Harga Cabai di Cirebon Terjun Bebas! Ibu-Ibu Bahagia, Pedagang Ngeluh

Cirebon, IDN Times - Penurunan harga sejumlah kebutuhan pokok di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, pada pekan terakhir April 2025 memberikan angin segar bagi masyarakat.
Namun di sisi lain, para pedagang tradisional justru menjerit karena margin keuntungan mereka ikut menyusut.
Pantauan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kabupaten Cirebon pada Rabu (30/4/2025) menunjukkan sejumlah komoditas pokok mengalami penurunan harga yang cukup signifikan, khususnya telur ayam ras dan berbagai jenis cabai.
Komoditas ini selama bulan Ramadan dan awal Syawal sempat mengalami lonjakan akibat tingginya permintaan.
Harga telur ayam ras segar misalnya, kini dijual di angka Rp26.150 per kilogram, turun dari harga sebelumnya Rp26.750. Penurunan juga terjadi pada dua bumbu dapur utama: bawang merah dari Rp50.000 menjadi Rp49.000 per kilogram, dan bawang putih dari Rp50.000 ke Rp49.500 per kilogram.
1. Cabai paling terasa penurunannya

Komoditas cabai menjadi penyumbang penurunan harga terbesar. Cabai merah besar yang sempat menyentuh Rp31.500 per kilogram, kini hanya dijual Rp28.500.
Cabai rawit hijau dari Rp37.000 menjadi Rp29.000. Sementara itu, cabai rawit merah yang dikenal sebagai komoditas paling fluktuatif turun drastis dari Rp100.000 menjadi Rp87.000 per kilogram.
Penurunan ini disambut antusias oleh warga, terutama konsumen rumah tangga yang selama ini terbebani lonjakan harga usai Ramadan.
“Biasanya habis Lebaran itu harga-harga masih tinggi, terutama cabai. Tapi sekarang malah turun banyak. Saya bisa belanja lebih banyak untuk stok seminggu ke depan,” ujar Dewi (34 tahun), ibu rumah tangga asal Kecamatan Sumber, saat ditemui di Pasar Sumber, Rabu (30/4/2025).
Dewi menambahkan, saat harga cabai melambung, ia harus mengurangi penggunaan cabai dalam masakan harian. “Kalau kemarin harga Rp100 ribu itu bikin pusing. Sekarang sudah jauh lebih ringan. Mudah-mudahan stabil,” katanya.
2. Modal belanja masih mahal, rugi tidak terhindarkan

Namun, kegembiraan di kalangan konsumen tidak serta-merta dirasakan pedagang. Penurunan harga dalam waktu cepat dianggap merugikan mereka, apalagi bagi pedagang yang sudah terlanjur membeli dalam jumlah besar ketika harga masih tinggi.
“Kalau saya beli cabai waktu harganya Rp95 ribu, terus sekarang dijual Rp87 ribu, ya pasti rugi. Kadang kita belum sempat habis stok lama, harga udah turun,” keluh Maman (45 tahun), pedagang sayur di Pasar Sumber.
Menurut Maman, pedagang kecil seperti dirinya tak punya banyak pilihan. Ia mengaku sulit untuk mengatur harga jual di pasar yang sangat dinamis dan tergantung pada pasokan dari distributor dan petani.
Situasi serupa dialami Wati (39), pedagang cabai dan bawang di Pasar Weru. Ia mengatakan, banyak pedagang yang mulai mengurangi jumlah pembelian untuk stok agar tidak mengalami kerugian mendadak saat harga turun.
“Dulu saya biasa ambil 30 kilogram cabai rawit, sekarang cuma berani 15 kilogram. Ngeri kalau turun lagi, belum balik modal,” ujarnya.
3. Fluktuasi diprediksi masih terjadi

Penurunan harga ini, menurut sebagian pedagang, bersifat musiman. Mereka memperkirakan harga-harga kebutuhan pokok, khususnya cabai dan telur, akan kembali melonjak saat mendekati Hari Raya Iduladha yang jatuh pada pertengahan Juni 2025.
“Biasanya satu bulan sebelum Iduladha mulai naik lagi. Permintaan naik, stok dari petani mulai susah, apalagi kalau cuaca nggak menentu,” kata Wati.
Meski demikian, para pedagang berharap agar pemerintah daerah bisa menciptakan stabilitas harga dengan menjaga rantai distribusi tetap lancar dan transparan.
Di sisi lain, konsumen berharap harga tetap terjangkau dan tidak mengalami lonjakan menjelang hari besar keagamaan. Rini (29), warga Kecamatan Talun, merasa penurunan harga ini membantu pengaturan keuangan rumah tangganya.
“Sekarang bisa masak sambel lagi tanpa mikir-mikir. Dulu sempat stop beli cabai rawit, mahal banget. Harapan saya sih semoga harga kayak gini bisa dipertahankan sampai Lebaran Haji,” ujarnya.
Penurunan harga ini juga dimanfaatkan sebagian warga untuk menyetok bahan makanan kering dan membuat sambal olahan yang bisa disimpan lebih lama.