Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Telur Bebas Sangkar, Upaya Baru Wujudkan Pangan Lebih Etis

ilustrasi peternakan itik dan ayam (pexels.com/valentin-cvetanoski)
ilustrasi peternakan itik dan ayam (pexels.com/valentin-cvetanoski)
Intinya sih...
  • Kesejahteraan hewan sebagai fondasi sistem pangan berkelanjutan
    • Pentingnya pendekatan terpadu dalam isu kesejahteraan hewan
    • Ayam petelur kehilangan kemampuan untuk mengekspresikan perilaku alaminya dalam sistem kandang sangkar
    • Kolaborasi lintas sektor jadi kunci transisi bebas sangkar
      • Forum dihadiri oleh 63 peserta dari Indonesia, Malaysia, dan Thailand
      • Besarnya dampak sistem kandang terhadap kesejahteraan ayam petelur
      • Prospek masa depan telur bebas sangkar di Asia Tenggara
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Isu kesejahteraan hewan ternak kembali menjadi sorotan seiring meningkatnya perhatian terhadap sistem pangan yang lebih etis dan berkelanjutan. Di kawasan Asia Tenggara, diskursus mengenai produksi telur bebas sangkar (cage-free) dinilai semakin relevan, terutama di Indonesia, Malaysia, dan Thailand.

Berbagai pemangku kepentingan lintas sektor berkumpul di Jakarta pada Minggu (15/12/2025) untuk membahas strategi percepatan transisi menuju sistem produksi telur bebas sangkar. Forum ini mempertemukan organisasi non-profit lokal dan internasional, perwakilan pemerintah, akademisi, pelaku industri pangan, hingga produsen telur.

Pertemuan tersebut juga menandai peluncuran laporan bertajuk “Telur Bebas Sangkar: Transisi Global Menuju Model Bisnis yang Lebih Etis dan Resilien” yang dikembangkan oleh Program Kesejahteraan Hewan dan Penelitian Sinergia Animal International.

Laporan ini mengulas peluang model bisnis berkelanjutan bagi sektor pangan yang mulai beralih ke praktik bebas sangkar.

Selain menyoroti aspek etika, laporan ini menempatkan kesejahteraan hewan sebagai bagian dari ketahanan sistem pangan jangka panjang. Transisi ke telur bebas sangkar dipandang tidak hanya berdampak pada ayam petelur, tetapi juga pada kesehatan manusia, lingkungan, dan keberlanjutan industri pangan secara keseluruhan.

1. Kesejahteraan hewan sebagai fondasi sistem pangan berkelanjutan

Telur Bebas Sangkar, Upaya Baru Wujudkan Pangan Lebih Etis (Dok. IDN Times)
Telur Bebas Sangkar, Upaya Baru Wujudkan Pangan Lebih Etis (Dok. IDN Times)

Dalam sambutan pembuka, Kepala Tim Pelaksana Kesejahteraan Hewan Kementerian Pertanian   Septa Walyani, menegaskan pentingnya pendekatan terpadu dalam isu kesejahteraan hewan. Ia menyoroti konsep One Health yang menempatkan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan sebagai satu kesatuan yang saling terhubung.

“Peningkatan kesejahteraan hewan tidak bisa berdiri sendiri. Kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan harus ditingkatkan secara bersamaan untuk membangun sistem pangan yang etis, aman, dan berkelanjutan,” ujar Septa dalam pidato pembukaannya.

Laporan yang diluncurkan dalam forum tersebut juga mengungkap bahwa ayam petelur dalam sistem kandang sangkar kehilangan kemampuan untuk mengekspresikan perilaku alaminya, yang berdampak pada tingkat stres yang tinggi. Kondisi ini menjadi salah satu dasar ilmiah perlunya pergeseran menuju sistem bebas sangkar.

2. Kolaborasi lintas sektor jadi kunci transisi bebas sangkar

Vaksinasi ring PMK di Peternakan Mat Aji, Desa Adi Jaya, Kecamatan Bandar Jaya, Lampung Tengah, Selasa (20/5/2025). (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).
Vaksinasi ring PMK di Peternakan Mat Aji, Desa Adi Jaya, Kecamatan Bandar Jaya, Lampung Tengah, Selasa (20/5/2025). (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Forum ini dihadiri oleh 63 peserta dari Indonesia, Malaysia, dan Thailand, yang mewakili spektrum luas pemangku kepentingan. Mulai dari akademisi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, kementerian terkait, organisasi masyarakat sipil, asosiasi profesi dokter hewan, hingga pelaku industri dan korporasi pengguna telur dalam skala besar.

Salah satu penulis laporan dan Direktur Program Kesejahteraan dan Penelitian Hewan, Fernanda Vieira, menekankan besarnya dampak sistem kandang terhadap kesejahteraan ayam petelur.

“Sebagian besar ayam petelur di seluruh dunia masih dipelihara dalam kandang sempit. Riset menunjukkan bahwa transisi ke sistem bebas sangkar dapat mencegah lebih dari 7.000 jam penderitaan untuk setiap ayam dibandingkan dengan kandang konvensional,” ujarnya.

Diskusi juga menyoroti peran sertifikasi, produsen, dan konsultan dalam mendukung transisi yang terukur. Sertifikasi dinilai penting, namun harus dibarengi dengan perbaikan manajemen peternakan dan edukasi berkelanjutan kepada konsumen serta pemangku kepentingan lainnya.

3. Prospek masa depan telur bebas sangkar di Asia Tenggara

Telur Bebas Sangkar, Upaya Baru Wujudkan Pangan Lebih Etis (Dok. IDN Times)
Telur Bebas Sangkar, Upaya Baru Wujudkan Pangan Lebih Etis (Dok. IDN Times)

Sejumlah pelaku industri turut membagikan perspektif dan pengalaman implementasi. Dari sisi produsen dan konsultan, pembahasan mencakup tantangan ekonomi, kesiapan peternak, hingga solusi praktis bagi perusahaan yang ingin beralih ke sistem bebas sangkar.

Sementara itu, perusahaan pengguna telur dalam skala besar juga memaparkan dampak positif penerapan kebijakan bebas sangkar terhadap komitmen keberlanjutan mereka.

Pemimpin Proyek White Paper Sinergia Animal, Aisah Nurul Fitri, menyampaikan bahwa laporan ini disusun untuk menunjukkan bahwa transisi bebas sangkar bukan hal yang mustahil.

“Tujuan kami adalah mendorong lebih banyak perusahaan mengadopsi sistem bebas sangkar dan menunjukkan bahwa perubahan ini dapat diterapkan. Pasar sudah bergerak ke arah sana, dan kolaborasi lintas sektor menjadi kuncinya,” ujarnya.

Diskusi penutup menegaskan bahwa meski tantangan masih ada, masa depan sistem bebas sangkar dinilai semakin terbuka. Dengan komitmen bersama, transisi ini diyakini membawa manfaat bagi kesejahteraan hewan, kesehatan manusia, serta keberlanjutan lingkungan di Indonesia, Malaysia, dan Thailand.

“Cepat atau lambat, penggunaan sangkar pasti akan berakhir. Dengan kolaborasi antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat, kita bisa memastikan masa depan yang lebih adil bagi hewan dan lebih aman bagi semua,” tutup Elly Mangunsong, Direktur Program Advokasi Kesejahteraan Hewan yang Diternakkan dari Animal Friends Jogja.

Share
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us

Latest News Jawa Barat

See More

Polisi Libatkan Pakar dalam Kasus Penghinaan Suku Sunda oleh Resbob

16 Des 2025, 19:31 WIBNews