Indonesia dan Austria Gelar Dialog Lintas Agama ke-8 di Bandung

Bandung, IDN Times - Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia dan Austria menggelar dialog lintas agama ke-8 di Bandung, Senin (8/7/2024). Dalam kegiatan ini kedua negara membahas beberapa isu mengenai keharmonisan dalam beragama untuk menjaga toleransi.
Direktur Jenderal untuk Hubungan Budaya Internasional, Kementerian Federal Republik Austria untuk Hubungan Eropa dan Internasional, Christoph Thun-Hohenstein mengatakan, dialog ini penting untuk Austria dan Indonesia. Mengingat zaman kini sudah berkembang dan teknologi pun semakin maju, sehingga dialog penting untuk mendapatkan pemahaman bersama.
"Pentingnya pertemuan ini adalah untuk pemahaman bersama antara dua negara dan pemuka agama yang turut hadir dalam pertemuan ini," ujar Christoph, di sela acara.
1. Agama puny peran penting untuk menjaga toleransi di masyarakat

Dalam pertemuan ini sendiri melibatkan berbagai pemuka agama dari kedua negara. Mereka turut berdialog bersama dan saling berbagi untuk menguatkan toleransi di negara masing-masing.
Menurut Christoph, agama memiliki peran penting untuk memberikan pemahaman toleransi pada masyarakat.
"Agama punya peran penting dalam memberikan pemahaman terhadap masyarakat yang lebih luas. Baik dua negara atau ranah internasional, Indonesia jadi mitra penting Austria karena kami kan dengan banyak agama dan adat jadi toleran, dan sangat penuh toleransi," ujarnya.
2. Generasi kekinian turut dilibatkan dalam dialog ini

Dialog antara umat beragama ini sendiri berjalan sudah dari 2009/2010. Sehingga, Christoph menilai kegiatan ini menjadi penting untuk terus dilakukan oleh Indonesia dan Austria.
"Dan agama juga punya peran penting untuk menghadapi isu yang sedang sama-sama dihadapi dunia yaitu perubahan iklim, dan karena alasan itu lah Indonesia dan Austria perlu kerja sama lebih lengkap lagi," katanya.
Kegiatan ini turut melibatkan beberapa generasi muda dari mahasiswa beberapa kampus yang ada di Bandung. Menurut Christoph, para mahasiswa perlu terlibat untuk bekal masa depan dalam menjaga toleransi beragama.
"Tentu saja progam ini butuh keragaman generasi karena bukan hanya senior yang muda juga perlu dilibatkan untuk memahami soal budaya (toleransi) ini. Mereka perlu tahu seberapa gentinya permasalahan ini dan bagaimana menyelesaikan permasalahan ini," katanya.
"Setiap agama memiliki pendekatan berbeda sehingga lebih banyak opsi selesaikan masalah ini," kata Christoph, melanjutkan.
3. Indonesia dan Austria saling belajar menjaga toleransi umat beragama

Sementara Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, Kemenlu Indonesia, Siti Nugraha Mauludiah mengatakan, dalam dialog ini Austria turut banyak belajar mengenai menjaga toleransi umat beragama khususnya dalam Islam.
Menurutnya, Indonesia merupakan negara dengan penduduk beragama agama IsIam moderat yang besar. Sementara, Austria sendiri mayoritas dengan agama Katolik, namun banyak juga pengungsi yang beragama Islam. Kemudian, para masyarakat yang beragama Islam sendiri di Eropa masih banyak dinilai penyebar ekstrimis.
"Padahal kan sebetulnya Indonesia dinilai menjadi negara mempuni dalam hal islam moderat mereka (Austria) belajar soal Islam moderat ke masyarakatnya dan itu diambil untuk penanganan para muslim termasuk pengungsi yang datang (ke Austria)," kata Siti.
Indonesia pun demikian, banyak belajar ke Austria soal penanganan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk bersama menjaga toleransi antar umat beragama.
"Kami juga belajar dari mereka soal penanganan LSM, kami dialog dengan para LSM ini mengenai hal isu keberagaman untuk toleransi," kata dia.