Berbagai Cara untuk Menjaga Kelestarian Bahasa Sunda di Jabar

Perkembangan teknologi jangan sampai mengikis kebudayaan

Bandung, IDN Times - Indonesia merupakan negara dengan ragam bahasa daerah. Hampir setiap provinsi memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Bahkan, dalam satu provinsi pun terdapat banyak bahasa dengan logat yang berbeda-beda.

Persoalannya, seiring perkembangan jaman bahasa daerah perlahan terkikis dengan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Ada juga bahasa gaul yang juga banyak digunakan anak muda masa kini.

Di Provinsi Jawa Barat, bahasa yang sangat lekat dengan masyarakatnya adalah Sunda. Meskipun di provinsi ini pun terdapat penggunaan bahasa daerah lain seperti Betawi atau Cirebonan, tetapi bahasa Sunda tetap melekat sebagai identitas Jawa Barat.

Tak ingin bahasa ini makin jarang digunakan di masyarakat, berbagai pihak baik pemerintah daerah maupun masyarakat mulai menggalakan kembali kewajiban menggunakan bahasa atau menerapkan kebudayaan Sunda dalam kehidupan sehari-harinya.

1. Menjaga dengan Kamis nyunda di Kota Bandung

Berbagai Cara untuk Menjaga Kelestarian Bahasa Sunda di JabarGuru dan siswa di Bandung gunakan pakaian adat Sunda ketika berada di sekolah. IDN Times/Istimewa

Sebagai pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung telah mewajibkan sekolah hingga aparatur sipil negara (ASN) untuk mengenakan pakaian adat sunda hingga penggunaan bahasa ibu di Tanah Pasundan.

Seorang guru di sekolah dasar, Susi Indriani mengatakan, kewajiban untuk mengenakan pakaian daerah dan memakai bahasa Sunda ketika bekerja dan mengajar merupakan upaya baik dalam mempertahankan dan melestasikan kebudayaan daerah termasuk bahasa Sunda.

"Jadi siswa juga diminta untuk memakai pakaian adat Sunda. Kita juga sebagai pengajar semaksimal mungkin mengajak menggunakan bahasa Sunda agar siswa terbiasa dengan bahasa ini," ujar Susi kepada IDN Times, Jumat (17/6/2022).

Dengan penggunaan media sosial yang semakin mudah dijangkau siswa di sekolah dasar, Susi khawatir anak didiknya tidak sering menggunakan bahasa Sunda dalam keseharian baik di rumah maupun sekolah. Ketika mereka tidak dipaksa agar bisa bahasa daerah, maka penggunaan bahasa Sunda ke depannya bisa saja hilang secara perlahan.

Pemkot Bandung sejak 2019 sudah menerbitkan peraturan wali kota dalam penggunaan seragam adat Sunda. Dengan nama progam Kemis Nyunda, peraturan tersebut menetapkan pakaian adat yang menjadi seragam kerja di instansi Pemerintah Kota Bandung. Pakaian bernuansa Sunda tersebut beskap, pangsi, kebaya, dan kebaya ber-karembong. Lebih spesifik, beskap dan pangsi digunakan oleh laki-laki. Sedangkan kebaya untuk perempuan.

Wali Kota Bandung Yana Mulyana menyebut hal itu sebagai upaya mempertahankan bahasa Ibu. Ia juga menyebut bahasa Sunda adalah bahasa Ibu bagi orang Sunda. "Penggunaan bahasa Sunda di wilayah kita di berbagai kegiatan itu wajar. Itu ikhtiar untuk mempertahankan budaya sendiri, bahas ibu," kata Yana.

Kota Bandung sebagai salah satu Tanah Pasundan, kental dengan bahasa Sunda dan budaya. Oleh karenanya, Yana berharap semua bisa saling menghargai satu sama lain.

"Tolong dihargai, kita ini punya bahasa daerah dan digunakannya juga di daerah kita," ujarnya.

