Mawarid Fintech Summit, Ini yang Disampaikan Perwakilan Indonesia

Bandung, IDN Times – Saat ini dunia tengah menyaksikan percepatan adopsi kecerdasan buatan (AI) dan mata uang digital yang tak pernah terjadi sebelumnya. Dari sektor keuangan hingga perdagangan internasional, dua kekuatan teknologi ini menjadi katalis utama transformasi global.
Dubai, sebagai salah satu pusat inovasi digital dunia, menjadi panggung penting dalam momentum tersebut. Dalam sepuluh hari terakhir, kota ini menjadi tuan rumah bagi berbagai forum bergengsi seperti Token 2049 Dubai dan Mawarid Fintech Innovation Summit, di mana menyedot ratusan ribu peserta dari seluruh dunia yang antusias mengeksplorasi masa depan dunia kripto, blockchain, dan AI.
Di tengah antusiasme global terhadap digitalisasi keuangan, Raine Renaldi, Ketua Komite Aset Digital Indonesia dan Presiden Indonesian Bankers Club, mendapat kehormatan untuk menjadi pembicara utama dalam salah satu sesi penting.
Apa yang ia sampaikan di sana?
1. Sampaikan pandangan strategis tentang AI dan mata uang digital

Raine memang mendapat undangan resmi dari pihak penyelenggara Mawarid, yang merupakan bagian dari grup keuangan Islam terbesar di kawasan timur tengah. Hal tersebut, kata Raine, menandakan pengakuan terhadap kiprah Indonesia dalam pengembangan ekosistem aset digital.
Dalam sesinya, ia menyampaikan pandangan strategis tentang bagaimana kecerdasan buatan (AI) dan mata uang digital akan menjadi penggerak utama ekonomi global dalam dekade mendatang.
“Kita berada di titik balik sistem keuangan dunia. AI dan digital currency bukan lagi eksperimen, melainkan pilar baru dalam arsitektur ekonomi digital,” ujar Raine di hadapan para pelaku industri dari Asia, Eropa, dan Timur Tengah, dalam siaran pers yang diterima IDN Times, Sabtu (10/5/2025).
2. Indonesia berpeluang jajal kerja sama CBDC

Lebih lanjut, Raine mengungkapkan bahwa Uni Emirat Arab tengah bersiap meluncurkan Dirham Digital pada akhir tahun ini, sementara Indonesia pun memiliki proyek Garuda Digital melalui Bank Indonesia.
Menurutnya, ini membuka peluang besar bagi kerja sama antar-CBDC (Central Bank Digital Currency), terutama dalam sektor remitansi, yang sangat relevan bagi jutaan pekerja migran dan pelaku UMKM lintas negara.
“AI sangat berperan penting untuk kemajuan teknologi finansial. Fungsi AI adalah mengeliminasi hal tersulit sehingga proses menjadi lebih mudah dan cepat, dan ini juga harus didukung oleh teknologi yang mumpuni seperti Blockchain. Untungnya saat ini banyak negara yang mengembangkan CBDC atau mata uang digital,” kata dia.
3. Tekankan bahwa Indonesia siap beradaptasi

Dalam berbagai sesi bilateral di sela-sela forum, Raine juga menjajaki kolaborasi dengan institusi perbankan, investor regional, hingga pelaku ekosistem Web3.
Salah satu usulan yang menarik perhatian adalah pembentukan Digital Asset Corridor antara Indonesia dan UEA—sebuah jalur kolaboratif untuk mendorong pertukaran teknologi, pengembangan regulasi bersama, dan ekspor layanan digital antarnegara.
Keterlibatan Indonesia di panggung global ini, menurut Raine, bukan sekadar pencitraan, melainkan langkah konkret dalam memperkuat posisi negara berkembang sebagai mitra strategis dalam ekonomi digital global.
Ia menyampaikan bahwa masa depan keuangan harus dibangun secara kolaboratif—menggabungkan inovasi teknologi, inklusi finansial, dan regulasi progresif.
“Kita sedang membentuk ulang peta keuangan dunia. Indonesia tidak hanya siap beradaptasi, tapi juga siap memimpin dalam beberapa inisiatif digital strategis,” kata Raine.