126 Orang Ikut Operasi Katarak Diinisiasi Pertiwi Jabar dan PT Pos

- 126 peserta ikuti operasi katarak gratis di RSUD Tugu Koja
- Kegiatan ini mendapat dukungan dari Pos Indonesia dan Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Veronica Tan
- Program serupa sebelumnya telah membantu lebih dari 200 orang di RSUD Cikalong Wetan Kabupaten Bandung Barat dan RSUD Cililin Kabupaten Bandung Barat pada Januari 2025
Bandung, IDN Times - Sebanyak 126 peserta mengikuti operasi katarak gratis yang digelar Pos Indonesia dengan Pertiwi Jabar di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tugu Koja.
Bakti sosial Katarak sendiri diinisiasi oleh Sekar Ayu Jiwanta foundation berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Perdami Jakarta serta Pertiwi Jabar dan didukung oleh Pos Indonesia. Kegiatan ini dihadiri Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Veronica Tan.
Direktur Utama Pos Indonesia Faizal R. Djoemadi menuturkan kehadiran PosIND dalam kegiatan ini adalah bentuk nyata kepedulian perusahaan terhadap kesehatan masyarakat.
“Kami percaya kolaborasi sosial seperti ini adalah fondasi penting dalam membangun Indonesia yang lebih sehat dan inklusif,” ujarnya melalui siaran pers diterima IDN Times, Jumat (9/5/2025).
1. Program ini bukan yang pertama dilakukan

Menurut Faizal, sebelum ini program serupa pernah digelar di RSUD Cikalong Wetan Kabupaten Bandung Barat dan RSUD Cililin Kabupaten Bandung Barat pada Januari 2025.
Kegiatan tersebut berhasil membantu lebih dari 200 orang yang membutuhkan layanan operasi katarak.
EVP Regional 3 PT Pos Indonesia Helly Siti Halimah mengatakan, kegiatan ini adalah bagian dari visi perusahaan untuk selalu hadir di tengah masyarakat.
"Kami di Pos Indonesia ingin memberikan lebih dari sekadar layanan pengiriman. Program seperti ini adalah bentuk nyata dari tanggung jawab sosial perusahaan kami," katanya.
2. Penglihatan mata terus diintervensi dengan operasi gratis

Sebelumnya di Kota Bandung, Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) memastikan intervensi yang diberikan oleh jajarannya telah dilakukan secara komprehensif guna mewujudkan kesejahteraan sosial. Hal itu salah satunya diwujudkan melalui bakti sosial operasi katarak gratis untuk warga Jawa Barat. Gus Ipul menuturkan, bakti sosial operasi katarak sejatinya sudah dilakukan secara berkala setiap tahun. Dia pun berharap kegiatan serupa bisa diduplikasi di tempat lain.
Sebab, pengentasan buta katarak yang menjadi target pemerintah masih membutuhkan atensi lebih. Hal itu mengingat, dari target 600 ribu penderita katarak di Indonesia, baru 140 ribu orang yang telah ditangani.
"Nah ini memang masih perlu lebih banyak lagi yang terlibat. Di samping biaya tapi juga ada soal tenaga dari dokternya yang juga masih terbatas. Namun demikian kita akan terus berusaha ke depan ini supaya operasi katarak bisa menjangkau lebih banyak lagi masyarakat," kata Gus Ipul saat memantau operasi katarak gratis, Mei 2025.
Sebanyak 275 pasien dinyatakan lulus proses skrining yang meliputi pemeriksaan tensi, gula, kolesterol, dan biometrik sehingga bisa dilakukan tindakan operasi. Mereka berasal dari berbagai wilayah di Jawa Barat yaitu Kota Cimahi, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat.
3. Katarak jadi penyebab yang bisa turunkan kualitas hidup

Katarak merupakan salah satu penyebab utama gangguan penglihatan yang dapat menurunkan kualitas hidup. Data terakhir mengenai prevalensi gangguan penglihatan di Indonesia diperoleh melalui survei Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) yang dilakukan di 15 provinsi pada tahun 2014 hingga 2016.
Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, hasil RAAB menunjukkan bahwa prevalensi kebutaan pada penduduk berusia lebih dari 50 tahun adalah 3,0%, dengan 70%-80% kasus gangguan penglihatan berat (severe visual impairment/SVI) dan kebutaan yang disebabkan oleh katarak2 .
Target Global WHO saat ini dengan strategi Integrated People-Centred Eye Care including preventable vision impairment and blindness, yaitu peningkatan 30% cakupan efektif untuk operasi katarak pada tahun 2030, dan peningkatan 40% cakupan efektif untuk kelainan refraksi pada tahun 2030.
Pada tingkat Nasional, Pemerintah telah menetapkan target untuk menurunkan prevalensi gangguan penglihatan sebesar 25% pada tahun 2030 dari prevalensi di tahun 2017 (baseline 3%) melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2020. Penanggulangan gangguan penglihatan di Indonesia diprioritaskan pada penyakit katarak, kelainan refraksi, glaukoma, retinopati diabetikum, kebutaan pada anak, dan low vision.