Komeng Sebut Lahan Kebun Teh di Jabar Mulai Menipis, Ini Sebabnya

Bandung, IDN Times - Lahan pertanian teh rakyat di Jawa Barat mulai menipis. Anggota Komite II Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia (RI) Alfiansyah Bustami (Komeng) membeberkan beberapa faktor penyebab menipisnya lahan pertanian teh ini berdasarkan masukan dari petani langsung.
Menurutnya, salah satu faktor menipisnya lahan teh rakyat disebabkan karena sudah semakin sedikitnya penerus petani itu sendiri. Hanya saja ia masih belum mengetahui secara real di lapangan seperti apa.
"Lahan teh ini semakin mengecil, mungkin anak cucunya sudah gak mau lagi bergerak di perkebunan teh, apakah karena memang kurang gimana mungkin menjadi petani teh," ujar Komeng saat menghadiri Pekan Teh Rakyat yang diselenggarakan di salah satu cafe, Kota Bandung, Sabtu (14/12/2024).
1. Banyak beralih bercocok tanam sayur

Komeng mengungkapkan, saat ini juga ada pergeseran di mana para petani teh rakyat tidak jarang berpindah ke sektor pertanian lainnya. Mengingat keuntungan yang mungkin bisa lebih besar dan beberapa sebab lainnya.
"Kemarin ada yang bilang beralih ke sayur, kadang-kadang sayurnya juga kalau dibawa lari akhirnya tumpah. Mungkin menurut mereka lebih cepat dibanding teh untuk bertani sayuran, dan pemasukannya juga lebih cepat," katanya.
2. Petani teh rakyat harus difasilitasi mesin produksi

Sebelumnya, Manajemen Teh Juara, Nanang Christianto menyampaikan kondisi terkini dari para petani teh rakyat di Jawa Barat. Menurutnya, perlu ada dukungan dari pemerintah terhadap para petani teh.
Baginya, tantangan dalam peran teh ini tidak hanya mengandalkan upaya Kementerian Pertanian saja, melainkan ada beberapa hal lain yang harus turut diperhatikan. Seperti ketersediaan bibit teh hingga peralatan yang dapat memudahkan para petani menjual teh kering.
"Kalau kita ngomongin dari hulu ke hilir ada juga bibit teh. Kemudian, bagimana teman-teman diberikan fasilitas tidak hanya mengelola teh basah saja tapi harus ada sarana seperti mesin mengelola teh hijau untuk industri rumahannya kemudian menjual teh kering dengan kemasannya," katanya.
3. Petani harus jual teh kering

Dari sisi petani teh sendiri, Nanang menjelaskan, kondisinya sangat memperihatinkan jika hanya diharuskan menjual teh basah saja. Dengan begitu, hal tersebut harus jadi perhatian pemerintah pusat dan bisa didorong oleh Komeng yang merupakan legislator dari Jabar.
"Hingga saat ini kalau di biarkan berjualan teh basah saja ini pendapatan kurang. Per kilogram harganya hanya Rp3.000, tidak ada kenaikan. Sehingga perlu diberikan peralatan untuk menjual produk teh kering," katanya.