Cirebon Bangun PLTSa, Olah Sampah 600 Ton per Hari Jadi Energi Listrik

- Volume sampah tinggi jadi daya tarik investasi
- Kabupaten Cirebon memiliki potensi sampah domestik yang besar
- Feasibility study dilakukan sebelum konstruksi dimulai
- Pembangunan fisik proyek akan dimulai pada semester kedua tahun 2026
- Teknologi termal ubah sampah jadi listrik
- PLTSa menggunakan teknologi termal modern untuk konversi sampah menjadi energi listrik
- Fasilitas ini akan menghasilkan listrik sebesar 10 MW dari 600 ton sampah per hari
- Persediaan sampah lokal kurang, strategi suplai antarwilayah dis
Cirebon, IDN Times - Kabupaten Cirebon akan segera menjadi lokasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) pertama di wilayah tersebut. Proyek ini digagas oleh PT Global Energi Investama dan direncanakan mulai beroperasi secara komersial pada akhir tahun 2027.
Proyek senilai miliaran rupiah ini ditargetkan mampu mengolah 600 ton sampah per hari menjadi energi listrik sebesar 10 megawatt (MW).
1. Volume sampah tinggi jadi daya tarik investasi

Direktur PT Global Energi Investama, Machnizon Masri, menjelaskan pembangunan PLTSa ini saat ini masih dalam tahap studi kelayakan atau feasibility study (FS), yang menjadi prasyarat sebelum konstruksi dimulai.
Menurutnya, Kabupaten Cirebon dipilih karena tingginya potensi sampah domestik yang belum tertangani secara optimal.
“Dari data awal, produksi sampah di Kabupaten Cirebon mencapai sekitar 1.200 ton per hari. Namun, baru setengahnya yang terangkut dan dikelola. Ini menunjukkan adanya 600 ton sampah per hari yang belum termanfaatkan dan dapat kami olah menjadi energi,” ujar Machnizon, Rabu (30/7/2025).
Ia menambahkan, jika semua tahapan berjalan lancar, pembangunan fisik proyek akan dimulai pada semester kedua tahun 2026 dan berlangsung selama 12 hingga 16 bulan. "Target operasional penuh kita tetapkan akhir 2027," katanya.
2. Teknologi termal ubah sampah jadi listrik

PLTSa yang akan dibangun di Kecamatan Gempol ini menggunakan teknologi termal modern yang memungkinkan konversi sampah menjadi energi listrik secara efisien dan ramah lingkungan.
Dengan konsumsi 600 ton sampah per hari, fasilitas ini akan menghasilkan listrik sebesar 10 MW yang dapat disalurkan ke jaringan lokal, membantu menstabilkan pasokan energi di wilayah tersebut.
“Teknologi ini telah digunakan di negara lain dan terbukti mampu mengurangi volume sampah sambil menghasilkan listrik bersih. Ini adalah solusi dua arah, menyelesaikan persoalan sampah dan menyediakan energi terbarukan,” jelas Machnizon.
Ia juga menekankan, dalam kondisi pasokan sampah lokal yang kurang dari kebutuhan, pihaknya telah menyiapkan strategi suplai antarwilayah.
Kabupaten tetangga seperti Indramayu, Majalengka, dan Kuningan disebut sebagai mitra potensial dalam menyuplai sampah tambahan, selama ada izin dari masing-masing pemerintah daerah.
“Kontinuitas pasokan adalah kunci keberhasilan PLTSa. Kami sudah memetakan kemungkinan aliran sampah regional agar tidak terjadi kekurangan bahan baku,” tambahnya.
3. Pemkab Cirebon siap dukung dari regulasi hingga lahan

Pemerintah Kabupaten Cirebon menyambut baik rencana pembangunan pembangkit ini. Bupati Cirebon, Imron Rosyadi menyebut, daerah ini tengah menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah, termasuk keterbatasan armada pengangkut, fasilitas daur ulang, dan TPA yang sudah hampir penuh.
“Rencana pembangunan PLTSa merupakan terobosan yang dapat membantu mengurangi beban TPA dan meningkatkan pengelolaan sampah secara berkelanjutan,” ungkap Imron.
Imron mengatakan, pemerintah daerah akan mengkaji dokumen FS yang diajukan PT Global Energi Investama dan menyiapkan langkah strategis dalam hal perizinan, penetapan lahan, serta koordinasi lintas wilayah.
Proyek ini juga diharapkan membuka peluang kerja sama dengan sektor swasta lokal, termasuk dalam aspek logistik dan operasional.
“Kami menilai proyek ini bukan hanya investasi energi, tetapi juga kontribusi penting terhadap kualitas lingkungan dan kesejahteraan masyarakat Cirebon,” kata Imron.
Machnizon kembali menegaskan, pembangunan PLTSa di Cirebon sejalan dengan arah kebijakan energi nasional yang mendorong pengembangan energi terbarukan.
Proyek ini juga berkontribusi dalam upaya transisi energi dan pengurangan emisi karbon dari sektor limbah domestik.
“PLTSa adalah bagian dari ekonomi hijau. Kami ingin mendorong model pembangunan berkelanjutan yang tidak hanya menguntungkan secara bisnis, tetapi juga memberikan manfaat jangka panjang bagi lingkungan dan masyarakat,” katanya.
“Jika berhasil, model Cirebon bisa menjadi percontohan nasional. Kami berharap ini menjadi awal perubahan besar dalam pengelolaan sampah dan penyediaan energi di daerah,” imbuhnya.