Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20250819-WA0074.jpg
(Tangkap layar/IDN Times)

Intinya sih...

  • Proses pencarian naskah kuno membutuhkan waktu panjang dan proses transliterasi

  • Sumedang memiliki banyak naskah kuno yang belum diungkap, menunjukkan tingginya pengetahuan leluhur Jawa Barat

  • Naskah kuno Sang Hyang Siksa Kandang Karesian memperkuat kondisi saat ini dan bisa memperkuat jati diri serta nilai-nilai kemanusiaan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Peringatan HUT ke-80 Jawa Barat tampak berbeda dari tahun sebelumnya. Pada tahun ini ada prosesi pembacaan naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian yang dibacakan oleh anggota DPR RI Rieke Dyah Pitaloka dan budayawan Iman Soleh.

Ahli Filologi Anggi Endrawan menyampaikan isi dari naskah tersebut. Menurutnya, Sang Hyang Siksa Kandang Karesian ini bukan sekadar catatan sejarah, melainkan tentang tata aturan kehidupan, termasuk nilai-nilai kemanusiaan dan sistem kepemerintahan pada masa kerajaan-kerajaan Sunda.

"Sang hyang berarti suci, siksa berarti ajaran, dan kandang karesian berarti aturan dengan batasan-batasannya. Dengan kata lain, naskah ini merupakan pedoman hidup, terutama menyangkut tata kelola kenegaraan pada zamannya," kata Anggi saat ditemui di Gedung Merdeka, dikutip Rabu (19/8/2025).

1. Proses pencarian naskah ini membutuhkan waktu yang panjang

(Tangkap layar/IDN Times)

Anggi mengatakan untuk membuka kembali isi naskah kuno bukan perkara sederhana. Menurutnya seorang filolog yang mampu melakukannya karena prosesnya panjang. Filolog akan melakukan penelusuran naskah, kemudian transliterasi dari aksara Sunda ke aksara Latin.

"Setelah itu diterjemahkan ke bahasa Sunda atau Indonesia modern, ditransliterasi dan diterjemahkan, barulah masuk pada kajian teks," ucap Anggi.

Kajian teks ini, lanjut Anggi, sangat penting karena dari situlah nilai-nilai lokal genius bisa digali kembali untuk diterapkan dalam kehidupan hari ini.

"Prosesi Pak Gubernur sekarang itu berada di wilayah kajian teks, mencari nilai kebermanfaatan yang termuat dalam naskah kuno itu sendiri," tuturnya.

2. Sumedang memiliki banyak naskah kuno yang belum diungkap

(Tangkap layar/IDN Times)

Soal asal-usul naskah yang dibacakan, Anggi menjelaskan, naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian ditemukan di Kabuyutan Ciburuy, Garut. Namun, menurut riwayat dan klaim sepihak, ajaran dalam naskah tersebut memiliki keterkaitan erat dengan Sumedang.

"Sumedang baru satu kali pencarian saja sudah menemukan lebih dari seartus naskah, totalnya 190 naskah. Jadi memang Sumedang itu penghasil karya intelektual sejak zaman kerajaan. Bisa dibilang menghasilkan buku, tapi di masa kerajaan," katanya.

Kondisi ini menurutnya menjadi bukti bahwa leluhur Jawa Barat sudah mewariskan pengetahuan yang tinggi dan sistem kehidupan yang matang.

3. Naskah kuno memperkuat kondisi saat ini

(Tangkap layar/IDN Times)

Dengan begitu, Anggi berharap naskah-naskah ini harus terus digali melalui dukungan pemerintah, khususnya Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Saat ditanya apakah jika aturan-aturan dalam naskah ini diberlakukan akan mengubah sistem yang ada sekarang, Anggi menegaskan bahwa isinya justru memperkuat.

"Menurut saya, naskah ini bisa memperkuat jati diri. Sebab satu pun nilai-nilai kemanusiaan yang termuat di dalamnya tidak ada yang melenceng dari aturan yang berlaku sekarang," kata dia.

Editorial Team