Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Modus Pelaku Anarkis May Day di Bandung, Ngaku Jadi Tim Medis

Dok. Humas Polda Jabar
Intinya sih...
  • Kepolisian mengamankan pelaku aksi anarkisme saat May Day di Bandung
  • Mahasiswa kesehatan berinisial MAA terlibat kekerasan dan positif menggunakan obat keras
  • Polda Jabar menegaskan perlu keterlibatan orangtua dalam mencegah pengaruh paham kekerasan dan anarkisme

Bandung, IDN Times - Kepolisian mengamankan sejumlah orang yang melakukan aksi anarkisme saat perayaan May Day awal bulan lalu. Salah satunya adalah seorang mahasiswa kesehatan berinisial MAA (26) yang tinggal di Kabupaten Bandung. MAA diamankan polisi saat melakukan kekerasan di sekitar kawasan Dago Cikapayang, Kota Bandung.

Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Hendra Rochmawan menjelaskan, M.A.A kedapatan membawa senjata tajam dan terbukti positif menggunakan obat keras golongan benzodiazepine (BENZO). Kepada penyidik, MAA mengaku ikut dalam aksi May Day atas inisiatif pribadi dengan maksud menjadi petugas medis lapangan. Namun, saat digeledah ditemukan senjata tajam berupa pisau lipat dan baton stick di dalam ransel yang dibawanya.

“Pelaku mengaku datang dengan maksud menjadi petugas medis, namun fakta di lapangan menunjukkan adanya niat dan potensi ancaman, dibuktikan dengan ditemukannya senjata tajam serta hasil tes urine yang positif Benzo. Ini bukan sekadar pelanggaran, tapi ancaman nyata bagi ketertiban umum,” kata Hendra, Jumat (16/5/2025).

1. Polisi akan tindak tegas pelaku anarkis

Aksi anarkis terjadi saat May Day di Gubernuran Semarang. (IDN Times/Dok Polda Jateng)

Hendra pun menyayangkan seorang calon tenaga kesehatan terlibat dalam aksi seperti ini. Apa yang dilakukan MAA harus menjadi pelajaran bagi semua kalangan, khususnya generasi muda, bahwa tindakan melanggar hukum tidak dibenarkan atas alasan apapun.

Dia menegaskan bahwa kepolisian akan terus bertindak tegas terhadap setiap bentuk anarkisme, serta tetap membuka ruang edukasi dan pembinaan bagi pemuda yang tersesat dalam tindakan berbahaya.

"Para orang tua agar meningkatkan pengawasan dan perhatian terhadap anak-anak mereka, terutama yang masih duduk di bangku sekolah dan perguruan tinggi, karena usia remaja dan mahasiswa merupakan fase paling rentan dalam pencarian jati diri dan mudah terpengaruh oleh informasi atau ajakan yang salah, termasuk dari kelompok-kelompok berpaham anarkis," ungkapnya.

2. Makin banyak pelaku anarkis dari pelajar dan mahasiswa

Mahasiswa dan warga Pulau Kera berorasi menolak relokasi. (IDN Times/Putra F. D. Bali Mula)

Menurutnya, saat ini semakin banyak pelaku anarkisme berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Mereka pada dasarnya cerdas, punya potensi besar, tapi salah dalam memilih figur, salah menafsirkan perjuangan.

Polda Jabar mencatat bahwa sebagian pelaku yang diamankan terpapar paham-paham kekerasan melalui media sosial dan sebaran flyer digital yang bersifat provokatif. Ajakan-ajakan yang dikemas dalam bentuk solidaritas, perlawanan, dan aksi turun ke jalan yang kerap menyasar anak muda yang sedang mencari identitas sosialnya.

“Banyak dari mereka yang terjebak karena membaca flyer-flyer ajakan demo yang disebar di media sosial, tanpa memahami konteks dan konsekuensi hukumnya. Ini sangat berbahaya,” tambahnya.

3. Ajak orangtua lebih lebih baik dalam membimbing anak

ilustrasi anak dan orangtua sedang berbicara (pexels.com/Julia M Cameron)

Hendra menegaskan pentingnya keterlibatan orangtua dalam membimbing anak-anak di era digital saat ini. Jangan pernah merasa anak-anak aman hanya karena mereka ada di rumah atau menuntut ilmu d sekolah maupun kampus.

Orangtua harus rajin juga mematau aktivitas digital mereka, ajak bicara secara terbuka, dan beri perhatian yang cukup.

"Anak-anak butuh figur dan arahan, jika tidak dari orangtua, mereka akan mencarinya di luar dan belum tentu itu baik." tuturnya.

Polda Jabar juga mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk pendidik, tokoh agama, dan lingkungan kampus, untuk bersama-sama menangkal pengaruh paham kekerasan dan anarkisme dengan pendekatan edukatif dan preventif.

“Peringatan ini bukan hanya untuk pelaku, tapi untuk kita semua sebagai bangsa. Jangan biarkan generasi muda kita disesatkan oleh kemasan perjuangan yang menyesatkan,” pungkas Hendra.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
Debbie sutrisno
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us