Ponpes Tradisional di Purwakarta Bisa Mandiri dan Cetak Lapangan Kerja

Pesantren Raudlatut Tarbiyyah sukses jalankan badan usaha

Purwakarta, IDN Times - Pondok pesantren Raudlatut Tarbiyyah menjadi satu di antara sedikit lembaga pendidikan agama yang masih menerapkan sistem pembelajaran tradisional di Kabupaten Purwakarta. Sistem tersebut bahkan diklaim masih sama seperti sejak awal didirikannya pada 1948.

Meskipun demikian, mereka terbukti sudah bisa menciptakan ketahanan pangan bagi lingkungan. Bahkan, badan usaha milik pesantren itu telah memberdayakan masyarakat dan meningkatkan perekonomian di sekitarnya.

“Kami memiliki usaha konveksi untuk diekspor ke Dubai, Singapura dan lainya, peternakan sapi limosin, pertanian padi, pengolahan pupuk organik dan budidaya cacing tanah,” ujar Pengasuh Ponpes Raudlatut Tarbiyyah, KH Ahmad Anwar Nasihin saat ditemui di pesantrennya, Minggu (23/10/2022).

1. Hasil usaha untuk menanggung biaya hidup santri

Ponpes Tradisional di Purwakarta Bisa Mandiri dan Cetak Lapangan KerjaIlustrasi santri di pondok pesantren. (ANTARA FOTO/Fauzan)

Pondok pesantren itu terletak di wilayah yang cukup terpencil di Desa Liunggunung Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta. Akses menuju lokasi juga hanya melalui jalan kecil dan cukup terjal untuk kendaraan roda empat.

Tak hanya asrama, ruang belajar dan tempat beribadah, di kawasan pesantren itu juga terdapat kandang sapi berkapasitas ratusan ekor, persawahan seluas lima hektare, tempat produksi konveksi, budidaya cacing hingga pengolahan pupuk organik.

Menurut Ahmad, hasil usaha pesantrennya itu mampu menghidupi para santri yang berjumlah sekitar 500 orang. “Jadi, para santri tidak dipungut biaya selama belajar di sini,” ujarnya meyakinkan.

2. Memberdayakan puluhan warga di pabrik konveksi

Ponpes Tradisional di Purwakarta Bisa Mandiri dan Cetak Lapangan KerjaIDN Times/Dhana Kencana

Untuk makan sehari-hari, para santri biasa memanfaatkan beras hasil pertanian yang dikelola oleh mereka sendiri. Setelah disisihkan untuk konsumsi sebanyak dua ton, mereka masih memiliki surplus hingga lima ton beras untuk setiap kali panen.

Sementara itu, dari hasil produksi konveksinya, pihak pesantren bisa mendapatkan keuntungan hingga Rp 2,1 miliar. “Keuntungan itu dari hasil produksi pakaian anak yang mencapai 100 ribu potong per bulan, dikerjakan oleh 90 orang karyawan dari masyarakat sekitar pesantren,” ujar Ahmad.

3. Santri memproduksi sapi jenis limosin hingga 100 ekor

Ponpes Tradisional di Purwakarta Bisa Mandiri dan Cetak Lapangan KerjaSapi berjenis limosin yang nantinya akan di kurbankan oleh Presiden RI (IDN Times/ Bambang Suhandoko)

Sedangkan, dari hasil peternakan mereka bisa memproduksi 100 ekor sapi limosin yang dipanen dua kali panen setahun. Sapi seberat tiga kwintal sampai satu ton dari sana dijual hidup seharga Rp 75 juta per ekor.

Kepada para santrinya, Ahmad biasa berpesan agar mereka tak hanya berprestasi tapi juga bermanfaat bagi masyarakat. “Ajaran pesantren mendorong santri berprestasi bukan sekadar menjadi ustaz tetapi menjadi apapun yang bermanfaat, bisa tekhnokrat, budayawan bahkan politisi,” katanya.

4. Santri Raudlatut Tarbiyyah bawa Timnas juarai Piala AFF

Ponpes Tradisional di Purwakarta Bisa Mandiri dan Cetak Lapangan KerjaIndonesia juara Piala AFF U-16 2018 (aseanfootball.org)

Dalam hal prestasi, Ahmad mencontohkan salah seorang santrinya yang bernama Yadi Mulyadi. Ia dikenal luas setelah membantu Tim Nasional Sepak Bola Indonesia usia 16 menjuarai Piala AFF pada 2018 lalu.

“Di pesantren, kami memang fokus di pembelajaran agama. Para santri biasanya bermain sepak bola di sela-sela waktu istirahat. Kemudian, ada sekolah sepak bola yang membawa para santri ikut pertandingan sampai akhirnya terpilih Timnas saat itu,” tutur Ahmad.

Baca Juga: Lomba Keahlian hingga Hiburan Meriahkan Hari Santri 2022 di Purwakarta

Baca Juga: Pasangan Belum Nikah Dilarang Nginap di Hotel, Sandiaga Banjir Kritik

Baca Juga: Suporter Sepak Bola di Subang dan Purwakarta Doakan Korban Kanjuruhan

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya