Puluhan Siswa SMK di Sukabumi Diduga Keracunan MBG

- Sampel menu MBG diperiksaAgus menerangkan, tim dari Puskesmas telah mengambil sampel menu makanan MBG yang terdiri dari telur, sayuran kacang panjang, tahu, nasi, susu kotak, dan buah jeruk.
- Hasil sampel butuh waktuKepala Puskesmas Cibadak drg. Febbie Nawawi menambahkan, sampel yang sudah diambil kini telah dikirim ke Labkesda Provinsi Jawa Barat.
- Pengawasan ketat SPPGAtas kejadian tersebut, Dinkes Kabupaten Sukabumi menekankan pentingnya pengawasan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Kelalaian kecil seperti kurang higienis saat mencuci peralatan dapat
Sukabumi, IDN Times - Puluhan siswa SMKN 1 Cibadak diduga keracunan usai menyantap makan siang dari program makan bergizi gratis (MBG). Sebanyak 69 siswa dilaporkan mengalami gejala keracunan seperti mual, muntah dan pusing.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, Agus Sanusi mengatakan, kronologi peristiwa dugaan keracunan itu berawal dari laporan guru SMKN 1 Cibadak kepada Puskesmas bahwa para siswa secara bersamaan mengeluhkan sakit setelah makan MBG.
"Beberapa siswa mulai menunjukkan gejala sekitar pukul 13.00 WIB. Puskesmas kemudian melakukan koordinasi dan investigasi ke lokasi," kata Agus saat dikonfirmasi, Selasa (16/9/2025).
1. Sampel menu MBG diperiksa

Agus menerangkan, tim dari Puskesmas telah mengambil sampel menu makanan MBG yang terdiri dari telur, sayuran kacang panjang, tahu, nasi, susu kotak, dan buah jeruk. Pihaknya juga membuka posko penanganan di UKS sekolah.
"Tindakan lain yang diambil meliputi membuka posko di UKS sekolah, observasi dan pemantauan siswa serta penanganan gejala ringan yang langsung dilakukan di sekolah," jelasnya.
Mayoritas siswa mengalami gejala pusing, mual, muntah hingga diare. Beruntung tak ada siswa yang dirujuk ke rumah sakit dan masih tertangani oleh pihak dokter puskesmas di UKS sekolah.
2. Hasil sampel butuh waktu

Kepala Puskesmas Cibadak drg. Febbie Nawawi menambahkan, sampel yang sudah diambil kini telah dikirim ke Labkesda Provinsi Jawa Barat. Meski demikian, untuk mengetahui secara pasti penyebab keracunan siswa masih membutuhkan waktu.
"Dari sana kita simpan di freezer baru dikirim, karena itu harus diperiksa di lab Provinsi, baru dikirim tadi ke dinas. Sebetulnya, anak-anak pada saat makan gak merasa ada sesuatu yang berbeda karena kalau ada yang berbeda pasti gak mau makan, kalau ada yang basi sedikit saja pasti tidak akan mau," kata Febbie.
3. Pengawasan ketat SPPG

Atas kejadian tersebut, Dinkes Kabupaten Sukabumi menekankan pentingnya pengawasan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Kelalaian kecil seperti kurang higienis saat mencuci peralatan dapat berdampak besar.
"Kami berharap kejadian ini tidak terulang dan hasil uji laboratorium bisa segera keluar untuk memastikan penyebabnya," tegasnya.
"Saya mengingatkan kembali karena SPPG itu harus menyajikan sekitar 2000 sampai 4000 porsi sehari nah ini yang harus diwaspadai. Kalau porsi banyak pasti kelelahan dari penyaji, pemasak yang membersihkan tempatnya, bahannya, itu kalau terlalu lelah jadi tidak akan terkontrol," sambungnya.