijual warga di kawasan Kampung Wisata Rajut Binong. IDN Times/Debbie Sutrisno

Sektor pariwisata memang memiliki dampak ganda (multiplier effect) dalam pertumbuhan perekonomian. Sebab, banyak masyarakat bisa terberdayakan di sebuah kawasan wisata. Di Jawa Barat sendiri saat ini struktur perekonomian didominasi oleh sektor industri pengolahan dengan pangsa sebesar 42 persen dan sektor perdagangan sebesar 15 persen. Di tengah tantangan ketidakpastian global yang cenderung masih tinggi dan pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang yang belum terlalu kuat, diperlukan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru.

Salah satu sumber pertumbuhan ekonomi baru yang potensial adalah sektor pariwisata. Jawa Barat memiliki 540 wisata alam, 277 wisata budaya dan 342 desa wisata yang perlu terus dikembangkan. Dengan pengembangan sektor wisata, maka akan ada penambahan usaha baik di bidang makanan, minuman, fesyen, hingga perhotelan. Dampak jangka panjangnya dari pertumbuhan ini salah satunya pada pendapatan pemerintah daerah melalui pajak usaha.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat, Muslimin Anwar menyebu bahwa pariwisata merupakan sektor potensial pendukung pertumbuhan ekonomi baru. Jawa Barat perlu lebih mengeksplorasi keunggulan wisata alam dan keanekaragaman budaya masing-masing daerah untuk meningkatkan jumlah wisatawan, khususnya wisman, untuk mendukung perbaikan pendapatan devisa dan kinerja pariwisata nasional.

“Selain itu, pengembangan destinasi perlu diakselerasi dengan berorientasi pada kualitas (quality tourism) dan memastikan inklusivitas dari pengembangan destinasi wisata terutama dengan mengoptimalkan peran wirausaha muda,” ujar Muslimin.

Pengembangan Quality Tourism perlu difokuskan untuk mendatangkan wisman dari kelas menengah-atas, high spender, dan length of stay nya lebih lama. “Bank Indonesia Jawa Barat juga terus bersinergi dengan berbagai pihak dalam pengembangan desa wisata, UMKM pariwisata, dan SDM pendukung pariwisata seperti kelompok sadar wisata (pokdarwis) yang berkontribusi positif bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Jawa Barat,” tambahnya.

Penguatan ini juga yang telah dilakukan BI dan Pemprov Jabar melalui Karya Kreatif Jawa Barat (KKJ) Sunda Karsa Fest 2025 para pertengahan Juli. Melalui pendekatan "Lembur Diurus, Kota Ditata" yang diusung Pemprov Jawa Barat, Bank Indonesia mendukung penguatan desa wisata binaan dan pelestarian budaya demi mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat Iendra Sofyan menuturkan, pemerintah Jawa Barat tengah berupaya meningkatkan jumlah wisatawan yang bisa meningkatkan pendapatan masyarakat. Selama ini ekonomi kreatif selalu menjadi fokus, tapi sekarang kebudayaan di sektor pariwisata pun bisa menjadi hal positif mendongkak perekonomian.

"Sekarang fokusnya ditambah. Tidak hanya ekonomi kreatif, tetapi juga pariwisata sebagai kemasan ekonomi yang kuat. Tempat wisata bisa menjadi ruang dagang, bahkan tanpa harus ada kunjungan langsung, karena produk bisa dipasarkan dari jarak jauh," kata Iendra.

Untuk mendukung perkembangan sektor pariwisata, dibutuhkan kolaborasi antar pemerintah daerah serta pelaku usaha, untuk mengembangkan kapabilitas daerah dalam eksplorasi wilayah, melakukan perancangan, dan strategi pemasaran.

Share
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us

Latest News Jawa Barat

See More

25 Orang Ditangkap Polisi Usai Kerusuhan di Kabupaten Cirebon

03 Sep 2025, 17:32 WIBNews