Warga Bandung Segel Dapur MBG: Tak Izin, Sampah Berantakan

- Warga Bandung segel dapur MBG karena tak izin
- Dapur beroperasi tanpa izin warga, menyebabkan gangguan dan sampah menumpuk
- Warga tetap dukung program nasional MBG, tapi keberatan dengan lokasi dapur di pemukiman
Bandung, IDN Times - Satu rumah yang sudah dijadikan dapur Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Jalan Kinanti, Kelurahan Turangga, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung disegel warga pada Minggu (14/9/2025). Penyegelan rumah nomor 15 tersebut karena pengelola sebelumnya tidak meminta izin pada warga. Selain itu praktik operasional dapur tersebut yang dinilai jorok karena banyak sampah penumpuk dan berserakan ke selokan.
Dari pantauan IDN Times, pamflet berwarna merah terpasang pada pagar bangunan itu. Pamflet tersebut bertuliskan ‘Disegel Warga’ dan ‘Warga RW 09 (RT 02, RT 05, RT 06), kami mendukung program pemerintah MBG, tapi menolak adanya dapur MBG di kawasan pemukiman’.
1. Sudah diminta warga tak beroperasi

Salah satu warga yang rumahnya berdekatan, Adam Harun (56), menjelaskan bahwa dapur yang dikelola Yayasan Satria Nata Jagaddhita itu beroperasional tanpa persetujuan warga. Dia dan warga lain sebenarnya telah menyampaikan keberatan, mengingat bangunan yang digunakan berada kawasan tempat tinggal. Operasional dapur yang dapat berlangsung nyaris 24 jam dipastikan menggangguk kenyamanan.
"Itu kan pas awal berisik bangun rumah dan tidak ada izin ke tetangga. Terus pas praktiknya ini 24 jam lalu lalang kendaraan dan orang, pasti akan ganggu warga lain yang tinggal di sini," kata Adam, Rabu (17/9/2025).
2. Dikomplain tapi paksa beroperasi

Warga setempat tak mengizinkan dapur MBG tersebut beroperasi di kawasan itu walaupun pada praktiknya dapur ini dipersilakan berjalan dalam beberapa hari untuk dicek kebersihannya oleh warga.
Adam mengatakan, bahwa dapur itu mulai beroperasi pada awal September 2025. Gangguan yang dirasakan warga antara lain berupa gaduh aktivitas, hingga adanya limbah yang tidak dikelola dengan baik, seperti sampah menumpuk dan air bekas cucian yang justru membeceki jalan.
“Sampahnya bau. Masih ada yang menumpuk di sana. Ke sini juga pembuangan cucian gitu kan. Sampah ke selokan jadi numpuk ada sumbatan” ungkap dia.
Adam mengaku dirinya sempat komplain pada pihak pengelola dapur atas kondisi tersebut. Namun, respons pengelola dinilai lambat. Warga akhirnya menyegel dapur MBG tersebut.
2. Tetap dukung program pemerintah

Terkait penyegelan sendiri, Adam pun menegaskan bahwa masyarakat tetap mendukung program nasional MBG. Hanya saja, keberatan dengan adanya dapur di lingkungan permukiman.
“Jadi harapannya mungkin apakah dipindah. Dan jangan di pemukiman. Di pemukiman warga boleh, tapi yang betul-betul membutuhkan. Contohnya di Cibangkong. Itu kan warga sangat mendukung. Di Jalan Galunggung, warga sangat mendukung. Kenapa? Karena memang mempekerjakan warganya,” ujar dia.
Dia juga mengatakan bahwa sejumlah perwakilan dari warga setempat sempat ada rembukan dengan Yayasan Satria Nata Jagaddhita soal dapur MBG tersebut. Forum itu di mediasi oleh pihak kepolisian setempat, dan pengurus kewilayahan seperti RW. Di sana kata dia, warga tetap mengutarakan penolakan.
Sementara itu, Ketua RW 09, Gama S Utama sudah mengetahui masalah ini, termasuk pertemuan antara warga dan yayasan. Dia mengaku telah berkoordinasi dengan kelurahan dan pihak kecamatan setempat.
“Ya warga menolak, isinya itu saja. Tidak ada lain. Warga menolak dan ada janji dari pihak MBG kepada warga seperti apa, kegiatannya bagaimana, komitmennya apa, sok, mangga, silahkan,” kata dia.