2. Pelestarian budaya Sunda libatkan seniman dan budayawan

Berbagai Cara untuk Menjaga Kelestarian Bahasa Sunda di JabarPertemuan budayawan Sunda. IDN Times/Debbie Sutrisno

Hal serupa dilakukan pemerintah kabupaten (Pemkab) Bandung. Penggunaan bahasa Sunda di daerah ini lebih spesifik karena ada keharusan agar siswa dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah pertama (SMP) menggunakan bahasa Sunda ketika berada di sekolah setiap hari rabu.

"Kita sudah ada muatan lokal di sekolah untuk Bahasa dan budaya Sunda. Mulai hari ini, 13 Oktober, saya wajibkan warga Kabupaten Bandung, khususnya anak-anak kita mulai tingkat TK hingga SMP, untuk berbahasa Sunda setiap hari Rabu," kata Bupati Bandung Dadan Supriatna.

Menurutnya, gerakan tersebut diterapkan sebagai upaya mempertahankan Budaya Sunda di tengah perkembangan zaman. Hal itu pun ditindaklanjuti secara serius dengan menerbitkan regulasi terkait pelestarian Budaya Sunda dalam berbagai aspeknya.

Dadang menyebut Pemkab Bandung juga telah mengundang sekitar 80 seniman dan budayawan. Ia mengaku membutuhkan aspirasi berupa harapan dan keinginan mereka selama pandemik COVID-19.

"Sehingga langkah tersebut nantinya akan bermuara pada program kegiatan dalam upaya mempertahankan Budaya Sunda dan untuk keberlangsungan hidup para seniman dan budayawan," paparnya.

Para seniman dan budayawan diyakini memiliki pemahaman yang lebih tentang Bahasa Sunda. Nantinya nilai-nilai tersebut dapat dituangkan dalam pelajaran sekolah.

"Karena kita punya muatan lokal bahasa dan budaya Sunda, ada masukan, saran dan pendapat dari seniman dan budayawan. Mereka lebih paham Bahasa Sunda," ujar Dadang.

3. Orang tua dan guru punya peran penting dalam pelestarian bahasa daerah

Berbagai Cara untuk Menjaga Kelestarian Bahasa Sunda di JabarRomaDecade.org/suku Sunda

Dosen Program Studi Sastra Sunda Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Dr. Elis Suryani Nani Sumarlina, M.S., menjelaskan, bahasa Sunda termasuk bahasa daerah lainnya menjadi bagian dalam unsur budaya.

Hal ini termaktub dan diatur dalam UUD 1945 Pasal 32 Ayat 2 dan dipertegas melalui peraturan daerah yang berlaku di setiap provinsi di Indonesia. Di Jawa Barat, Perda Gubernur  Jabar Nomor 5 tahun 2003 dan direvisi tahun 2014, menjelaskan berkaitan dengan Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah (Sunda).  Berkaitan dengan hal inilah,bahasa sebagai alat komunikasi, harus dijunjung tinggi keberadannya, sebagaimana tercantum dalam Sumpah Pemuda.

Penggunaan bahasa Sunda bukan hanya dipakai sebagai alat komunikasi antarsesama orang Sunda. Dalam konteks luas, bahasa Sunda telah dipakai dalam pertemuan ilmiah, baik di tingkat nasional maupun internasional, yang memaparkan, membahas, dan mengkaji seputar budaya Sunda.

Menurutnya, kesadaran untuk menjaga dan melestarikan bahasa Sunda jangan menunggu ketika eksistensinya terusik. Sudah waktunya pegiat dan pelaksana Pendidikan bekerja sama mencari solusi dan strategi pengajaran yang dapat diterapkan di semua jenjang pendidikan dan kurikulum yang berlaku. Strategi diperlukan agar proses pengajaran bahasa Sunda lebih mudah dicerna oleh siswa. Agar tujuan pendidikan dan pengajaran  lebih optimal, diperlukan revitalisasi strategi serta metodologi pengajaran yang mumpuni,

"Peran orang tua juga dibutuhkan untuk mengenalkan dan mengajarkan bahasa Sunda sejak dini kepada anak-anaknya. Di lingkungan sekolah, guru wajib menguasai padika ‘metodologi’  pengajaran, sebagai cara atau jalan. Sedangkan pamarekan ‘pendekatan, adalah tanggapan atau pandangan berkaitan dengan ciri-ciri, mempelajari, dan mengajarkan bahan ajar," kata Elis dikutip dari laman unpad.ac.id.

Metode yaitu beragam skenario atau rancangan untuk menyampaikan bahan ajar dalam rangka merealisasikan pendekatan dimaksud. Teknik berdasar atas kejadian aktual atau proses operasional di dalam kelas.

Guru juga harus ikut berkiprah agar siswa membiasakan diri menggunakan bahasa Sunda. Meskipun secara undak usuk bahasanya belum sesuai, dengan bimbingan para guru, masalah tersebut lambat laun akan mudah diatasi. Diharapkan dengan cara ini, generasi muda mulai tumbuh rasa bangga terhadap bahasa ibunya sendiri.

“Dengan demikian, generasi muda Sunda ikut serta ngaraksa, ngariksa, tur ngamumulé basa jeung," paparnya.

4. Globalisasi seharusnya bisa tingkatkan penggunakan bahasa Sunda

Berbagai Cara untuk Menjaga Kelestarian Bahasa Sunda di JabarCintai Hidup

Sementara itu, Guru Besar Nanzan University, Nagoya, Jepang, Prof. Dr. Mikihiro Moriyama menuturkan, globalisasi justru berpeluang memopulerkan bahasa Sunda ke kancah global. Hal ini sekaligus memupus anggapan bahwa globalisasi akan menyempitkan eksistensi budaya lokal.

“Kalau kita di global, hanya menggunakan bahasa Inggris saja, tidak ada khasnya, jadi tidak menarik,” ungkap Prof. Mikihiro saat menjadi pembicara pada Keurseus Budaya Sunda “Kabeungharan Basa Sunda” yang digelar Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda Universitas Padjadjaran beberapa waktu lalu.

Akademisi Jepang yang fasih berbahasa Sunda tersebut menjelaskan, saat ini orang-orang cenderung mencari sesuatu yang khas di setiap budaya lokal. Ini mendorong pemakaian bahasa menjadi lebih beragam di era globalisasi.

Selain bahasa Inggris yang digunakan untuk kemudahan akses informasi, ada arus balik yang muncul dari bahasa lokal. Bahasa Sunda, bersama bahasa lokal lain di Indonesia punya kesempatan yang sama dengan bahasa asing lainnya untuk mendunia.

Prof. Mikihiro menilai bahwa bahasa Sunda punya potensi yang tinggi untuk mendunia jika tetap ada upaya pengajaran. “Ini kesempatan baik untuk bahasa Sunda, orang Sunda wajib percaya diri dan bangga menggunakan bahasa Sunda,” ujarnya.

Identitas Orang Sunda berdasarkan hasil penelitian Prof. Mikihiro Moriyama, ada keunikan yang ditemukan dari bahasa Sunda. Bahasa Sunda tidak bisa dipisahkan dengan budayanya.

Hal ini menjadi ciri khas dari orang Sunda dibandingkan dengan etnis lain di Indonesia. Jika masyarakat Bali identik dengan adat istiadatnya, masyarakat lain identik dengan tradisinya, maka masayarakat Sunda sangat identik dengan bahasanya.

“Kalau orang Sunda hilang bahasanya, mungkin jati diri sebagai orang Sunda juga bisa hilang,” kata Prof. Mikihiro. Hal ini terlihat dari upaya pengajaran bahasa Sunda yang relatif lebih banyak. Setidaknya ada 2.200 buku pengajaran bahasa Sunda yang dipublikasikan pada abad ke-20. Penerbit besar Balai Pustaka pada medio 1920-an ke atas lebih banyak menerbitkan seri buku pengajaran bahasa Sunda ketimbang bahasa daerah lainnya di Indonesia.

Tidak hanya Balai Pustaka, buku pengajaran bahasa Sunda juga diterbitkan secara berseri oleh penerbit di Groningen, Belanda, dan Batavia, masih pada pertengaha 1920-an.

“Ini bukti bahwa orang Sunda nyaah ka bahasana. Buku-buku pengajaran bahasa Sunda tetap diterbitkan,” ujarnya.

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya